Mereguk Sepi dalam Keheningan Telaga Menjer

Hening

Telaga Menjer

Itulah kesan pertama yang saya dapatkan ketika tiba di Telaga Menjer.  Awalnya saya pikir, itu karena kami datang saat hari pertama Idul Fitri, dimana umat Islam sedang merayakan lebaran dengan bersilaturahmi bersama keluarga dan kerabat sehingga kunjungan ke tempat wisata juga sedikit.  Tapi ternyata kemudian saya menyadari bahwa bukan itu penyebabnya, ini hening dalam wujud berbeda.  Rasanya beda.  Hati saya berkata demikian.

Telaga Menjer Dieng
Hening. Damai. Senyap

Telaga Menjer adalah salah satu destinasi wisata nan elok di dataran tinggi Dieng, terletak di tengah-tengah antara tiga desa yaitu Maron, Menjer dan Tlogo.  Untuk mencapai lokasinya, kita akan melintasi jalan berkelok yang agak kecil dan harus ekstra hati-hati ketika berpapasan dengan kendaraan lainnya mengingat jalanan yang sempit dan di beberapa titik langsung berbatasan dengan tebing dan jurang di kedua sisinya.  Meski begitu, view sepanjang jalan cukup memanjakan mata.  Selain rumah penduduk setempat, kebun-kebun sayur dan tembakau juga menjadi obat penyegar yang sayang untuk dilewatkan begitu saja.

Baca juga : Jelajah Pesona Dieng, Negeri di Atas Awan

Telaga Menjer Dieng
Menuju Telaga Menjer

Legenda Telaga Menjer

Ada banyak kisah yang beredar perihal asal muasal telaga ini, diluar fakta sains bahwa telaga ini terbentuk dari letusan vulkanik gunung Pakuwaja.  Salah satunya adalah tentang dua orang gadis yang sedang mencari sayur diladang, kemudian bertemu kepiting raksasa.  Karena penasaran, mereka lupa pada nasehat orang tuanya agar tak mengganggu atau mengusik apapun yang terlihat janggal, sebaiknya segeralah pulang.  Sebaliknya, mereka justru mengusap-ngusap punggung kepiting yang sekonyong-konyong menghilang dan meninggalkan lubang dengan air mancur yang semakin lama semakin banyak hingga menenggelamkan kedua gadis tersebut.  Jadilah telaga seluas 70 ha yang konon bentuknya mirip kukusan, semakin ke dalam semakin mengerucut. Entah benar entah tidak, cukup ambil hikmahnya dari legenda tersebut.  Bahwa pesan orang tua, tujuannya adalah untuk kebaikan kita semua.  Jangan pernah melanggarnya.

Telaga Menjer Dieng
Cah bagus yang gak mau kalah. Ibu pose gimana, maka dia harus pose yang sama ^^

Berakit-rakit ke tengah telaga

Seingat saya, ketika kami tiba di lokasi hanya ada satu mobil di area parkir.  Dan benar saja, saat berjalan menyusuri tepi telaga, kami hanya bertemu satu rombongan keluarga saja.  Selain menikmati keindahan dari sisi telaga, penduduk setempat juga membuka penyewaan rakit/perahu untuk berkeliling ke tengah telaga, kalau tak salah ingat harga yang ditawarkan Rp. 15.000/orang.  Beruntung, rombongan wisatawan yang lebih dulu datang itu sedang mencari tambahan peserta, untuk sharing cost tentu saja.  Jadi kami bisa naik bersama dengan harga yang lebih murah.

Telaga Menjer Dieng
Hai…. salam manis dari kami, keluarga narsis

Berkeliling dengan rakit sungguh menjadi pengalaman baru yang menyenangkan.  Perpaduan hutan nan hijau, bukit-bukit yang menjadi dinding seolah bekerjasama menyembunyikan kecantikan telaga ini agar tak tersentuh oleh tangan-tangan jahil.  Ou mumpung kami terdiri dari dua rombongan, jadi bisa bergantian saling memotret.  Jadi bisa punya foto bertiga tanpa harus wefie *ehk… ini penting ya sodara-sodara* hahaha

Telaga Menjer Dieng
Yuhuuuu…. main air yuk!

Saya, jujur saja tetap merasakan deg-degan saat berkeliling dengan rakit ini. Emang dasar saya ini penakut ya, takut jatuh, takut tenggelam (ehm… saya tak bisa berenang soalnya hahaha), takut ini takut itu.  Telaga ini begitu tenang, sunyi dan senyap.  Buat yang lagi galau jangan deh ngelamun disini, kalau mau kesini sebaiknya rame-ramelah biar asyik.  Jadi bisa seru-seruan, asal tetap ingat batas.  Ada etika ketika “bertamu” tetap jaga pikir, kata dan perbuatan.

Di salah satu sisi Telaga Menjer terlihat bendungan (pengolahan air) yang difungsikan untuk pembangkit listrik oleh PLTA Garung, untuk mengalirkan listrik di kawasan Dieng dan sekitarnya.  Jadi Telaga Menjer ini bukan hanya menjadi destinasi wisata saja namun keberadaannya juga sangat vital untuk memenuhi kebutuhan penerangan di Dieng.  Selain untuk PLTA, makin siang saya juga melihat beberapa warga yang mencoba peruntungan dengan memancing dan menjaring ikan.  Konon katanya telaga ini ikannya banyak lho.

Ah… Telaga Menjer nan hening. Semoga airmu tetap bening.

13 thoughts on “Mereguk Sepi dalam Keheningan Telaga Menjer

    • Lha iya akupun deg2an mbak
      Tapi memang viewnya kece banget
      Diantara semua telaga yang pernah ku kunjungi, Telaga Menjer ini paling kece viewnya tau sekaligus paling hening dihati

Leave a Reply to Dewi Nielsen Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *