Traveling atau Holiday?

Traveling Vs Holiday

Beberapa hari lalu saya membaca status seorang kawan di media social.  Kawan saya ini biasa mengorganisir sebuah perjalanan bersama atau istilah kerennya “open trip” bareng dimana dia menjadi leadernya.  Distatusnya dia menulis tentang kekesalannya pada salah satu peserta tripnya yang sering mengeluh karena gak puas dengan perjalanan yang mereka lakukan, mulai dari lokasi hingga gak siap untuk naik  transortasi publik, hotel biasa bahkan makan kaki lima yang nota bene makanan lokal di tempat yang mereka kunjungi.  Dan konon itu karena mereka merasa sudah membayar  “lebih”

Yang menggelitik saya untuk menuliskan ini adalah salah satu komen di status tersebut, kira-kira bunyinya begini, “Kalau gak mau susah, holiday sana ikutan paket tour dengan guide.  Jangan traveling, karena traveling itu justru seninya adalah saat nyasar bareng atau menikmati kehidupan masyarakat lokal,”.

Nah. Agak-agak makjleb gak sih komennya.  Saya kemudian mikir, “Oh ternyata beda to holiday vs traveling,”.  Lalu saya teringat film AADC2, saat nyulik Cinta dan membawanya ke Gereja ayam, Rangga juga sempet membahas soal ini, sembari nyindir Cinta yang agak rempong dan gak “siap susah” ketika bepergian.  Katanya, itu mah holiday bukan traveling.

Traveling VS Holiday
Jalan-jalan yuks

Saya pribadi, kalau boleh ngaku-ngaku nih, pernah melakukan semuanya.  Ehm, iya deh, jalan saya masih dikit.  Masih kurang jauh.  Tapi boleh lah ya ngaku-ngaku hahaha.  Saya (sekeluarga) pernah jalan bertiga saja ke tempat baru, tanya sana sini, pake google maps, nyasar, dan seterusnya.  Lain waktu, kalau sahabat ngiringmelali baca beberapa artikel saya tentang jelajah Nusa Lembongan, kalian akan menemukan bahwa kami menggunakan jasa guide dalam perjalanan itu, semua udah diatur, mulai dari transportasi hingga akomodasi dan kunjungan ke tempat-tempat wisata, kami terima beres, tinggal ngikut dan narsis cekrak cekrek.

Baca juga : Menyelami Keindahan Bawah Laut Nusa Lembongan

Enak mana?

“Esensi dari sebuah perjalanan adalah adalah menikmati kebersamaan dan hal-hal baru diluar aktivitas rutin sehari-hari

Buat saya sih semuanya enak kok.  Tapi biar fair, saya kemudian melakukan tanya jawab kecil-kecilan tentang dua hal ini ke beberapa kawan, untuk mencari tahu perbedaannya.  Dan inilah hasilnya. Simak yuk.

Transportasi dan akomodasi

Namanya bepergian, pasti dong ada dua hal penting ini.  Katanya nih, untuk seorang traveler akan mengutamakan pengalaman jadi gak masalah mau pakai moda transportasi apa, kalau bisa malah low budget, yang penting nyampe di lokasi tujuan.  Karena ini adalah seni perjalanan.  Sedangkan buat mereka yang memang mau berlibur, gak mau repotlah untuk urusan yang satu ini.  Pesawat, rent car dan sejenisnya adalah pilihan utama untuk transportasi.  Begitu pula dengan penginapan, mainannya vila atau hotel minimal bintang 3, gak siap kalau diajak nginap di kelas hostel yang biasa jadi tempat istirahat para backpacker.

Huaduh, tolong jangan pada sensi ya baca tulisan ini.  Gak maksud nyindir siapa-siapa deh.  Lha wong kami pernah dua-duanya kok.  Tidur di vila cantik pernah, hotel berbintang asik, hotel melati hayuk bahkan pernah bermalam di dalam mobil aja saking kami tiba di lokasi jamnya nanggung buat nyari penginapan, sayang duitnya dipake tidur hanya 3 jam #emakiritbinpelit hahaha.

Traveling Vs Holiday
Nikmati saja setiap perjalanan, pelajaran akan menyertainya

Beda Tujuan

Biasanya, ini jadi perbedaan utama.  Holiday, katanya,  murni untuk bersenang-senang, jadi tempat yang dikunjungi adalah tempat yang sudah umum.  Sibuk pepotoan dan update status. Itinerary tersusun rapi, dengan guide professional.

Sedangkan traveling, umumnya, mencari lokasi yang gak biasa. Anti mainstream katanya.  Meski memiliki itinerary, tapi perjalanan mereka lebih spontan.  Tak terlalu terikat pada waktu atau ingin mengejar lokasi sebanyak-banyaknya.  Kalau di satu lokasi merasa suka, betah ajaberlama-lama disana dan menikmatinya.  Mereka menyukai “kejutan-kejutan” kecil yang terjadi dalam perjalanannya.  Ketika jadwal melenceng, ya dinikmati saja.  Atau terjebak macet dan aneka force major lainnya, ya dibawa santai aja.  Semua adalah proses pembelajaran untuk menemukan jati diri.  Buat traveler, inti perjalanan adalah prosesnya, bukan tujuannya.

Beda cara menikmati perjalanan

Seperti yang disebutkan diatas, holiday itu bersenang-senang.  Murni liburan.  Melepaskan diri dari kepenatan dan aktivitas sehari-hari.  Namanya juga liburan ya, foto-foto itu wajib.  Buat kenangan dan tentu saja “pamer” #uhuk.  Lha sekarang era medsos, coba cari tahu, siapa yang gak pernah posting foto liburan ke medsosnya.  Rasanya hampir semua orang pernah deh.  Nah tipe liburan murni biasanya tak mau dipusingkan dengan memotret objek wisata tanpa dia didalamnya.  Pokoknya narsis nomor satu.  Hampir semua foto yang dihasilkan objek utamanya adalah dia dengan latar belakang lokasi. Selfie itu wajib.  Haha. Baiklah saya ngaku, saya juga begitu kok kadang-kadang.

Sementara buat traveler, foto tetap ada dong ya, namanya juga butuh kenangan.  Tapi biasanya beda sudut pandang.  Objek foto, lebih banyak menggambarkan lokasi.  Satu dua foto disertai gambar diri sebagai pelengkap, bukan objek utama.  Traveler umumnya bertujuan untuk berbagi, sehingga sebanyak mungkin menggali informasi, mencari tahu tentang keunikan objek yang dikunjungi.

Cara mengabadikan perjalanan juga menjadi berbeda. Kalau yang holiday berhenti pada share foto bejibun di medsos, para traveler biasanya lebih memilih menuliskannya dalam bentuk artikel baik dalam blog atau media lainnya.  Bahkan saat ini, banyak yang menjadikannya sebagai profesi untuk mendapat penghasilan tambahan, sebagai travel writer. Kalau bisa malah jalan-jalan gratis plus dibayar hehe.

Traveling Vs Holiday
Katanya nih, tipe foto seperti ini biasanya diambil oleh Traveler,  menyajikan keindahan bukan sekedar momen.  Tapi pastinya gak asal jepret kayak saya ini juga sih haha

Kamu yang Mana?

Dari tiga hal itu saja udah keliatan bedanya.  Lalu saya ada dimana? Haha saya gak berani ngaku traveler deh, soalnya saya kadang masih suka takut kalau ke tempat baru yang asing sama sekali, walaupun sebenarnya ketika dijalani mah asik-asik aja.  Pun saya juga gak melulu yang liburannya full bersenang-senang.  Saya mah emak-emak pengiritan, pengen liburan asik tapi kalau bisa biaya minim. Naik pesawat, nyari tiket promo.  Penginapan nyari yang murah.  Wong sampai saat ini saya mikirnya hotel itu hanya buat tidur di malam hari aja, hanya beberapa jam, selebihnya seharian pan kita ngider ke tempat-tempat wisata, jadi gak usah nyari yang mahal-mahal.  Kecuali kalau memang waktunya bakalan lebih banyak stay di hotel.

Contoh kasus, waktu ke Dieng tempo hari, Kami menghabiskan 3 malam di penginapan yang berbeda. Malam pertama, di agrowisata Tambi, ini bonus tour kebun dan pabrik teh.  Malam kedua nyari homestay yang lokasinya lebih dekat ke objek wisata. Malam ketiga, setelah muter-muter dan bolak balik nyari penginapan yang penuh semua, akhirnya kami terdampar di hotel dengan tariff Rp 80 ribu/malam, meski begitu tempatnya nyaman dan bersih. Dan memang benar, kami di hotel itu malam doang, bahkan dua hari pertama kami mulai trip saat masih subuh.

Baca juga : Jelajah Pesona Dieng

Lain hal saat ke Lembongan kemarin. Kami memilih privat tour.  Alasan utamanya ya karena kami benar-benar buta lokasi dan lagi gak pengen nyasar-nyasar.  Biar maksimal jalan-jalannya, pilihannya pakai guide.  Dan kami bersyukur, sepertinya itu pilihan tepat. Ternyata di Lembongan, petunjuk jalan belum maksimal.  Lagipula beberapa objek wisata yang kami datangi, lokasinya benar-benar masih asli.  Melewati jalan setapak dan sedikit semak belukar. Selain itu waktu kami sempit, hanya 2 hari saja, ya gak lucu kalau 2 hari disana tapi lebih banyak nyasarnya.  Alih-alih bahagia, bisa-bisa manyun jadinya.

Satu yang paling penting, buat saya adalah kenyamanan. Kenapa kami memilih privat tour, agar tak mengganggu jadwal orang lain.  Namanya bawa bocah yang kadang moodnya gak bisa ditebak atau kadang kelelahan dalam perjalanan, kasian peserta tour lainnya kalau jadi terganggu karena ada bocah yang ngambek.  Di hari pertama kami malah pakai acara balik ke hotel untuk tidur siang agar kondisi kembali fit. Begitupun saat sore hari, main air di Dream beach, sepuasnya Cah bagus deh, gak harus terburu-buru karena mau ngejar lokasi lainnya. Pun ternyata, Lembongan itu di kala malam sepi sekali, jadi gak ada ceritanya ngider sampai larut malam. Waktu istirahat di penginapan jadi lebih panjang. So, vila cantik memang jadi pilihan tepat.  Selain bisa berenang manja, viewnya juga menyegarkan mata dan raga.

Jadi temans, kamu pilih mana, holiday atau traveling?

 

33 thoughts on “Traveling atau Holiday?

  1. First time to be here 🙂
    Wah, selama ini tahunya dua-duanya sama-sama jalan-jalan aja pokoknya. Hahaha. Tapi kalo disuruh milih sih, kalo bayar sendiri kita pake gaya backpacker yang hemat alias murah meriah. Nginep di hotel 100rb semalam juga udah nyaman bagi saya dan keluarga. Nah, kalo dibayarin sih maunya dapet nginep di hotel berbintang dan perjalanan senyaman mungkin. Hihihi…

  2. Vety Fakhrudin says:

    Aku cari aman aja deh, bukan holiday bukan juga travelling tapi jalan-jalan. huahahahaha…kayaknya lebih santai dengernya…hihihi

  3. Vety Fakhrudin says:

    Kalo disuruh travelling sekarang kayaknya belum bisa bayangin juga sih, soalnya yang santai jalan2 aja kadang suka dihebohkan ama kakak yang hoby nyari toilet di saat injury time. huahahahaha

    • Nah itu dia, kayaknya akupun belum sanggup kalau full traveling sambil bawa bocah yang kadang moodnya susah ditebak. Jadi ya nyantai aja, holiday iya, pulangnya kalau sempat nulis ya hayuk

    • Betuuuul. Sayapun begitu
      Soalnya mau full holiday ala sosiita juga gak sanggup kantongnya
      Mau full traveling juga kasian bocahnya
      Emak galau emang nih hahaha

      Jadi ya dibawa asik aja setiap perjalanannya. Yang penting kita bahagiaaaaa

  4. Wah, nice. Aku baru tahu ternyata ada beda makna antara holiday dan traveling. Kalau sekedar sendiri atau berdua Adit, aku suka traveling. Tapi kalau sama anak-anak, kayaknya masih pilih holiday deh, soalnya Ubii masih belum asyik diajak membolang hehehe

    • Kalau traveling berduaan sama pasangan mah astinya seru-seru aja ya. Susah senang yang penting berdua. Pas senang bahagia, pas susah manyun dikit, nanti juga dirayu hahahaha
      Iya banget, kalau bawa bocah mah enaknya memang holiday, tapi kalau aku tetep ya, milih holiday yang low budget. Kecuali memang ada yang bayarin :p

  5. Saya juga pernah dua-duanya. Tapi saya bener-bener menikmati traveling. Seperti baru-baru ini kehabisan tiket bis di Johor lalu maksa nginep di terrminal. Eh, ga betah ujung-ujungnya nyari hotel juga 😅😅

    • Bahagia itu kita yang mencipta
      Begitu prinsip yang saya terapkan di setiap perjalanan, mau nyasar, macet, susah, senang ya dibawa asik aja biar gak pake manyun hehe

  6. Rani Yulianty says:

    saya termasuk yg agak rempong, maklum punya dua balita, tp diajak nyasar dgn budget minim juga hayu, asal barengan temen dan ga bawa krucil hahaha

    • saya juga karena bawa bocah makanya kadang agak rempong
      Wong kemping aja kami bawaannya kayak orang mo pindahan apalagi kalau pergi jauh-jauh hahaha

    • Setujuuuuuu
      Nyaman di kantong itu paling penting
      Gak lucu aja klo pulang liburan terus nyampe rumah natap ngenes layar ATM tiap butuh duit hahaha

  7. Bagi saya pribadi
    Mau holiday atau travelling enak mana? dua-duanya sama enaknya.

    Tapi jujur … saya baru akan sangat menikmati (entah holiday ataupun travelling) jika saya melakukannya sendiri. Inilah kenikmatan sejati.
    Tidak bergantung pada siapa-siapa. Tidak nunggu siapa-siapa. Mau jalan ya jalan aja. Mau berlama-lama di satu tempat ya terserah saya.
    Saya pernah menulis mengenai hal tersebut disini
    https://theordinarytrainer.wordpress.com/2012/02/29/solitaire-dan-sendiri/
    (maaf jadi nge link nih)

    Salam saya

    • Bener Oom. Saya juga kadang begitu kok
      Suka gak enakan kalau ngerepotin orang lain atau sampai membuat menunggu
      Tapi kalau ada yang mau ngajak saya jalan bareng, yo gak nolak juga sih hahaha
      Siap meluncur ke tulisannya ya Oom

  8. Dzulkhulaifah Rahmat says:

    Dua-duanya asik, tapi aku keseringan masuk ke kategori traveling termasuk saat hanimun dulu. Liburan di jogja, nginep di hostel yang 100rb/malam dan jalan-jalan sampai ke pantai parangtritis naik motor. Sewanya cuma 50rb sehari semalam.

  9. TeRriii says:

    Saya sih paling anti namanya traveling seadanya, tidur seadanya, makan seadanya, irit2 ga jelas. Mendingan tidur dan makan di rumah yang udah pasti enak dan oke. Ngapain buang duit buat nyusahin diri ?
    Sudah cape2 cari duit malah buang duit buat tambah cape diri saat traveling.
    Saya sukanya holiday alias liburan. Hotel bagus, makan enak, view bagus walau cuma visit 1 – 2 lokasi, fasilitas terjamin, dll. Dengan ngelakuin holiday, saya bisa relaks dan santai setelah bekerja cari uang.
    Dan kalau ada yang tanya kalau saya blm ada uang untuk holiday ? Ya saya cari dulu uangnya. Lagian enakan tinggal di rumah daripada maksain traveling dengan budget terbatas. Hell NO !

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *