Wajah Baru Lembur Kuring Parung

Lembur Kuring Parung

Yuhuuuu……

Apa kabar Melali-ers? Maaf ya lama tak menyapa lewat rumah ini.  Kali ini saya akan mengajak teman-teman semua berkunjung ke Parung, sebuah kawasan di Kabupaten Bogor yang menjadi perlintasan alternatif jalur Jakarta – Bogor – Tangerang.  Tak heran, jalan raya Parung selalu dilintasi oleh kendaraan besar berupa bus AKAP maupun truk-truk niaga.  Kalau dulu mendengar kata Parung rasanya seperti membayangkan sebuah daerah di antah berantah, sekarang sudah tidak lagi kok.  Parung sudah terus berbenah dan mudah-mudahan terus lebih baik.

Tak ketinggalan, yang turut berbenah adalah restoran Lembur Kuring Parung.  Kalau kalian pernah melintas  di jalan raya Parung, pasti pernah juga melewati rumah makan Lembur Kuring.  Sudah berdiri sejak tahun 70-an, rumah makan ini menjadi legenda.  Rasanya tak ada warga Parung dan Bogor yang tak kenal.  Selain karena menunya yang memikat hati juga karena lokasinya yang bersisian dengan Setu Lebak Wangi, menghasilkan panorama yang indah sembari menikmati makanan.

Seiring waktu, Lembur Kuring mengikuti perkembangan jaman.  Di era sosial media ini, berwisata kuliner bukan sekedar memenuhi selera indra pengecap, tapi juga selera mata dan hati. Kenyamanan adalah yang utama, spot-spot cantik menjadi kebutuhan.  Instagramable, begitu kata kids jaman now.

Interior yang Luas dan Nyaman

Saya ingat, beberapa tahun lalu saya pernah makan di lembur Kuring.  Dengan desain lama tentunya.  Lalu akhir pekan kemarin, saya dan kawankawan Blogger Bogor berkesempatan berkunjung kembali ke sana.  Begitu memasuki pelataran parkir, saya sudah terpana. Wow, berubah banget.  Area parkir yang lapang, para pramusaji yang ramah, ruang-ruang makan yang luas dan lega, saung-saung yang berjajar di tepian Setu memberi kebebasan pada pengunjung mau duduk dimana.

Lembur Kuring Parung
Lampu gantung dengan sentuhan tradisional
Lembur Kuring Parung
Saung bundar di sisi depan restoran
Lembur Kuring Parung
Saung-saung seperti ini ada di hampir seluruh tepian restoran, berbatasan dengan Setu

Lampu gantung dengan sentuhan anyaman bamboo tradisonal tampak menghiasi langit-langit ruangan.  Aksen kayu berwarna coklat gelap tampak mendominasi memberi kesan kuat dan kokoh.  Bila ingin menikmati view yang lebih ciamik, naiklah ke lantai dua.  Dari sini kita bisa menikmati keindahan Setu Lebak Wangi, perkampungan penduduk di kejauhan dan pulau kecil di tengah Setu.  Pssst…. Menurut bisik-bisik dari Pak Cholil yang menemani kami sore itu, rencana jangka panjangnya bakal dibuat jembatan penghubung antara restoran dengan pulau kecil ini. Wow bakalan jadi tempat hits buat pepotoan nih.

Lembur Kuring Parung
Pulau Kecil di tengah Setu Lebak Wangi
Lembur Kuring Parung
Wastafel yang banyak dan bersih

Bagian yang menurut saya belum dikembangkan maksimal adalah playground.  Dengan konsep restoran keluarga, menurut saya akan lebih baik bila tersedia playground yang ramah anak baik lokasi, jenis permainan maupun keamanannya.  Saat ini sudah ada kok playgroundnya, namun posisinya kurang strategis.  Terlalu di pojok belakang, sehingga agak menyulitkan bagi orang tua yang ingin bercengkerama dengan keluarga sembari mengawasi anak-anak bermain.  Pun kurang nyaman karena semi outdoor sehingga saat hujan mengguyur, playground yang basah tak bisa jadi pilihan tempat bermain.  Kebetulan saat kami datang, hujan sedang tumpah dengan sangat deras.  Prema dan putra Kang Irfan yang tampak mulai bosan tak punya pilihan untuk bermain.  Jadi ya, kembali ke gadget deh hehe.  Semoga kedepannya, bagian ini menjadi perhatian bagi manajemen terutama karena konsep yang diusung adalah restoran keluarga.

Jelajah Rasa dengan Menu-Menu Istimewa

Tak lengkap dong kalau ke restoran tapi gak makan.  Saya yang sebelumnya pernah makan di sini, serasa ingin bernostalgia dengan racikan khas dapur Lembur Kuring.  Satu yang saya ingat, dulu itu pepesnya juara.  Dengan bumbu melimpah dan meresap hingga ke tengah ikan.  Apakah masih sama seperti itu?

Lagi-lagi kami mendapat bocoran, di awal-awal launching restoran dengan konsep baru ini banyak pengunjung yang sama seperti saya, mencari pepes ikan yang khas banget itu.  Tak tanggung-tanggung, lembur Kuring sampai memanggil kembali Ibu Rohmah, salah satu chef andalan sejak dulu yang sudah bekerja sejak umur 14 tahun.  Beliau sebenarnya sudah sempat berhenti bekerja, tapi karena permintaan konsumen yang kangen olahan tangannya, maka beliau kembali.  Saat ini Ibu Rohmah berusia 67 tahun dan masih ngulek bumbu manual dengan cobek.  Wow pantas saja rasanya juara.

Lembur Kuring Parung
Pepes Patin dalam bambu

Pepes yang dihidangkan juga dalam wajah baru.  Pepes patin dalam bambu.  Yang membedakan dengan pepes patin di tempat lain, meskipun patin adalah ikan yang sangat berlemak tapi disini pepesnya tak terlalu berminyak.  Dagingnya kesat dan tetap lembut, empuk khas ikan patin.  Saya jatuh cinta sama pepes ikan patin ini.

Lembur Kuring Parung
Gurame Acar Kuning
Lembur Kuring Parung
Udang saus madu
Lembur Kuring Parung
Cumi sambal mangga

Kami juga menikmati sajian Gurame bumbu acar kuning, Cumi saus mangga, Udang saus madu, Karedok, bakwan jagung dan nasi liwet.  Untuk dessertnya kami mencicipi colenak dan bola-bola pisang.

Apa yang istimewa?

Menurut saya, yang lidahnya rada ndeso ini semua racikan terasa enak.  Karedoknya segar, porsi pas untuk bertiga atau berempat.  Sebagai penyuka mangga, saya menikmati sekali saat makan cumi saus mangga, mangganya krenyes-krenyes gitu deh.  Untuk bakwan jagung, rasanya enak, tapi potongan super besar menurut saya.  Kalau makan sepotong sendiri rasanya kegedean deh.  Jadi mau gak mau, untuk menikmati bakwan jagung harus dipotong-potong lagi agar porsinya pas.  Errr… mungkin memang ini tujuan chefnya ya, biar yang makan saling berbagi.  Asa romantis kituuuu hehehe

Lembur Kuring Parung
Nasi liwet
Lembur Kuring Parung
Bakwan jagung ukuran jumbo

Usai makan berat, kami mencicipi colenak.  Entah darimana asal nama colenak ini.  Sembari bergurau, mbak Tite, salah satu kawan blogger nyeletuk,  “colenak : dicolek-colek enak.”  Hahaha.  Boleh juga sih.  Tapi saat saya mem-posting foto colenak ke media sosial, kawan-kawan lain bilang katanya yang bener “dicocol enak”

Lembur Kuring Parung
Colenak. Dicocol enaaaak

Iya deh.  Apapun namanya mau dicocol atau dicolek yang pasti colenaknya memang enak.  Apa? Kalian belum tahu colenak? Wohoo sini saya bisikin.  Jadi, colenak itu penganan yang terbuat dari tape singkong.  Dipanggang sebentar lalu makannya dicocol ke saus gula merah.  Kadang ada yang diguyur juga.  Nah, di Lembur Kuring Parung, colenak disajikan dengan 3 macam saus yaitu gula merah dengan potongan nangka, saus coklat dan selai kaya.  Semuanya cocok berpadu dengan si tape bakar.  Untuk bola-bola pisang, adalah pisang goreng dalam tampilan berbeda.  Pisang berbalut adonan tepung lalu diberi taburan keju parut.

Lembur Kuring Parung
Bola-bola pisang

Ada lagi yang istimewa. Yaitu bubur goreng lembur kuring.  Yes, kalian gak salah baca kok.  Ini beneran, buburnya digoreng.  Dengan kekenyalan khas bubur, topping daging ayam, bumbu yang tak terlalu mencolok namun tetap memberi rasa sedap bubur goreng ini bisa jadi pilihan kuliner bila bertandang ke Lembur Kuring.  Ada kejutan lain dari bubur goreng ini yaitu hadirnya telur ayam setengah matang yang bersembunyi di balik kehangatan bubur.  Saat membuka celah bubur, kuning telurnya menyembul manis.  Eneg? Ndak kok.  Jujur saya juga awalnya mikir bakalan eneg, tapi pas mencicipi ternyata ndak lho.  Kuning telurnya jadi mateng karena bertemu bubur panas.

Lembur Kuring Parung
Bubur Goreng Lembur Kuring

Rayakan Hari Istimewamu Bersama Lembur Kuring Parung

Saat kami berkunjung ke Lembur Kuring tempo hari, di lantai satu terdengar lagu happy birthday yang dinyanyikan dengan sangat meriah.  Rupanya ada rombongan keluarga besar yang ke sana untuk merayakan ulang tahun salah satu anggota keluarganya.  Kapasitas ruang yang besar dan lega, memang memungkinkan untuk menggelar perayaan hari istimewa di sini.

Bukan hanya ulang tahun, Lembur Kuring Parung juga menyediakan Wedding Package.  Lapangan parkir yang luas, kapasitas tamu hingga 1000 orang, sajian hidangan istimewa tentunya bisa jadi pertimbangan bagi calon pengantin untuk merayakan pernikahan disini.  Tak mahal kok, harga yang ditawarkan mulai dari 40 jutaan saja.

Bagi kalian yang ingin melakukan transaksi bisnis, meeting, workshop atau kegiatan lain yang butuh ruang lega dan nyaman, bisa juga dilakukan di sini.  Kapasitas ruang meetingnya juga gede.  Untuk Co working space juga oke punya lho.

Jadi tunggu apalagi?

Saya sudah menikmati wajah baru Lembur Kuring Parung. Kamu kapan?

 

Salam

Arni

 

 

17 thoughts on “Wajah Baru Lembur Kuring Parung

  1. Wah Parung Deket rumah saudaraku nih Mbak. Di daerah sana memang banyak kuliner ya
    . Tapi aku belum pernah ke sini nih. Thanks infonya. Penasaran dengan masakan yang pakai bambu

    • Haduuuh aku kok mendadak gak pede disandingkan dengan alm. Pak Bondan Winarno. Beliau mah pakar wisata kuliner yang tak ada tandingannya deh

  2. KataTaufan says:

    Wah, belum sempat ikutan makan-makan di sini April kemarin… Semoga lain waktu bisa kumpul makan-makan bareng lagi, yes… Jadi pengen nyobain ke sana deh. Sepertinya tempatnya sangat nyaman dan kekeluargaan, mau ajak Ibu dan Adik juga deh!

  3. Eva says:

    Baru kemarin makan di lembur kuring padahal ini jalur pulang kantor selama bertahun2x. Ternyata ueenaakk bangeettt .. . Kemarin saya coba cah kangung dan sop ikan gurame pallumara. Kaget juga ada menu pallumara yg khas Sulawesi, namun kombinasi pakai ikan air tawar disini ketimbang ikan laut ditempat aslinya. Tp rasanya pas deh. Juara. Kangkungnya perasaan salah satu cah kangkung terenak yg pernah saya makan. Plus ditemani pemandangan setu.

    Rekomen banget.

  4. Reno says:

    seharusnya jangan diubah total, pengen nostalgia design lama. Dulu 30 tahun lalu sering makan disana, jadi sangat melekat sekali suasana restonya, tapi sekarang sudah berubah total begitu, ga jadi kesana deh jauh2, dekat sini juga banyak lembur kuring.

Leave a Reply to imam Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *