Berkencan dengan Bintang-Bintang di Camping Ground Curug Seribu

Curug Seribu

Saya menurunkan kaca jendela, mengosongkan paru-paru lalu menghirup udara dalam-dalam untuk mengisinya kembali.  Kali ini, udara yang masuk terasa begitu sejuk.  Dihembuskan dengan lembut oleh semilir angin yang menembus sela dedaunan dan menghantar aroma pinus yang begitu segar.  Hal yang sama dilakukan oleh suami yang berada di belakang kemudi, pun oleh Prema yang duduk di bangku tengah.  Aktivitas ini menjadi pertanda bahwa kami sudah memasuki kawasan Taman Nasional Gunung Salak – Halimun.  Sebuah tempat di ketinggian, yang menawarkan udara segar dan panorama menawan.

Akhir pekan terakhir di liburan panjang kenaikan kelas tahun ini kami manfaatkan untuk camping.  Kalau biasanya kami camping mandiri, kali ini kami memilih mengikuti kegiatan bersama NDI (Nol Derajat Indonesia) Kids.  Digawangi oleh duo Ayah Bunda Keren, mas Yoki dan mbak Dinar yang menggagas organisasi sosial berbasis lingkungan, mengajak keluarga Indonesia untuk berkegiatan di alam dan menerapkan gaya hidup ramah lingkungan.  Keren ya semangatnya

Nah, kali ini NDI Kids menggelar event “Play With The Star” Bermain bersama bintang.  Jadi, kegiatan selama camping tentunya berhubungan dengan tata surya ; bintang, planet, meteor, komet dan benda-benda langit lainnya.  Biar makin asyik, NDI berkolaborasi dengan kakak-kakak dari HAAJ (Himpunan Astronomi Amatir Jakarta) yang datang lengkap dengan teropong bintangnya.

Menuju Camping Ground Curug Seribu

Pilihan lokasi kali ini adalah di camping ground Curug Seribu.  Dari arah pintu masuk gerbang Taman Nasional, jika dibandingkan dengan lokasi camping kami tahun lalu di Curug Cihurang, camping ground ini cukup jauh ke dalam.  Perjalanan yang sungguh memanjakan dengan warna hijau sejauh mata memandang.  Melintasi banyak curug di sisi kiri dan kanan jalan.  Kawasan Taman Nasional ini memang terkenal dengan jumlah curugnya yang sangat banyak.  Ukuran dan bentuknyapun beragam.  Curug Pangeran, Curug Ngumpet, Curug Cigamea, Curug Sawer dan banyak lainnya.  Mau camping di sini mah bebas milih jadinya.

Baca juga : Camping Ceria Menikmati Debur Curug Cihurang

Butuh waktu sekitar 20 menit berkendara dari gerbang untuk mencapai lokasi yang ditentukan.  Meski berkelok dan turun naik,  jangan khawatir jalanan mulus kok.  Baru terasa bertualang ketika kami akhirnya menemukan papan nama Curug Seribu, berbelok ke kiri dari jalan utama.  Awalnya sempat deg-degan, takut salah jalan.  Bukan apa-apa, jalanannya sempit, hanya pas untuk satu mobil.  Lha ini kalau nyasar, piye muter baliknya rek!

Syukurlah ternyata jalur yang kami lintasi ini benar.  Jalanan masuknya agak berbatu.  Tampak beberapa vila yang cukup terawat di sisi kanan dan kiri jalan.  Dan akhirnya, kami sampai juga setelah bertanya sana sini.  Parkir kendaraan, lalu bersiap gotong-gotong tas ke camping ground.

Camping Ground Curug Seribu

Kami tiba sekitar pukul 13.15.  Sepanjang jalan udah mikir kayaknya bakal telat dan jadi peserta terakhir yang hadir.  Dalam brief yang dikirimkan ke peserta, tertulis bahwa peserta diharapkan hadir pukul 13.00 agar ada cukup waktu beristirahat dan bersiap sebelum mulai workshop pada pukul 14.00 nanti.  Kami memang sempat mampir ke rumah teman terlebih dahulu sebelum ke lokasi camping, teman lama yang istrinya baru saja meninggal dunia.  Kebetulan searah, jadi kami mampir sebentar.  Makanya (merasa) agak telat.

Ndilalah…. KAMI PESERTA PERTAMA yang hadir!

Rupanya yang lain belum ada satupun.  Ada yang baru berangkat, ada yang masih nyasar, ada yang masih dimanalah gitu.  Pokoknya belum ada yang datang #tepokjidat #maunyinyirtapitakutdosa hahahahaha

Curug Seribu
Ayo kita pasang tenda

Saat naik ke lokasi camping ground, kami disambut mas Yoki, mbak Dinar bersama dua jagoannya, Malik dan Diaz yang lagi masang tenda dan siap-siap buat workshop.  Oh ya, kali ini kami gak bawa tenda sendiri.  Pakai punya NDI saja.  Ya wis, berhubung yang lain belum datang, ikut bantuin masang tenda aja deh.  Prema bersama Malik dan Diaz malah bersemangat sekali ikut membantu.  Memasang pasak, menyiapkan barang-barang, membagi matras dan sleeping bag ke dalam tenda dll.  Selain melatih anak-anak untuk ringan tangan bekerja sama dalam pekerjaan, kegiatan seperti ini juga melatih motoriknya, juga membuat mereka merasa dibutuhkan dan bermanfaat untuk orang lain.  Jangan lupa beri bonus pujian dan pelukan hangat.

Curug Seribu

Curug Seribu
Prema,Malik dan Diaz turut membantu
Camping ground Curug Seribu
Bersantai di hammock, sebuah kemewahan saat camping

Workshop Membuat Paper Sundial

Kelar pasang tenda lalu beres-beres barang, ngemil cantik, bersantai di hammock dan main bulutangkis.  Saya melirik jam di pergelangan. Pukul 15.00 WIB.  Satu persatu peserta lain datang. Juga kakak-kakak dari HAAJ.  Sampai akhirnya baru benar-benar lengkap sekitar jam 4 sore.

Diawali dengan sesi perkenalan (err… sebenarnya saya gak ikutan pas sesi ini, lagi melipir ke bawah sebentar. Begitu balik ternyata udah pada ngumpul dan keluarga kami diwakili oleh Prema hihihi).  Selanjutnya masing-masing kami dibagikan kertas, gunting dan lem untuk membuat paper sundial.

Apa itu paper sundial?

Sundial secara sederhana dikenal sebagai jam matahari, yaitu jam yang digunakan pada jaman dahulu secara manual sebelum adanya jam analog/digotal seperti sekarang ini. Cara kerjanya sederhana, letakkan (paper) sundial menghadap ke arah matahari terbit.  Dengan memanfaatkan gerak semu matahari dari Timur ke Barat,  dipasang sedemikian rupa sehingga saat sundial terkena matahari gnomon yang digunakan sebagai penunjuk waktu akan menghasilkan bayang-bayang gnomon yang jatuh pada angka-angka tertentu, ini menunjukkan waktu pada saat itu.  Untuk menunjukkan waktu yang tepat, model jam matahari harus diletakkan menghadap ke utara (True North ; arah pergerakan benda langit) bukan arah utara kutub magnet.

Saat ini, sundial terbesar di dunia yang masih berfungsi adalah jembatan sundial Turtle Bay, di Sungai Sacramento, California, AS.  Tinggi gnomonnya 66 m.  Wah keren banget pastinya jembatan yang sekaligus berfungsi sebagai jam ini ya.  Semoga suatu hari ada rejeki bisa main-main ke sana deh #usapmuka

Curug Seribu
Suasana Workshop

Nah, kali ini kami membuat percobaan sederhana : paper sundial.  Semua peserta serius dan bersemangat saat membuatnya.  Penasaran banget bakal jadi seperti apa dan bagaimana menggunakannya.

Selagi kami asyik membuat paper sundial, matahari rupanya tak mengenal kata telat.  Dia tetap bergerak perlahan menuju peraduannya di ufuk barat.  Seiring langit yang menjingga, sang surya mulai terbenam.  Gegas kami menyiapkan lampu-lampu.  Angin dingin tak mau ketinggalan mengambil peran.  Semriwing rasanya.  Satu persatu peserta mengenakan jaket, syal, kupluk dan pakaian hangat lainnya.  Untuk membantu memberi kehangatan, api unggun juga mulai dinyalakan.

Apa kabar si paper sundial?  Karena mataharinya sudah harus beristirahat, paper sundial yang kami buat sore hari ini akan digunakan besok pagi saja, saat matahari mulai muncul.

Sekarang waktunya membersihkan diri. Di persimpangan sore dan malam ini, saatnya menghadap sejenak pada Sang Pemilik Waktu.  Menundukkan kepala, menyampaikan terimakasih atas segala anugerahNya, sekaligus mengajukan permohonan agar kegiatan kami lancar hingga akhir.  Saat teman-teman lain turun ke rumah penduduk terdekat untuk shalat, kami juga melaksanakan sembahyang bertiga, di dalam tenda.

Mengintip Langit Malam, Berkencan dengan Bintang-Bintang

Usai makan malam, kakak-kakak HAAJ sudah siap dengan teropong bintangnya.  Siap belajar lagi deh.  Dimulai dengan mengenal konsep tata surya, nama-nama planet dengan cirinya masing-masing, perbedaan bintang dan planet, dan banyak lagi pengetahuan lainnya.

Curug Seribu
Bincang Bintang di malam hari bersama kakak-kakak dari HAAJ

Prema dan teman-teman antusias banget.  Saking semangatnya, menjawab pertanyaan sampai berebutan.  Tak jarang juga mereka sibuk berimajinasi.  Tentang bintang-bintang di angkasa, tentang perjalanan planet-planet dan banyak lagi.  Seru sekali.

Curug Seribu
Meuni serius semuanya euy

Teorinya udah.  Sekarang praktiknya.

Sejak sore sebenarnya langit sudah mendung.  Bahkan sore hari sempat gerimis sejenak. Bikin kami agak galau dan cemas, takut hujan turun.  Pertama kami tentu tak nyaman berada dalam tenda jika hujan datang, bisa jadi malah mengungsi ke rumah penduduk atau ke dalam mobil.  Kedua, kencan dengan bintang-bintang terancam gagal karena bintangnya ngumpet di balik awan.  Huhuhu.

Syukurlah, semakin beranjak malam sepertinya semesta membuka sedikit hatinya untuk kami.  Rupanya semesta juga ingin kami menikmati gemerlap bintangnya.  Satu demi satu bintang bermunculan di langit malam. Begitu juga planet.  Ada mars yang tampak begitu terang.  Ada Jupiter yang tampak bersinar.  Ada Saturnus yang memukau.  Juga ada beberapa rasi bintang yang hadir dengan bentuk-bentuk uniknya.  Yang lucu, kadang saat kurang diperhatikan, sang bintang justru muncul berkerlap kerlip.  Begitu diperhatikan beramai-ramai, dia ngumpet di balik awan.  Serupa putri cantik yang malu-malu mau.  Apakah dia sengaja ingin membuat kami penasaran? Atau memang sedang menguji kesabaran kami ya?

Bergantian anak-anak (dan bapak ibunya yang tak mau ketinggalan) belajar mengintip dari lensa teleskop.  Sembari dibimbing oleh kakak-kakak HAAJ.  Takjub lho saya sama mereka, hapal banget letak setiap bintang.  Begitu ada yang muncul, langsung dikenali sebagai bintang A, planet B dll.  Keren deh pokoknya.

Ou, sembari berkencan dengan bintang-bintang kami juga asyik menikmati sosis bakar lho. Mas Yoki dan mbak Dinar lengkap banget bawaannya, sosis dan otak-otak yang banyak plus panggangan teflonnya.  Kalau biasanya bakar-bakaran sosis langsung di atas api, kali ini naik pangkat pakai panggangan.  Trus saya juga jadi ikutan pengen punya deh. Sayang, gak ada foto bakar-bakaran sosis nih, saking semuanya menikmati saja.  Tak semua hal harus ada fotonya khan.  Jadi teman-teman silakan bayangin aja bagian ini ^^

Camping Ground Curug Seribu

Makin malam makin asyik sebenarnya.  Karena makin malam, awan-awan mendung makin menjauh dan membuka kemilau bintang yang bertaburan.  Pun ketika dini hari, meteor tampak berjatuhan.  Apa daya mata tak mau bekerjasama.  Kantuk menyerang memberi tanda bahwa tubuh perlu beristirahat.  Satu persatu peserta masuk ke dalam tenda, meringkuk manja di balik sleeping bag.  Sementara di luar, angin malam berhembus menderu-deru. Berusaha menembus dinding-dinding tenda kami.   Suara binatang malam juga terdengar bersahutan.  Menyajikan harmoni alam yang begitu alami.

Suasana seperti ini selalu membuat hati merindu.  Ada rasa tak tergantikan ketika menikmati aktivitas di alam terbuka seperti ini.  Jauh berbeda rasanya dengan tidur dalam kamar di rumah, atau di atas kasur hotel nan empuk.  Beda.  Ayo coba dan rasakan.

Selamat beristirahat.  Selamat bermimpi indah.  Menari bersama bintang dalam pelukan malam.

Halo Matahari, Sekarang Giliran Kami Berkencan Denganmu!

Saya terjaga sekitar pukul 4 pagi.  Di luar tenda terdengar suara kawan-kawan yang asyik berbincang.  Rupanya sebagian sudah bangun duluan dan kembali asyik menikmati hujan meteor di langit yang masih gelap.  Bergegas turun ke bawah, menuju toilet yang berjajar rapi tepat disamping tangga naik menuju camping ground ini.  Begitu menyentuh air, sontak saya menarik kembali tangan ini.  Dingiiiiin sekali. Rasanya seluruh tubuh saya membeku. Duh bagaimana yang tinggal di negara 4 musim ya.  Kayak apa tuh dinginnya saat salju turun.  Ini yang masih belasan derajat saja sudah bikin nyess di kulit.  Mengingatkan saya beberapa waktu lalu saat kami menggigil di Bromo dan Dieng. Dinginnya air ini sukses membuat saya mengurungkan niat untuk membasuh muka dan menggosok gigi.  Jadi yang saya lakukan hanya mengusap sedikit bagian mata untuk membersihkan kotorannya saja.  Gosok gigi? Nanti sajalah, agak siangan hahaha

Perlahan hari berangsur terang.  Segelas teh hangat mengalir masuk mengusir dingin dalam diri. Banyak bergerak dan pelan-pelan merapikan isi tenda cukup membantu agar tubuh lebih hangat.

Yang mau sarapan, boleh langsung ke bawah ya.  Sarapannya sudah siap,” mbak Dinar memberi tahu kami

Camping kali ini memang berbeda.  Karena sedang ikut kegiatan, kami tak perlu memasak sendiri. NDI Kids bekerjasam denganibu pemilik warung yang rumahnya tepat berada di bawah area camping kami, tak jauh dari toilet.  Di sana juga tersedia aneka makanan dan minuman lainnya termasuk teh, kopi bahkan mie instan.  Eits… jangan nyinyir ya! Makan mie instan saat camping dan udara dingin itu enaaaaaak hahaha

Satu persatu peserta turun ke warung untuk sarapan.  Istimewa, pagi itu kami makan dengan nasi uduk, bihun + sambal kacangnya, telur dadar dan kelengkapan lainnya. Tentu saja buat kami ini istimewa.  Berkali-kali camping, manalah pernah kami sarapan nasi uduk.  Paling banter nasi goreng dengan telur atau bahkan yang tadi itu, mie instan ^^

Prema bangun agak telat.  Dibandingkan teman-temannya, semalam dia memang yang terakhir masuk tenda.  Ketika anak lain sudah pulas, dia masih asyik ngobrol dengan kakak-kakak HAAJ.  Jadinya saat pagi, yang lain sudah kelar sarapan, Prema baru terjaga.  Gegas sarapan dan membersihkan diri, lanjut ngumpul lagi di lapangan untuk acara selanjutnya.

Camping ground Curug Seribu
Halo Matahari, apa kabarmu pagi ini?

Camping ground Curug Seribu

Kali ini kami melakukan pengamatan matahari.  Kakak-kakak HAAJ sudah siap dengan teleskopnya.  Mencari-cari titik yang pas untuk mengamati sang surya yang pagi itu bersinar cerah.  Menampilkan warna orange sempurna, menabur kehangatan setalah semalaman kami gigil kedinginan.  Satu persatu kami bergilir mengintip dari lubang teleskop.  Aih cantik sekali penampilan matahari pagi ini.  Seolah tahu akan diajak berkencan, dia tampil sempurna tanpa cela.  Selain lansung dengan mata, kami juga sempat melakukan pemotretan via lensa kamera.  Caranya, cukup tempatkan lensa kamera tepat di atas lensa bidik teleskop.  Cekrek.  Hasilnya cakep banget deh.

Camping ground Curug Seribu
Memotret matahri melalui lensa teleskop
Camping ground Curug Seribu
Begini kira-kira yang tampak di layar HP
Camping ground Curug Seribu
Cantik ya mataharinya

Selain melalui teleskop, kami juga menggunakan kacamata 3D untuk melakukan pengamatan matahari.  Semuanya menarik dan menjadi tambahan pengetahuan buat kami.

Ou… jangan lupa sama si paper sundial yang sudah kita buat kemarin sore.  Saatnya belajar melihat waktu dengan jam matahari.  Cukup tempatkan paper sundial di dataran yang terkena matahri langsung.  Posisinya menghadap ke Utara.  Nantinya, akan menghasilkan bayangan yang jatuh pada bidang waktu dan menunjukkan jam pada saat pengamatan.  Menarik dan menyenangkan.

Camping ground Curug Seribu
Pengamatan waktu dengan Paper Sundial

Tak terasa hari sudah semakin siang.  Sebelum lokasi camping benar-benar tersiram cahaya matahri sepenuhnya, kami kembali berkumpul untuk melanjutkan kegiatan.  Ada ngobrol-ngobrol asyik lagi tentang tata surya.  Ada kuis-kuis buat peserta, bagi-bagi hadiah dan goodie bag. Psst… salah satu oleh-oleh buat dibawa pulang adalah peta binta dan fase bulan.  Buat belajar di rumah.  Tak lupa juga ada kenang-kenangan tas belanja cakep dari NDI Kids, dengan pesan sponsor tentunya, “latihan zero waste ya…, kurangi sampah plastik. Kalau belanja, pakai tas kain saja.” Love it!

Waktu terus bergulir, jangan sampai terlena.  Saatnya bergerak.  Agenda selanjutnya adalah trekking menuju Curug Cipuray yang terletak tak jau dari camping ground.  Beres-beresin barang dulu, jalan kemudian. Cerita curugnya nanti saya tulis di artikel berbeda ya.  Kalau di sini semua, bisa bosan bacanya.  Kepanjangan hehe.

Camping Ground Curug Seribu
Sebelum bubar, foto bareng dulu yuks

Terimakasih NDI Kids untuk akhir pekan yang menyenangkan

Terimakasih kakak-kakak HAAJ yang sudah berbagi ilmu

Terimakasih papa mama dan teman-teman kecil yang melengkapi kegiatan ini dan berbaur dalam bahagia, berkegiatan bersama, mencintai alam.

 

Salam lestari

 

Arni

 

 

33 thoughts on “Berkencan dengan Bintang-Bintang di Camping Ground Curug Seribu

  1. Aaaah kerennyaaaa. Anak anak jadi makin dekat dengan alam ya kalo beginiii. Dan aku baru denger ttg NDI Kids juga nih, langsung googling ah siapa tau jodoh sama acara selanjutnyaaaa. Makasi sharingnya yaaa

  2. Liburan dengan camping itu kesannya greget yang susah diungkapkan deh, He He.. Dan apapun dan dimanapun berfoto, tetep yah mbak tangan kirinya gaya 2 jari ✌saya juga sukak gitu, kek reflek aja pas difoto 😁😂

    • Coba cari tau komunitas-komunitas serupa di Surabaya mbak
      Kayaknya sekarang banyak deh pegiat komunitas berbasi alam dan lingkungan untuk anak-anak begini

  3. Git Agusti says:

    Waaah asyik sekali, anak saya pasti suka kalau ikut kegiatan outdoor semacam ini. Momen yang tepat untuk membuat anak lebih mampu sosialisasi dengan teman sebayanya. Apalagu ini di alam bebas, bisa sambil eksplorasi pengetahuan dari alam terbuka bersama teman dan ayah bundanya.

  4. Seru banget acaranya mba dan aku salfok sama workshop paper sundial malahan baru tahu tentang sundial ini wkwkwk..semoga ya mba bareng aku liat sundial terbesar di sungai sacramento Californianya aamiin

  5. Andi Nugraha says:

    Jib, cantik banget mataharinya..
    Jadi kangen deh pengen camping. Udah mah ini pemandangannya keren lagi.

    Secara gak langsung belajar juga nih dari tulsian ini.
    Hanya saja pengen langsung praktek langsung deh biar bisa lihat dan foto langsung juga..hehe

  6. Wah seru bgt ya acaranya, mba. Info dong kapan ada lagi acara family camping begini. Trus bayar ga? Kalau bayar berapa?

    Tertarik deh kalau ada kegiatan spt ini. Anak2 pasti suka.

Leave a Reply to Ida Tahmidah Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *