Menoreh Jejak di Benteng Martello Pulau Kelor

Benteng Martello

Bangunan bulat dari bata merah itu tampak megah di ujung pulau.  Dari jauh malah terlihat seperti cerobong asap raksasa.  Pak Ary (arkeolog) dan mas Yoki (NDI) mulai bercerita tentang Benteng Martello, demikian nama bangunan itu.

Benteng Martello terdapat di Pulau Kelor, salah satu dari empat pulau yang termasuk dalam Gugusan Pulau Onrust di Kepulauan Seribu.   Pulau-pulau ini telah ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya Nasional Taman Arkeologi Onrust dan dikelola Unit Pengelola Museum Kebaharian Jakarta. Empat pulau tersebut adalah Pulau Onrust, Pulau Bidadari, Pulau Cipir dan Pulau Kelor.  Letaknya berdekatan sehingga disebut sebagai gugusan.

Benteng Martello
Dermaga Muara Kamal dan pelayaran dengan kapal kecil menuju Pulau kelor

Kami berangkat dari Dermaga Muara Kamal setelah sebelumnya berkumpul di Kota Tua.  Err.. sempat agak bête sih di awal karena jadwal yang ngaret parah.  Sementara kami jam 5.30 sudah naik kereta dari Bogor, bangunin Prema subuh-subuh agar tak telat tiba di Jakarta karena menurut info awal ngumpul jam 7 pagi dan 7.30 sudah perjalanan ke Muara Kamal.

Dan apa yang terjadi kawan?

Kami tiba di depan Museum Fatahillah pukul 7.15 WIB.  Itupun saat kereta masih dalam perjalanan dan agak tersendat karena antrian masuk stasiun, saya sudah meminta maaf pada mas Yoki untuk keterlambatan kami.  Tapi rupanya, saat kami tiba, masih banyak peserta lain yang belum datang.  And you know what? Kami akhirnya baru berangkat pukul 10 dooooong… #nariknafaspanjang

Baca juga : Berkencan dengan Bintang-bintang di Camping Ground Curug Seribu

Untungnya di Kota Tua itu ada beberapa kegiatan yang lumayan asyik buat mengisi waktu.  Mulai dari bersepeda ria hingga memberi makan merpati.  Ada untungnya juga datang pagi-pagi, kami bisa bertemu dengan kawanan merpati yang turun dari sarang.  Agak siangan dikit, merpati ini sudah kembali ke kandang.  Cukup membeli makanannya pada seorang kakek yang duduk di salah satu pojok, 5000 perak saja dan kita bisa bermain-main manja dengan para merpati yang terbang ceria ini.  Lumayanlah ngilangin rasa bosan menunggu.

Benteng Martello
Mengisi waktu di Kota Tua. Bermain sepeda dan memberi makan merpati

Oke. Back to topic

Trip kali ini kami akan mengunjungi 3 pulau (Onrust, Kelor, Cipir) yang akan saya bahas nanti satu persatu.  Karena Kelor yang terjauh, maka pelayaran pertama berlabuh di Kelor.

Nama Kelor berasal dari bahasa Belanda “Kerkhof Eiland” yang artinya Pulau Pemakaman/kuburan.  Memang pada masa lampau, Kelor dijadikan tempat penguburan, baik jenasah para pemberontak, orang sakit maupun jenasah para tentara Belanda sendiri.  Bahkan ada cerita, di pulau ini dulunya jadi kuburan massal orang-orang yang terkena penyakit kusta dan jenis penyakit menular lainnya.

Berkenalan dengan Benteng Martello

Saat berlabuh, pemandangan pertama  adalah sisa-sisa kejayaan berupa Benteng Martello.  Berbentuk bundar, menyerupai kepala martil, karenanya disebut Martello. Dengan tinggi bangunan 9 meter, diameter luar benteng 14 meter dan tebal dinding 2,5 meter.  Bahan utama dinding adalah bata merah.  Uniknya, sebagian bata merah yang digunakan untuk menyusun benteng ini didatangkan khusus dari Belanda lho.  Selain sebagai pemberat kapal dalam pelayaran, bata merah memang didatangkan untuk bahan bangunan oleh Belanda.

Benteng Martello

Saya menyempatkan membaca papan informasi di depan benteng.  Disebutkan bahwa benteng ini dibangun pada tahun 1850 sebagai sistem pertahanan laut kota Batavia.  Di bagian atasnya yang berbentuk bundar, pada masanya digunakan sebagai dudukan meriam, lengkap dengan relnya sehingga meriam tersebut bisa berputar 360 derajat, untuk menembaki musuh-musuh Batavia.  Jadi, dahulu antara tahun 1840 – 1880, Belanda mengembangkan system pertahanan Nieuwe Hollandse Waterlinie yang salah satunya mendirikan Benteng Martello sebagai pertahanan sekaligus menara pengintai.

Tepat di tengah benteng, terdapat sebuah tiang pondasi segiempat yang juga terbuat dari bata merah.  Sepertinya tiang ini dulu menjulang tinggi.  Apa mungkin ini dulunya adalah dudukan meriam ya?

Benteng Martello
1. Papan petunjuk Benteng Martello
2. Pak Ary menjelaskan sejarah Benteng Martello
3 & 4. Sisi lain Benteng

Ada tangga melingkar di salah satu sisi benteng, menuju sebuah ruang tersembunyi yang sayangnya tak bisa kami masuki.  Takut bangunannya ambruk karena memang sudah terlalu tua.  Di bawah tangga, ada ruang kecil yang bisa dijadikan tempat persembunyian.

Sekeliling benteng terdapat lubang-lubang besar serupa jendela.  Ada delapan buah jendela dengan ukuran sekitar  2 x 2 meter.  Letaknya cukup tinggi dari permukaan tanah, saya yang tingginya semampai ini tak sanggup melongokkan kepala via jendela huhuhu.  Ada juga lubang-lubang kecil diantara jendela.  Bisa jadi dulu adalah tempat mengintai musuh atau menembak keluar.

Sebenarnya Benteng Martello dulunya juga ada di Onrust dan bidadari.  Namun, hanya di Kelor saja benteng ini masih berdiri tegak.  Di pulau-pulau lainnya sudah rata dengan tanah bahkan tak ada jejaknya lagi.  Karena pulaunya berkali-kali berganti fungsi dan bangunan.

Benteng Martello
Bagian dalam benteng. Ini diatas kami sedang dioperasikan drone, makanya semua pada ndangak ke atas deh

Saya berdecak kagum menatap tiap detil bangunan ini.  Usia tua yang tergerus waktu tak membuat pesonanya pudar.  Membayangkan pada satu masa, benteng ini mempunyai fungsi yang sangat penting sebagai pertahanan Batavia.  Bahwa pada masanya, ratusan tahun lalu, teknologi sudah cukup maju, setiap perencanaan dibuat dengan detil dan rapi.  Terlepas dari  fakta bahwa Belanda adalah penjajah, tapi mereka meninggalkan banyak sekali bangunan bersejarah yang masih bermanfaat hingga saat ini.  Gedung-gedung museum, perkantoran bahkan rel kereta api adalah beberapa contoh kecilnya.

Saat ke sini, taatilah beberapa larangannya antara lain dilarang naik ke atas benteng, dilarang mencoret-coret tembok, memaku, mengebor, mendirikan tenda (camping)  ataupun menyalakan api unggun di dalam dan sekitar benteng.

Keliling Pulau Kelor, Yuk!

Saya keluar dari benteng.  Memandang sekeliling berupa lautan di pantai utara Jakarta, tepat berhadapan dengan Teluk Jakarta.  Di kejauhan, kelihatan lho gedung-gedung pencakar langit kota Jakarta.  Tampak abu-abu, tertutup kabut polusi yang melingkupi langit Jakarta

Di tepian pulau dikelilingi oleh batuan pemecah ombak.  Sepertinya ini dipasang untuk mengurangi abrasi pantai.  For your information, dahulu Pulau Kelor ini memiliki luas sekitar 1,5 ha di tahun 1980-an.  Dan di tahun 2011 sebagaimana diungkap dalam data UPT Taman Arkeologi Onrust, luasnya kurang dari 1 ha.  Waaa… kalau begini terus, bisa jadi Pulau Kelor benar-benar menghilang dari Laut Jakarta.  Jangan sampai terjadi ya, sedih akutuu bayanginnya.  Natgeo Indonesia bahkan memprediksi bahwa 45 tahun sejak 2011, Pulau Kelor akan tenggelam berikut Benteng Martellonya.  Hiks… saya udah patah hati duluan nih

Benteng Martello
Batu-batu pemecah ombak agar dapat mencegah abrasi

Tapi memang dari kejauhan, pulau  ini terlihat kecil banget.  Saat menjejakkan kaki dipasirnya yang putih, terasa banget pulau ini bisa dijelajahi hanya dalam waktu singkat, itu udah keliling dari ujung ke ujung deh.  Pulau ini tak berpenghuni, hanya ada beberapa petugas yang berjaga di siang hari.  Saat ke sini, bawalah bekal makanan dan minuman sendiri ya, karena tak ada pedagang di pulau ini.  Jangan lupa, sampahnya bawa kembali.  Dilarang keras membuat sampah ke pantai.

Beberapa pohon mengkudu tampak tumbuh subur di pulau ini.  Sepertinya mengkudu memang jenis tanaman yang tahan banting ya.  Bisa tumbuh di berbagai cuaca dan tekstur tanah, bahkan yang didominasi pasir seperti di Pulau kelor.  Kami bahkan semat bercanda, “wah, kalau begini lebih cocok jadi pulau mengkudu deh daripada pulau kelor,”

Matahari bersinar tak kenal ampun sejak awal kami menjejak pulau mini ini.  Ditambah hembusan angin laut yang mengantarkan hawa panas.  Fyuuh… gak terbayang para tentara VOC yang dulu bertugas di sini deh.  Puanas pisan euy.  Perjalanan kami masih jauh, ada dua pulau lagi yang akan kami jelajahi setelah ini, Onrust dan Cipir.  Semuanya masih memiliki keterkaitan kisah dengan Kelor.

Benteng Martello
Sebelum melanjutkan perjalanan , yuk foto bareng. Sah ke Pulau Kelor

So, jangan kemana-mana.  Ceritanya akan segera saya lanjutkan di artikel berikutnya. Mari jelajahi bersama jejak sejarah bangsa kita tercinta agar kita makin mencintai negeri ini dan menghargai jasa para pahlawan yang dulu berjuang mati-matian membela kemerdekaan Indonesia.

Kita punya semua.  Kekayaan alam.  Pemandangan indah.  Lautan luas dengan sumber daya melimpah.  Ragam budaya.  Mari jaga bersama dalam persatuan dan kesatuan.

Sampai ketemu di Pulau Onrust dan Cipir

 

Salam

Arni

 

 

81 thoughts on “Menoreh Jejak di Benteng Martello Pulau Kelor

  1. Sayang sekali kalau pulau ini harus hilang nantinya ya. Pulau kecil, bagus, jadi lahan budidaya juga, mudah mudah bisa dijaga tetap lestari deh

    • Mudah-mudahan jangan sampai hilang ya
      Meskipun ya memang harus diakui sih, permukaannya terus berkurang karena air laut yang terus meluas akibat pemanasan global

  2. Gita sarrah says:

    Ho ternyata nama kelor itu berasal dari bahasa Belanda ya? Saya pikir nama daun hehe. Dan sy baru tau kalo pulau Kelor dulunya bekas pemakaman. Tfs mba Arni 😘

  3. Wah kak terima kasih infonya yah. Ini salah satu list destinasi yang pengen di kunjungi cuma sampek sekarang belum kesampean hehe.

    Btw, itu ngaret lama amat kak? dari jadwal jam 7.30 sampek jam 10.00 baru berangkat? Duh masih jadi kebudayaan yaa kak ngaretnyaa hehe. Tapi kaka bisa ngasih makan merpati dan keliling Kota Tua naik sepeda yah hehe

    • Cusslah agendakan segera mas
      Deket ini kok nyebrangnya. Biaya tripnya juga gak begitu gede
      Huhu kalau dingat-ingat soal ngaretnya, memang agak nyebelin hahaha

  4. I feel you, mbak. Aku juga orang yang sesuai waktu. Kalo dibilang acaranya jam 7, aku akan datang jam 7 kurang. Orang yang seenaknya terlambat itu nyebelin banget, nggak menghargai waktu dan nggak menghargai sesama. Ini ceritanya tur apa gimana, mbak? Nggak ada ketegasan dari penyelenggara gitu?

    Jadi bisa dibilang berkunjung ke Pulau Kelor ini adalah berwisata ke kuburan ya, hehe 😀

    Apalagi kalo dijajah Inggris, lebih “mendidik” lagi penjajahannya. Lihat aja negara-negara Asia yang dijajah Inggris.

    • Iyes. Ini wisata kuburan. Tiga pulau yang kami kunjungi semua ada kaitannya dengan kematian-kematian di masa lalu

      Btw soal ngaret itu, sekarang sih klo diingat-ingat masih tersisa sebelnya dikit. Tapi ya sudahlah, saya jadi punya bahan cerita. Ini penyelenggara tripnya juga baca kok hahaha
      Mudah-mudahan kedepannya gak gini lagi

  5. Darius Go Reinnamah says:

    Ahaha, kesal ya sama orang yang nggak on time? Kebangetan sih kalau berangkatnya jam 10.

    Waktu itu Komunitas Historia pernah mengadakan acara menginap di Pulau Onrust. Seru kayaknya tiduran di sana bareng mereka yang sudah tidur duluan dan nggak bangun-bangun lagi 🙂

    • Keseeeel. And you know, ini event kedua yang kami ikuti dari komunitas yang sama dan dua2nya ngaret dong
      Kenapa gak kapok? Err… kenapa ya. Ku juga tak mengerti haha

      Wah menginap di Onrust?
      Aku kayaknya masih mikir-mikir deh klo ada yang ngajakin

  6. Kebayang suramnya pulau ini di masa lampau karena jadi tempat penguburan massal. Tetapi, kalau mengingat luas pulau ini semakin menyusut rasanya sedih juga. Kisah sejarah jadi bisa ikut tenggelam

  7. Waahh.. Asik wisata sejarah gini nih.. Iyaa, duh jangan sampai tenggelam donk ya pulau ini.. Semoga kondisi ke depan makin membaik yaa, orang2 makin sadar lingkungan 🙏🏻🙏🏻🙏🏻

    • Semoga umurnya lebih panjang ya mbak
      Sayang sekali kalau suatu hari anak cucu kita gak lagi bisa mempelajari sejarah di pualu ini

  8. Waduh…bakalan lenyap karena abrasi yah. Sayang sekali…
    Hmm…wisata ke tempat yang ratusan lalu begitu, ada penampakan yah? Hehe…

    • Ada banyak penyedia paket tournya mbak
      Coba deh cari-cari di IG
      Kalau kami sih kebetulan ikut via NDI (Nol Derajat Indonesia)

      Dari Muara Kamal ke Kelor sekitar 15 – 20 menit

  9. Meski bete karena ngaret parah.. Alhmdulillah ya masih bisa dibikin enjoy dengan main di sekitar kota tua. Pulau Kelor keren juga..waktu ke pulau seribu aku gak ke pulau ini.. smoga ada kesempatan kesini

  10. Tak lama setelah membangun benteng di Batavia, Belanda mencoba invasi ke Sumatra. Baru 1875 berhasil menguasai seluruhnya.
    Btw, di Onrust ada pusat karantina haji kak. Cuma ada dua di Indonesia. Satu di Onrust satu di Sabang

  11. Aku tuh udah lama banget kepengen ikutan paket wisata pulau2 ini. Duluuuu per orangnya 70K ga tau kalau sekarang berapa ya? Pulau Bidadari sekarang masuk di paket juga ya? Jadi dapat 4 destinasi wisata enak dong. Nah, paling ga demen sama yang ngaret2, ga menghargai waktu dan orang yang berdisiplin.

  12. Aku belum pernah ni main ke Pulau Seribu, belum ada kesempatan ikut trip seru kayak begini, pengen banget..eh ternyata merpati di Kota Tua dikandangin ya kalau sore baru tahu saya mba..

    • Kalau pas mudik ke Bogor, sekalian main ke ulau Seribu deh mbak
      Ou merpatinya bukan dikandangin,mereka aja yang pulang sendiri ke kandang. Agak siangan dikit juga udah pada ngadem tuh, takut matahari sepertinya. Gak pakai sunblock soalnya hahaha

  13. Aku tau rasanya dikaretin sama orang dan itu ngezelin -__-‘

    Btw, aku baru tau loh kalo di Pulau Kelor ada benteng ini, jadi pengen mampir pas ke Jakarta bulan depan.

  14. Benar. Indonesia ini teramat kaya. Kita punya semua. Laut darat dan udara semuanya cantik. Pulau Kelor yang saya lihat ketika mau ke Pulau Tidung ternyata jauh lebih indah ya…

  15. Aku belum kesampean nih main ke 3 pulau ini, baca pengalaman yg pernah kesana aku iri, aku iri.
    Aku tipe orang yang suka dgn bangunan2 peninggalan sejarah, rasanya seperti kembali pada beberapa puluh tahun silam bahkan berabad silam, paslihat benteng martello ini, kayak kembali ke masa batavia berkuasa, meskipun sejarah pahit bagi bangsa indonesia, tp kita berusaha berdamai dgn sejarah tsb.

    • Ya ituuu ada patok-patok di sekeliling pulau yang berfungsi sebagai pemecah ombak. Tapi ya gimana dong, es makin mencair dimana-mana karena pemanasan global, satu-satunya cara ya kurangi efek rumah kaca biar bumi gak makin panas

  16. Jadi lebih banyak pohon mengkudu daripda pohon kelor di Pulau Kelor? 🙂
    Btw, aku ikut sedih dengan luasan yang terus berkurang, lama-lama bisa hilang dan aku belum ke sana, duh!
    Kebayang indaahnya pulau mungil dengan sisa-sisa kejayaan masa lalunya…diantaranya Benteng MArtello yang memesona!Wah!

  17. Seru banget nih berwisata ke Pulau Kelor. Banyak sejarah yang bisa didapatkan di sana. Pengen deh rasanya setelah semua wabah ini selesai jalan-jalan ke Pulau Kelor.

  18. Saya suka pantai
    Pulau seribu ni target trip saya sebenarnya
    Semoga bisa kesampian suatu saat nanti
    Makasih infonya, jd serasa ksana walo via tulisan hehe

    • Semoga nanti bisa main ke sini ya
      Saya juga pecinta pantai, masih banyak pulau-pulau di kepulauan Seribu yang menarik untuk dijelajahi
      Ah… jadi kangen ngebolang deh

  19. Saya sudah pernah ke Fatahillah sering banget dari kecil karena tinggal daerah sana dulu. Tapi saya belum pernah ke Pulau Kelor ini, menarik banget ya, kapan-kapan harus dicoba. Makasih artikelnya.

  20. Aku pernah kesini tapi belum ku tulis hahaha ,jadi pengen nulis kisahku ke sini dehhh, memang bangunannya unik ya, kmrn aku keknya ga diceritain oleh guidenya dehh apa aku yg cuek ya ..

  21. Kokoh Hendra says:

    Ternyata tempat yang asyik nih untuk napaktilas sejarah. Pastinya akan mendapatkan begitu banyak ilmu sejarah dari jalan-jalan kali ini yah mbak.

  22. Senengnya baca postingan lama kaya gini yaa… jd auto-pengen juga berkenala ke ujung dunia (halah) hihihi… mantul deh jelong2nya ke Benteng Martellp Pulau Kelor. Jadi nambah 1 lg info tentang Kepulauan Seribu. Tfs ya

  23. Tfs ya Mba Arni, jadi nambah lagi nih info saya mengenai Kepulauan Seribu, termyata selain Pulau Pramuka, dan sederet pulau lainnya, ada Pulau Kelor ya, selama ini taunya daun kelor aja hehe.

  24. Bayu Fitri says:

    Saya pernah ke benteng Martello…keren ya kak bentengnya besar dan megah..kebayang jmn dulu mereka bikinnya pake apa ya? Secara ini ada di pulau terpencil..Emang bnyk sisa sejarah di kepulauan seribu ini

  25. Shafira Adlina says:

    wah aku jadi ingat pernah ke sana pas baru lulus kuliah tahun 2012 mbak sama temen2, tapi jaman itu blm sering aku ber medsos apa blog, jd lupa2 inget hihi. tapi inget sama spot2 benteng sama tiang2 pemecah ombak ini

  26. Saya ingat istilah dunia tak selebar daun kelor. Nah,ini pulau kelor menarik juga untuk dikunjungi yah. Benteng Martello ini penuh cerita sejarah juga pastinya Di ruang tersembunyi yang gak boleh dimasuki itu biasanya ada sesuatu mistis atau larangan tersendiri yah.

  27. Di Indonesia banyak banget ya mbak, pulau kecil dengan kekhasan masing-masing. pulau kelor, kalau toh nanti mungkin hilang, akan tercatat sebagai destinasi wisata keren dari blog ini

  28. Amel says:

    Seru ya lihatnya. Kenapa dulu saya nggak pernah ke situ ya, baru tahu sih dari artikel ini. Padahal lama juga mukim di Jakarta.

  29. Mas Ito says:

    Bentengnya dibiarkan alami ya..sampai mau rusak.

    Itu namanya pulau kelor ya. Dijawa ada tanaman kelor. Apa di pulau itu banyak kelor?

  30. Fadli Hafizulhaq says:

    Miris sekali ya Mbak, dari 1,5 ha tinggal kurang dari 1 ha luasnya. Memang volume dan ketinggian permukaan air laut terus naik tiap tahun. Pulau-pulau kecil tergerus dan lama kelamaan tenggelam. Akhirnya kita hanya bisa mengetahuinya dari sejarah

Leave a Reply to Arni Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *