Damai dan Cinta di Klenteng Sam Poo Kong

Sam Poo Kong

Hari masih pagi ketika kami tiba di Klenteng Sam Poo Kong, salah satu bangunan bersejarah di kota Semarang yang hingga kini masih digunakan sebagai tempat peribadatan umat Tri Dharma (Konghucu, Tao dan Buddha).  Suasana meriah menyambut kedatangan kami, lampion merah tampak menggantung di banyak tempat.  Para petugas klenteng tampak bersiap-siap.  Kebetulan kami datang beberapa hari sebelum upacara Cap Go Meh, maka tak heran, suasana di sini meriah sekali.

Seperti klenteng-klenteng pada umumnya, bangunan di sini sangat kental nuansa negeri Cinanya.  Atap bersusun dua atau tiga dengan ujung runcing, dilengkapi ornamen-ornamen oriental dengan warna cerah  yang menjadi ciri khasnya.  Klenteng Sam Poo Kong terletak di daerah gedung Batu, Simongan, Semarang.  Tak terlalu sulit untuk menuju ke sini, meski merupakan tempat ibadah, namun Klenteng ini sangat terbuka untuk kunjungan wisatawan juga.  Yang paling penting sebagai pengunjung, kita harus bisa menjaga sikap dan tutur kata untuk tetap sopan dan saling menghargai.

Sam Poo Kong
Siap masuk ke Klenteng

Rombongan kami ditemani oleh seorang pemandu. Saran saya, berkunjung ke sini memang sebaiknya ditemani oleh pemandu saat akan berkeliling.  Selain mendapatkan penjelasan yang lengkap tentang sejarah Klenteng, kita juga akan diberi tahu batas-batas mana yang bisa kita masuki atau apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat berada dalam lingkungan Klenteng.

Setiap kali masuk ke Klenteng (ini adalah klenteng kesekian yang pernah saya kunjungi) hati saya terasa hangat. Sehangat nyala lilin, aroma hio yang menebar wewangian dan asap-asap hio yang membumbung tinggi menghantarkan banyak doa dan harapan, membawa pesan cinta pada Sang pencipta.

Hal yang sama selalu membuncah di dada kala kaki melangkah ke pelataran Pura/Candi. Masuk melintasi setiap mandala, terasa damai, tenang dan indah. Hanya ada dialog batin, antara sang diri dengan Yang Maha Kuasa, pemilik dunia dan segala isinya. Suasana terasa syahdu dan hening meskipun pengunjung mulai ramai.

Sam Poo Kong

Baca juga : Suara Alam dari Candi Cetho

Sejarah Klenteng Sam Poo Kong

Sejak memasuki gerbang  Klenteng, saya seolah ditarik melintasi batas waktu dan jarak.  Terbawa menapak jejak sejarah masa lalu.  Kala bangsa ini begitu harmonis, tanpa saling curiga dan selalu saling menjaga.  Benar-benar penuh cinta.

Bagaimana tidak, Klenteng yang digunakan sebagai tempat ibadah umat Tri Dharma ini, pada tahun 1724 justru didirikan untuk mengenang Laksamana Cheng Ho, seorang muslim,  yang berlayar sejak 1405 menjadi utusan Dinasti Ming sebagai duta perdamaian ke seluruh dunia.

Klenteng Sam Poo Kong
Patung Laksamana Cheng Ho berdiri megah di tengah lapangan

“Sam Poo Kong (Tionghoa三保洞) artinya goa tiga orang sakti, orang yang dimuliakan. Ini tak lepas dari kehadiran Laksamana Tiongkok Zheng He (Cheng Ho) bersama rombongannya yang berlayar melintasi Laut Jawa, namun dalam perjalanannya juru mudi kapal, Wang Jing Hong dan beberapa awak lainnya didera sakit sehingga mereka memutuskan untuk berlabuh di Pantai Utara Semarang,” terang bapak pemandu yang mengantarkan kami berkeliling.

Tak sekedar mendarat, Laksamana Cheng Ho dan krunya tinggal dalam gua  yang terletak di atas bukit selama beberapa pekan. Gua ini yang kemudian dikenal sebagai Gedung Batu Sam Poo Kong, tempat berdirinya Klenteng ini sekarang.  Selanjutnya, Laksamana Cheng Ho dan beberapa awaknya melanjutkan perjalanan, sementara Wang Jing Hong dan awak lainnya menetap di Semarang.  Mereka menikah dengan penduduk setempat, bercocok tanam dan melanjutkan hidup di sana.  Wang Jing Hong kemudian tutup usia di sana, jasadnya dimakamkan dalam gua yang sekarang masuk dalam kawasan Klenteng.

Laksamana Cheng Ho dan Wang Jing Hong memang beragama Islam. Namun sebagian krunya tidak.  Dalam perkembangannya, untuk mengenang kehadirannya di Semarang, masyarakat Indonesia keturunan Tionghoa membangun Klenteng di Gua ini yang kemudian menjadi tempat peribadatan.  Di dalam gua itu diletakkan sebuah altar serta patung-patung Sam Po Tay Djien.  Meskipun Laksamana Cheng Ho adalah seorang muslim, namun sebagai leluhur, masyarakat Tionghoa sangat menghormati dan memuliakannya.

Klenteng Sam Poo Kong
Patung-patung Dewa

Bangunan-bangunan Utama Klenteng

Kawasan Klenteng ini cukup luas. Didirikan pada tahun 1724 berupa bangunan sederhana yang terbuat dari kayu.  Kemudian dilakukan renovasi pada tahun 2002 – 2005 sehingga menjadi bangunan megah seperti yang bisa kita temui sekarang.   Ada lima bangunan utama di kawasan ini.

Kami berjalan mengikuti bapak pemandu, menuju Klenteng pertama yang dikenal sebagai Klenteng Dewa Bumi atau Thao Tee Kong. Di Klenteng ini, umumnya dilakukan sembahyang untuk memanjatkan syukur dan memohon keselamatan.

Selanjutnya, kami menuju Klenteng kedua yaitu Klenteng Kyai Juru Mudi yaitu Wang Jing Hong. Di dalam Klenteng ini terdapat makam sang juru mudi sehingga selain ibadah dengan tata cara Konghucu, tak jarang diadakan ritual nyekar makam juga di sini, terutama oleh anak keturunan Wang Jing Hong dan kerabatnya.

Sam Poo Kong
Lampion-lampion yang berisi beragam permohonan. Siapa saja boleh menggantung lampion di sana, dengan 200 K, lampion berisi nama dan permohonan kita akan digantung selama 6 bulan
Sam Poo Kong
Bedug. Sebagai simbol pemersatu umat Islam dan Konghucu

Klenteng yang ketiga adalah bangunan terbesar dibanding lainnya.  Ini adalah Klenteng Sam Poo Kong.  Hampir semua kegiatan persembahyangan dipusatkan di sini, terutama saat hari besar seperti Imlek dan Cap Go Meh.  Kebetulan kami hadir hanya beberapa hari sebelum Cap Go Meh, Klenteng ini sudah dihias dengan cantik dan meriah.  Tanda perayaan akan berlangsung sebentar lagi.  Bahkan menurut bapak pemandu, sekitar jam 10 nanti akan ada pertunjukan barongsai di lapangan sebagai rangkaian acara untuk menyambut Cap Go Meh.

Sam Poo Kong

Sam Poo Kong
Pertunjukan Barongsai

Klenteng keempat adalah Klenteng Kyai Jangkar. Menurut bapak pemandu, di sini tersimpan jangkar asli kapal Laksmana Cheng Ho yang dibalut dengan kain berwarna merah.  Jangkar bersejarah ini mendapat tempat istimewa dalam kawasan Klenteng.   Tepat di salah satu sisi Klenteng, tumbuh sebuah pohon yang konon hanya ada satu-satunya di Indonesia.  Disebut sebagai pohon rantai dan diyakini ada hubungannya dengan jangkar kapal yang ada dalam klenteng.  Bentuknya unik serupa rantai yang saling mengikat satu sama lain membentuk ulir dan menjalar kemana-mana.  Saya sempat mencoba menelusuri pangkal pohon ini, namun karena terlalu rumit, saya tak berhasil menemukannya.  Mirip rotan sih kalau saya bilang, tapi memang unik karena saling melilit layaknya sebuah rantai.

Sam Poo Kong
Pohon rantai yang melingkar, menjalar dan melilit
Sam Poo Kong
Klenteng Kyai Jangkar
Sam Poo Kong
Altar Kyai Tumpeng

Klenteng kelima yang letaknya paling ujung adalah Klenteng Kyai Cundrik Bumi, yang merupakan tempat penyimpanan segala persenjataan milik awak Laksamana Cheng Ho. Kemudian di sebelahnya ada makam Kyai dan Nyai Tumpeng, juru masak sang panglima sekaligus menjadi tempat penyimpanan bahan makanan pada masa itu.

Selain 5 bangunan utama itu kawasan ini, ada juga bangunan semacam stadion dengan lapangan luas di depannya tempat melakukan berbagai pertunjukan dan (mungkin) ritual atau acara tertentu. Patung Laksamana Cheng Ho berbalut lapisan emas terlihat begitu megah di tengah-tengah lapangan ini. Di sisi lain ada kios-kios souvenir yang menjual aneka jenis kerajinan untuk kenang-kenangan kunjungan ke Sam Poo Kong.  Juga dilengkapi dengan toilet yang bersih, mushola, dan lahan parkir yang cukup luas untuk menampung berbagai kendaraan besar dan kecil.  Kami datang dalam rombongan besar, dengan bis dan tidak mengalami kesulitan untuk parkir.

Bergaya Ala Putri Kerajaan Cina

Selain berkeliling di bangunan-bangunan klenteng dan menonton pertunjukan barongsai, aktivitas unik yang sayang untuk dilewatkan di Sam Poo Kong adalah berfoto mengenakan pakaian adat ala kerajaan Cina. Tak terlalu mahal kok, hanya dengan 80 K saja, kita bebas memilih mau mengenakan kostum yang mana dan warna apa.  Ada petugasnya yang langsung memakaikan.  Ini sudah termasuk foto-foto cantik dengan fotografer professional pelus cetak (2 lembar) berikut soft copy foto-foto lainnya.

Sam Poo Kong
Permisiii… bibi Lung Lung mau lewat
Sam Poo Kong
Ibu suri, selir dan putri-putrinya
Sam Poo Kong
Jadi model dadakan

Ada kejadian lucu saat kami memakai kostum ini. Sedang seru-serunya bernarsis ria, kami disamperin oleh pengunjung lainnya, dong.  Mereka minta foto bareng! Hahahaha antara pengen ngikik tapi tetap jaga image putrid-putri gitu deh.  Akhirnya kami melayani sesi foto-foto dengan pengunjung.  Dan lucunya lagi, mereka itu justru dari etnis Cina.  Lha ini kebalik kakaaak hahaha.

Lumayan lah ya, jadi model dadakan.

Kunjungan yang Menghangatkan Hati

Mengikuti alur sejarah Klenteng Sam Poo Kong, rasanya saya sangat merindukan kehangatan pada masa itu. Dimana semua berdampingan dengan damai.  Apalagi karena ini tempat ibadah, rasanya hati benar-benar hanyut akan syahdunya suasana.  Saya memang menyukai kunjungan ke tempat-tempat ibadah.  Terasa bahwa mereka yang masuk adalah pribadi yang siap bicara dari  hati ke hati dengan Tuhan.

Sam Poo Kong
Salam damai dari kami

Berserah pasrah

Melangitkan doa

Bersimpuh rapuh

Mengadu dan bercerita

Mengoyak kesadaran

Kita ini masih menginjak bumi

Jadi, buat apa bersikap langit?

Shanti Shanti Shanti

Semoga damai di hati, damai di dunia damai selalu

 

Salam

Arni

 

103 thoughts on “Damai dan Cinta di Klenteng Sam Poo Kong

  1. Salah satu kota yang dari dulu ingin sekali saya kunjungi adalah Semarang~ entah kenapa saya penasaran sama banyaknya tempat wisata dan budaya serta sejarah yang ada 😀

    Sekarang tambah satu lagi list tempat wisata di sana, semoga one day saya bisa main ke Semarang dan mampir ke Sam Poo Kong juga :>

    • Aku malah gak nyangka Semarang ini punya banyak sekali destinasi wisata sejarah. Selain Sam Poo Kong, di kota ini juga ada Lawang Sewu dan beberapa tempat unik lainnya
      Ayo main ke Semarang mas

  2. Hihi seru banget mba bisa berfoto pake kostum, serasa jadi Bibi Lung ya? Yokonya mana mba? Amaze juga liat ada bedug di area Klenteng. Ini bukti keselarasan antar agama Islam dan Konghucu. Toleransi beragama yg skrg jd barang langka ya mba?

    • Bibi Lung yang matanya belooo hahaha
      Pas diceritain sejarahnya sama pemandu aku juga berdecak kagum, luar biasa harmonisnya kehidupan pada masa itu

  3. Duh Mba Arniiii, bisa pakai baju-baju kerajaan gitu. Kayak film-film putri dan pendekar di TPI dulu. Hahahaha. Masih ingat gak mba, kita pernah punya stasiun televisi bernama TPI. Kekeke. Keren yaaa bisa sewa kostum gitu. Wisata sejarahnya juga seru.

  4. Jasmi says:

    Gak cuma di Jawa, Laksamana Cheng Ho ini juga jadi pahlawan agama di tanah melayu bersama dengan Hang Tuah. Dua ksatria ini jadi idola orang2 melayu. Di Bintan ada statue dua sosok ini di pinggir danau Lagoi Bay. Sejarah Laksamana Cheng Ho emang menarik banget utk diikuti, kayaknya emang harus ke Sam Poo Kong deh biar tau lebih banyak.

    And surprisingly, aku beneran kaget pas tau Cheng Ho adalah muslim.

    • Mungkin dalam pelayarannya Laksamana Cheng Ho memang mampir di anyak tempat ya, jadi sejarahnya ada dimana-mana. Dan luar biasanya, semua tentang kebaikan beliau

  5. Foto-fotonya lengkap dan menarik minat saya untuk berkunjung juga. Soalnya mempelajari sejarah bisa langsung ke tempatnya.
    Warna merahnya bikin saya ingat film Kung Fu Panda, he he.
    Saya tertarik pada pohon uniknya, betul melilit seperti rantai. Asalnya dari mana, ya? Nama latinnya apa?
    Duh, dalam bangunan itu ada banyak keunikan lainnya.

    • Wah saya gak tahu nama latinnya pohon ini
      Menurut pemandu yang mangantar kami, jaman dulu pohonnya tiba-tiba muncul begitu saja dan melilit-lilit membentuk rantai

  6. Aku suka bagian ini “Meskipun Laksamana Cheng Ho adalah seorang muslim, namun sebagai leluhur, masyarakat Tionghoa sangat menghormati dan memuliakannya.”

    Bener banget, di Tionghoa apapun agamanya tetap harus menghormati leluhur, sehingga hingga anak cucu cicit tetap damai sentosa.

    Btw kalau ke sini mending jangan musim liburan kali ya, pasti ramai.

  7. Sudah ada sewa kostum, ya, sekarang. Memang harus, sih, agar bisa menarik banyak wisatawan.

    Btw, bedug memang tradisi Cina. Kelihatannya di semua klenteng ada. Justru yg di masjid, banyak yang mengeluarkan bedug dari msjid, pada tahun 2000 awal atau sebelumnya. Tentu tidak semua masjid. Sebagian besar masjid NU yang lama masih mempertahankan bedug di dalam masjid sebagai bagiandari sejarah.
    Uh.. saya benar2 kangen dengan suara bedug di masjid.

  8. Saya sering baca tentang klenteng Sam Poo Kong ini, tapi belum pernah ke sana. Padahal Yogya Semarang cuma 3 jam hahahaa…
    Terharunya, saya juga baru tahu dari tulisan ini klo klenteng Sam Poo Kong dibangun utk menghormati Laksamana Cheng Ho yg seorang muslim. Luarrr biasa….
    Terima kasih informasinya, mbak.

  9. Amir says:

    Menarik sekali. Dulu pas ke Semarang layaknya pernah lihat tempat ini dari jalan. Tapi entah tempat ini atau bukan. Eh btw dulu juga pernah melihat aksi pertunjukan barongsai pas di Jakarta. Seru dan etnik sekali.

    • Di Semarang sih ada beberapa Klenteng dan sepertinya ini yang terbesar plus sarat muatan sejarah. Aku ingat sempat mampir ke salah satu klenteng lain di dekat gang Lombok, pusat jajanan lumpia yang terkenal itu, tapi lupa nama klentengnya apa

  10. firafirdaus says:

    Keren mba Klenteng Sam Poo Kong. Selain bisa wisata religi, tempatnya juga keren buat narsis. Ada tempat penyewaan bajunya juga, makin seru lagi buat yang mau foto dengan totalitas. Jadi pengen juga mengunjungi klenteng ini suatu saat nanti. Meskipun bukan tempat ibadah agama saya, tapi tempatnya tetap menarik untuk dikunjungi 🙂

    • Iya mbak. Aku memang suka sih berkunjung ke tempat ibadah. Melihatlihat tata cara peribadatan umat lain selalu menarik buat saya sehingga jadi lebih menghargai perbedaan

  11. Mba, dulu rumah kontrakan kami ditempati oleh orang Tionghoa. Karena masa kecil saya bertetangga dengan mereka, jadinya saya suka sekali bau dupa. Hihi setiap melewati tempat sembahyang di Medan saya suka sekali menghirupnya.

  12. Belum pernah ke klenteng ini, rasanya saya jadi penasaran dan ingin melihatnya secara langsung.
    Tujuan wisata di Semarang emang banyak banget kak dan nggak akan pernah bosan buat eksplor Semarang

    • Iya. Saya juga gak nyangka sih tujuan wisata Semarang ternyata banyak
      Kami waktu itu 3 hari dua malam aja gak semua destinasi wisata bisa dikunjungi

  13. Seandainya Laksamana Cheng Ho masih hidup apa ya pendapatnya tentang perlakuan diskriminasi pemerintah Tiongkok kepada suku Uyghur, huhuu

    Nice share Mbak,, foto²nya kece

  14. Takjub banget mbak lihat Sam Poo Kong ini, apalagi setelah baca sejarahnya, dan kerukunan antar umat muslim dan Konghucu ternyata sudah tercermin sejak dahulu kala. Jadi benar-benar menikmati ya mbak, berwisata sambil belajar sejarah yang ada di dalam Sam Poo Kong ini.

    Apalagi saat foto memakai pakaian adat, serasa berada di negeri Cina ya mbak….

  15. Klenteng Sam Poo Kong terletak di daerah gedung Batu, Simongan, Semarang. seperti syang saya baca karena sangat damai saat beribadah di sana.. sepert halnya klenteng” lainya pada umumnya

    • Masuk ke dalam klenteng itu rasanya aura damai langsung terasa deh
      Err… ke tempat-tempat ibadah lain juga sih
      Tapi aura klenteng memang beda menurut aku

  16. Terharu sekali bacanya, apalagi untaian kalimat (doa atau sajak?) di bagian bawah artikel, menambah syahdu. Saya juga sempat ke Sam Poo Kong waktu main ke rumah sahabat di Semarang, tapi sayang saya ga didampingi guide

    • Kami waktu itu sengaja sewa guide biar lebih mengerti sejarahnya dan batas-batas kunjungan agar tak sampai mengganggu ibadah orang lain
      Terimaksih apresiasinya mbak

  17. Bang Doel says:

    Wah unik ya, klenteng ini jadinya semacam bangunan toleransi, dimana sebuah tempat ibadah merupakan tempat guna menghornati sosok yang berbeda keyakinan.

    kalo ke semarang mesti merapat kesini deh.

  18. Terasa sekali kebudayaannya ih 🙂 aku nggak pernah masuk ke dalamnya jadi nggak tau ternyata ada bedug dan bisa memakai baju khas seperti itu juga.Paling pas kalau cap go meh ya, sekalian ramai. Kalau ke SMG semoga bisa berkunjung ke sini ah 🙂

  19. Wah ulasan tentang sam poo kong nih, kebetulan aku lagi tinggal di semarang sekarang. Cuma liat bangunannya aja sih dan belum tau sejarahnya, disini dibahas dengan detail sejarahnya, mantap!

  20. hani says:

    Lhah zaman aku ke sini, kok belum ada acara pakai kostum ala putri gitu ya? Senangnya kalua jalan rombongan dan ada pemandu jadi lengkap ya penjelasannya. Makasih, jadi baca masing-masing kelenteng. Aku dulu cuma berdua suami, kelinter-kelinter udah aja. Ke sini lagi ah kalau ke Semarang.

    • Kayaknya ini udah lama deh ada penyewaan kostum
      Lokasinya dekat tempat penjualan souvenir2 gitu deh
      Praktis, ad yang dandanin udah sepaket sama fotografernya lho

    • Betul mas
      Makanya sedih banget kalau lihat situasi sekarang yang sering terjasi konflik antar agama. Padahal kita udah dikasi contoh yang baik dari para pendahulu kita ya

  21. Fadli Hafizulhaq says:

    Saya takjub dengan motivasi pendidiran klentengnya sebagai penghargaan kepada Laksamana Cheng Ho. Ternyata masyarakat Tionghoa sangat menghargai leluhurnya meskipun berbeda kepercayaan ya.

  22. Saya orang Pontianak dan disini banyak juga klenteng yang kaya akan nilai sejarahnya. Tapi jika saya ke Semarang saya akan berkunjung ke Klenteng Sam Poo Kong.

  23. Wah menarik sekali kk, wisata sejarah sekaligus wisata religi. Selain menambah ilmu pengetahuan di bidang sejarah, wisata juga menambahkan wawasan di bidang keagamaan ya kk

  24. Ichun says:

    Wah asyik nih, memang Sham poo Kong menjadi salah satu destinasi menarik di SMG.
    Boleh nih. Saat di SMG kita mit up 😀

  25. Hello fika says:

    Pantes kak ini kok mirip masjid laksamana ceng ho yang di palembang. Dari warna Dan ornamen yg dominant merah kak. Ternyata kuil ini dibuat u menghormati LaksCeng Ho

  26. Betul sekali. Berkunjung ke tempat bersejarah bagusnya memang ada pemandunya. Agar kita paham latar belakangnya dan lebih menghargai keberadaannya. Ternyata sam poo kong ini sudah tua sekali ya…dan masih terawat dengan baik.

  27. Hanila PendarBintang says:

    Wah….Laksamana Cheng Ho ini banyak peran dalam seharah Tionghoa di Indonesia ya? Khususnya Jawa.
    Berkunjung ke tempat Sejarah seperti ini memnambah wawasan banget, aku terkahir wisata Klentheng udah 1otahun lebih, di Hainan itu…

    Btw, cantik banget Mbak dalam.balutan baju serba merah ala Putri gitu..jadi inget drama jaman dulu, Putri Huan Zu xixixi

    • Hahaha kalau udah bahas drama jadul aku malu-malu gitu mengakui deh
      jadi langsung ketahuan angkatannya
      Benar mbak di beberapa tempat di Indonesia punya keterikatan sejarah dengan Laksamana Cheng Ho, sepertinya beliau memang pernah berlabuh di banyak pantai nusantara

  28. Fery Arifian says:

    pas ke Semarang tahun 2018 lalu sempet juga mampir ke Klenteng Sam Poo Kong ini. Tempatnya bagus, tapi kalau pas lagi panas kebangetan banget panasnya hehe. Btw, seru ya kak bisa dateng ke lokasi pas lagi ada event seperti ini.

  29. Rini Novitasari says:

    dulu punya mantan anak semarang, pas dlu kesana diajaklah main liat klenteng ini,,, bagus kak cuman aku agak mabuk bau bau dupa ternyata haha,,

    kek dulu ke klenteng di tuban yang gede ituuu,,, bagus klentengnyaa,, cuma gatahan bau dupaa nya hihi

    • Hehe buat sebagian orang memang aroma dupa terasa menyengat
      Kalau buat aku yang memang sudah terbiasa sejak kecil akrab dengan dupa aromanya justru bikin tenang. Kayak aroma therapy gitu jadinya

  30. Klenteng Sam Poo Kong ini merupakan salah satu tempat yang wajib didatangi di Semarang. Bagus dan besar sekali klentengnya. Aku malah baru tahu kalau Laksamana Cheng Ho itu muslim. Betapa indahnya persatuan antar umat beragama.

  31. Waah ada persewaan kostum pakaian Cina juga ya. Jadi ingat pernah sewa ginian di Kampung Cina Cibubur dan foto .

    Sudah lama penasaran sama kuil Sam Poo Kong ini. Kemarin libur tahun baru cuma sebentar, jadi nggak sempat kemana mana pas pulkam.

  32. Vicky Laurentina says:

    Aku ke Sam Poo Kong ini lho, Mbak, sekitar 5 tahun yang lalu. Cuman waktu itu kesorean, jadi nggak ditawarin jalan pake guide. Kira-kira guide itu adanya jam berapa ya?

  33. Darius Go Reinnamah says:

    Closingnya apikkkk

    Saya pun suka sekali berkunjung ke tempat ibadah, tempat ibadah agama apapun.

    Kalau di Sam Poo Kong ini, bagian terfavorit saya adalah diorama yang terpasang di tembok panjang, di Belakang Klenteng Cheng Ho kalau tidak salah.
    Kisah perjalanan Cheng Ho tergambar dengan sangat baik di sana

    • Terimakasih apresiasinya, bang
      Ah ya ya aku ingat diorama itu, sepertinya aku ada beberapa foto dioramanya, duh kok lupa banget diposting ya
      Nanti aku edit lagi ah artikelnya
      Terimaksih sudah mengingatkan bagian itu ya

  34. Aku suka kata-kata penutupnya mbak,
    terutama di bagian ‘kita ini masih menginjak bumi, buat apa bersikap langit?”

    Btw, aku menikmati tulisan mbak tentang Sam Po Kong. Aku berasa ikut jalan-jalan juga 😀

    • Terimakasih mbak
      Hanya closing yang kebetulan terlintas saja saat menulis
      Tapi memang kunjungan ke tempat-tempat ibadah selalu membuat aku terhanyut akan syahsunya suasana

  35. Ibadah Mimpi says:

    Ngomongin soal klenteng saya selalu takjub dengan bangunan yang satu ini. Serasa seperti semuanya tertata begitu rapi.

    Salam kenal dari kami travel blogger Ibadah Mimpi

  36. Wah ini ternyata dalemnya Sam Po Kong, luas dan megah banget yaa kak. heeh Maklum kak aku kalo ke Semarang cuma lewat-lewatin aja nggak masuk kedalem hehe. Ohiya, ternyata di dalam ada penyewaan Kostum juga yaah? Makin bagus nih buat fotofoto hehe

  37. Ada bedug ya. Itu bedug cuma jadi simbol/pajangan aja atau memang ada fungsi/nilai historisnya?

    Itu kayaknya ada kertas nempel di bedugnya. Coba digeser fotonya sedikit.

  38. Dua kali ke Sam Poo Kong, dua-duanya cuma di area luar. Yang pertama karena mau hemat, yang kedua sudah diburu waktu. Aku pun selalu suka ke tempat ibadah mana pun. Dari masjid, klenteng, kuil, gereja, apa pun.

  39. Iya suasananya memang syahdu ya Mbak Arni, apalagi masuk kelentengnya hanya kalau pas acara Imlek atau event lain ya ampun ramainya…sampai sesak napas..

    • Kebayang ramainya kalau pas ada event di klenteng ini
      Aku waktu ke sana itu dua hari sebelum Cap Go Meh, kemeriahaannya terasa banget. Apalagi kalau pas hari H

  40. Iseya Djehan says:

    Saya punya teman tinggal di semarang. Dua tahun lalu merencanakan pengen ke sini, sama tempat-tempat lainnya di sana. Tapi sampai sekarang belum keturutan juga hhiji

    Salam kenal ya mba

  41. Emang paling bener kalau ke tempat wisata tuh pakai guide ya, hehe. Kemarin aku ke sini gak nemu ada guide, jadi masuk aja gitu foto2 sambil baca tulisan yang ada di bawah patung laksamana Ceng Ho nya. Lumayan berkesan karena bangunannya bagus2, tapi ya gitu, jadi gak tau banyak cerita plus bangunannya itu apa aja, ehehe

Leave a Reply to Kornelius ginting Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *