Telusur Warisan Sejarah di Candi Gedong Songo

Gedong Songo

“Ibu-ibu sudah dulu selfie-selfienya ya, angkotnya sudah datang. Nanti di Gedong Songo lagi kita lanjut foto-foto yang banyak,” bu Made Ayu, koordinator rombongan kami mengingatkan.  Begitulah.  Harap maklum ya kalau emak-emak udah ngumpul, rame-rame, udah pada rapi dan cakep, bawaannya pasti pengen foto-foto  melulu.  Haha.

Perjalanan saya kali ini memang ramai-ramai dalam rombongan besar. Ber-50 orang.  Naik bus gede dari Bogor.  Nah, masalahnya bus gak bisa naik ke  Gedong Songo yang memang jalurnya menanjak banget.  Berada di Desa Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang.  Di kaki Gunung Ungaran, pada ketinggian 1.200 mdpl.  Karena itu, bus cukup parkir cantik di hotel tempat kami menginap lalu perjalanan ke atas akan dilanjutkan dengan angkot.

Benar saja, medannya ajiiib. Kebetulan saya dan Prema kebagian duduk di depan, di samping pak supir yang sedang bekerja, mengendali angkot yang terus menerus harus digas namun tetap berhati-hati.  Beberapa kali berkunjung ke candi di beberapa daerah, memang jalurnya butuh kendaraan dengan kondisi prima.  Seingat saya candi yang paling gampang jalurnya hanya Candi Prambanan deh.  Benar-benar di tengah kota dan di tepi jalan utama antar propinsi. 

Gedong Songo
Masih asyik pepotoan padahal angot udah berjejer di parkiran hahaha

Baca juga : Candi Prambanan, Warisan Mahakarya Indonesia Untuk Dunia

Masih pagi, baru sekitar jam 8.30 saat kami tiba di loket tiket, tapi matahari sepertinya senang bercanda. Menguji keteguhan hati untuk tetap naik menapak jejak candi satu demi satu,  sinarnya cerah sekali, mungkin dia sedang bahagia. Harga tiket masuk Gedong Songo  Rp. 8.000,- /orang, yang karena kami rombongan besar jadi dapat harga tiket rombongan.  Saya lupa tepatnya berapa, tapi ya lumayanlah ada discount sedikit.

Perjalanan menuju candi melintasi jalan setapak yang terus menanjak. Kalau kira-kira gak kuat, ada tawaran penyewaan kuda.  Jalurnya agak berbeda dengan jalur jalan kaki dan memang tidak bisa mengunjungi semua candi satu persatu tapi lumayanlah cukup mengitari kawasan Gedong Songo.

Kami semua memilih berjalan kaki. Karena jalanan menanjak, kecepatan berjalan tentunya menyesuaikan kemampuan masing-masing.  Belum lagi diselingi dengan foto-foto cantik sepanjang jalan.  Biar gak terlalu melelahkan dan terasa seru.

Gedung Songo
Sebelum kaki pegal-pegal dan tubuh berpeluh kepanasan, kita foto-foto dulu yuk

Selayang Pandang Candi Gedong Songo

Secara harfiah Gedong Songo berarti sembilan bangunan. Dulu, awal tercatat dalam sejarah modern ketika dikemukakan oleh Sir Thomas Stamford Raffles pada tahun 1740.  Waktu itu, Raffles hanya menemukan 7 candi sehingga sempat disebut sebagai “Gedong Pitu”.  Belakangan, tepatnya di tahun 1908, arkeolog belanda lainnya, Van Stein Callenfels, menemukan 2 candi lainnya sehingga sejak itu dikenal dengan nama “Gedong Songo”.

Tidak ditemukan prasasti, lontar, atau catatan apapun yang memberi petunjuk kapan candi ini dibangun. Hingga saat ini, Gedong Songo masih menjadi obyek penelitian di bidang arkeologi.  Para ahli masih berusaha memecahkan misterinya.  Namun, menilik dari bentuk bangunannya, Gedong Songo memiliki kesamaan bentuk, arca dan relief dengan candi-candi di Dieng.   Memang benar sih, saat melihat candi-candi di Gedong Songo, saya langsung teringat sama Candi Arjuna di Dieng.

Karena adanya kesamaan ciri fisik itu, para ahli memperkirakan bahwa candi ini dibangun pada masa pemerintahan dinasti Sanjaya, pada abad ke-8. Namun tepatnya tahun berapa, masih jadi bahan penelitian hingga kini.  Sementara itu masyarakat setempat percaya bahwa Gedong Songo dibangun oleh Ratu Sima sebagai tempat untuk melakukan semedi untuk mendapatkan anugerah dan petunjuk dari para Dewa.

Gedong Songo
Ada 5 kelompok candi yang akan kami kunjungi

Yang pasti, setiap mengunjungi candi, saya selalu saja terkagum-kagum pada detil relief dan bangunannya. Begitupun dengan kekuatannya.  Bagaimana nggak, candi-candi yang ada di Indonesia hampir semuanya berusia ribuan tahun dan masih tegak berdiri hingga saat ini.  Generasi telah berganti, zaman juga berubah, candi-candi ini menjadi saksi sejarah peradaban manusia.  Belum lagi, lokasi candi umumnya di ketiggian.  Jalurnya berat.  Entah bagaimana caranya mengangkut batu dan bahan bangunan lainnya ke tempat seperti ini.   Luar biasa.

Candi Gedong Songo merupakan bangunan-bangunan candi yang tersebar di beberapa titik yang saling berjauhan satu sama lain. Jadi bukan seperti Prambanan yang dalam satu lokasi berhadap-hadapan.  Karena itu, memang butuh perjuangan banget jika ingin mengunjungi semua candinya, mengingat medan perjalanannya begitu menantang.  Semacam petualangan Ninja Hatori, mendaki gunung lewati lembah, sungai mengalir indah ke Samudra, bersama teman bertualaaaang… #ups

Gedong Songo
Jalan setapak yang menghubungkan antar candi

Ada banyak versi tentang jumlah candi yang sesungguhnya. Saat berkunjung ke sana, kami hanya menemukan 5 lokasi candi.  Namun ada beberapa candi yang dalam satu lokasi terdiri dari lebih dari satu bangunan.  Ada candi utama dan candi perwaranya.  Sehingga ketika ditotalkan menjadi 9 bangunan.

Versi lain mengatakan, adanya temuan candi keenam sampai sembilan yang jalurnya agak berbeda dengan jalur umum. Dari candi 1 langsung belok kiri.  Entahlah, saya belum mencobanya.  Saya bahkan baru tahu info ini setelah pulang dari Gedong Songo.   Versi lainnya lagi, bahkan ada yang menyebut candi kesepuluh.  Hanya akan dapat ditemukan oleh orang tertentu saja.  Ah, bangunan masa lampau memang selalu diliputi misteri.

Mana fakta yang benar? Biarlah itu bagian para ahli untuk menganalisanya. Mari kita telusuri candi yang sempat kami kunjungi satu persatu. Beberapa anggota  rombongan (terutama yang udah sepuh) memilih berhenti di pertengahan antara candi kesatu dan candi kedua.  Memutuskan untuk turun dan menunggu di area parkir.

Candi Gedong I

Meski merupakan candi pertama atau yang paling bawah, menuju ke sini juga udah cukup bikin lelah.   Secara fisik, Candi Gedong I tampak yang paling utuh struktur bangunannya dibanding yang lain.  Seperti umumnya candi Hindu, Gedong 1 berdiri menghadap ke Timur.  Dengan tinggi sekitar 4 – 5 meter.  Bangunannya tampak sederhana, tak terlalu banyak ukiran atau relief di badan candi.  Ada tangga kecil di pintu masuknya dan di dalamnya terdapat ruangan sempit.

Gedong Songo
Candi Gedong I tampak di kejauhan

Maaf, saya agak terganggu dengan bau pesing di sini. Entah siapa yang “iseng” mengotori candi.  Padahal, toilet cukup mudah kok ditemui sepanjang perjalanan.  Ada beberapa titik toilet yang cukup layak dan bersih.  Sedih sekali rasanya.  Betapa kesadaran untuk menjaga warisan sejarah seperti ini masih sangat rendah di masyarakat kita.

Candi Gedong II

Candi kedua ini tampak utuh dengan ukuran yang lebih kecil dari candi pertama. Menghadap ke Timur, dengan anak tangga untuk masuk ke candi.  Terdapat pahatan kalamakar yang menjorok keluar sepanjang sekitar 1 meter di atas pintu candi.  Candi Gedong II ini tak berdiri sendiri.  Di depannya terdapat Candi Perwara dengan ukuran lebih kecil, berfungsi sebagai penjaga.

Gedong Songo
Candi Gedong II

Candi Gedong III

Malam sebelum ke Gedong Songo, kami sempat bertirtayatra (kunjungan ke tempat suci) ke Pura Giri Suci di Ambarawa. Bertemu dengan Romo Giri (Ida Pandita Mpu Panembahan Giri Daksa Manuaba) , pemuka agama di Pura tersebut.  Kami menyampaikan niat untuk melakukan ritual persembahyangan di Gedong Songo keesokan harinya.  Beliau memberi petunjuk untuk melakukan ritual di Candi Gedong III.

Candi Gedong III terdiri dari 3 bangunan. Ada candi utama yang berukuran paling besar, lalu ada candi perwara di sampingnya dengan ukuran lebih kecil.  Keduanya menghadap ke Timur.  Lalu ada satu candi lagi, lebih kecil di depannya yang menghadap ke Barat yang kemungkinan besar berfungsi sebagai tempat penyimpanan barang-barang pada masa lalu.

Di relung pintu masuk Gedong III terdapat arca Dewa Siwa yang sedang memgang gada di tangannya. Di dindingnya terdapat relung yang di dalamnya terdapat Ganesha dan Dewi Durga bertangan 8.

Gedong Songo
Candi Gedong III. Foto dari Wikipedia

Oh ya sebelum sampai ke Gedong III, kami melintasi Petirtaan suci. Di lokasi ini, tersedia semacam mushola kecil untuk melakukan peribadatan yang ditandai dengan adanya peralatan sholat di sana.  Tepat disampingnya terdapat 2 goa kecil yang sepertinya sering digunakan untuk tempat meditasi.  Kami semua menyempatkan untuk membersihkan diri terlebih dahulu di sini, baru kemudian melanjutkan ke Gedong III.

Gedong Songo
Membersihkan diri terlebih dahulu di Petirtan, sebelum melanjutkan perjalanan dan sembahyang di Gedong III
Gedong Songo
Goa kecil yang sepertinya sering digunakan untuk tempat meditasi

Ritual diawali dengan menghaturkan sesaji yang sudah dipersiapkan. Dipimpin oleh Jro Mangku Made Warda yang dilanjutkan dengan melakukan persembahyangan bersama.  Usai sembahyang, kami melakukan “Purwa Daksina” yaitu ritual memutari Candi Gedong III sebanyak 3 kali sembari melantunkan mantra untuk berjapa.  Secara bergantian, setiap peserta mendapat kesempatan nyungsung (menjunjung) daksina (persembahan inti).  Purwa daksina ini adalah ritual yang ditujukan untuk menjaga keseimbangan bhuana agung (alam semesta) dan bhuana alit (diri sendiri) serta perwujudan rasa syukur atas semua anugerah yang telah diberikan-Nya.

Gedong Songo

Gedong Songo
Dalam hening sepi kami menundukkan kepala, menepis ego, melangitkan doa. Untuk kedamaian bersama. Untuk semesta

Haru menyeruak di dada saat prosesi Purwa Daksina. Sebagian peserta bahkan tampak menitikkan air mata.  Terutama ketika kebagian menyungsung menyungsung daksina.  Beruntung semua peserta berkesempatan yang sama menyungsung daksina.  Yakin banget deh, ini menjadi pengalaman spiritual tak terlupakan bagi semua.  Ketika kami berjalan beriringan, sembari melantunkan mantra di tengah keheningan Gedong Songo yang memberi damai di hati.  Beberapa pengunjung umum memang tampak hadir, namun mereka tidak masuk area Gedong III sepanjang ritual, hanya menyaksikan dan mengambil gambar dari luar pagar saja.

Candi Gedong III berada di lokasi yang cukup tinggi dibanding Gedong lainnya. Dari halaman candi, jika melihat sekeliling, kita akan disuguhi panorama yang sangat indah sekaligus  merasakan betapa kecil diri di tengah semesta maha luas.  Tak ada tempat untuk ego, tak ada sempat untuk sombong.  Kita ini tak ada apa-apanya.

Gedong Songo
Cekreeeek! Biarpun Prema manyun sih, udah bête dia kelelahan, kepanasan trus diajak narsis pula hahaha

Baca juga : Damai Dalam Senandung Sunyi Candi Sukuh

Air Panas di Kepunden Gunung

Cukup lama di Gedong III hingga menjelang siang. Dari sini, sebagian peserta memilih kembali ke Gedong I melalui jalan yang tadi, sebagian lagi memutuskan meneruskan perjalanan ke Gedong IV dan V yang memang dari Gedong III terlihat seperti titik kecil di bukit sebelah.  Medannya juga lumayan menantang.  Saya sekeluarga bersama beberapa teman memilih lanjut.  Nanggung khan, udah nyampe sini juga, kalau gak lanjut ntar gak lengkap dan malah penasaran.

Menuju Gedong IV, kembali kami melintasi jalan setapak. Dari kejauhan, tampak asap mengepul yang awalnya saya pikir kebakaran.  Ternyata, itu adalah sebuah kepunden gunung dengan air panas alami yang merupakan air belerang.  Letaknya di antara Gedong III dan Gedong IV.  Makin dekat ke arah kepunden, bau belerang makin menyengat.  Buat yang ingin menikmati sensasi mandi belerang, di sini disediakan kolam pemandian air panas.  Wah, boleh juga nih kapankapan kalau ke sana lagi nyobain mandi air panasnya ya.  Konon katanya bagus buat kulit.

Gedong Songo
Kepunden Gunung yang terus menerus mengeluarkan asap dengan aroma belerang yang cukup menyengat

Dari kepunden yang terletak di kaki bukit ini, kita akan melintasi jalan setapak yang terus menanjak. “Prema capek bu… kakinya pegel,” Cah bagus mulai mengeluh.

Memang, kondisi Prema sedang kurang fit hari itu. Beberapa hari sebelum kami berangkat, Prema sempat sakit.  Sampai untuk jalan saja dia terseok-seok bahkan merangkak.  Sedih sekali melihatnya.  Kami bahkan nyaris membatalkan perjalanan ini.  Astungkare, sehari sebelum berangkat kondisinya membaik.  Karena niatnya adalah Tirtayatra, bukan sekedar jalan-jalan, akhirnya kami memutuskan untuk tetap berangkat sembari memantau kondisi Prema dan menyesuaikannya selama perjalanan.  Tak berani memaksakan diri mengikuti semua acara juga jadinya.

“Sini, Prema digendong Ayah aja ya,” Ayahnya menawarkan sembari menyerahkan ransel ke saya dan langsung menggendong Prema di punggungnya.

Sip. Lanjut jalannya.  Kami sudah tertinggal cukup jauh dari rombongan.  Tapi tak  apa.  Tetap semangaaaaat.

Candi Gedong IV

Setelah perjalanan yang cukup berliku dan berpeluh, sampai juga akhirnya di Gedong IV.   Terletak pada ketinggian 1295 mdpl. Candinya cukup besar, bentuknya mirip dengan Gedong II.  Terdapat tangga di bagian depannya dengan bilik penampil tempat arca.  Sayang, arcanya sudah rusak.  Gedong IV dikelilingi beberapa candi kecil, namun sebagian besar sudah tidak utuh.  Hanya berupa reruntuhan.  Saya sempat melihat tumpukan ini ada sekitar 8 kelompok.   Entah apa penyebab runtuhnya, mungkin karena gempa atau sebab-sebab lainnya.  Semoga suatu hari reruntuhan ini dipugar dan menjadi candi yang utuh kembali.  Selain itu, juga terdapat Candi Perwara yang berfungsi sebagai candi penjaga.

Gedong Songo

Gedong Songo
Reruntuhan candi di Gedong IV

Candi Gedong V

Matahari makin seksi nih bersinarnya. Tak berlama-lama di Gedong IV, kami langsung menuju ke Candi Gedong V.  Terletak di ketinggian 1308 mdpl, Gedong V memiliki pelataran yang bertingkat.  Candi utama terletak di pelataran yang lebih tinggi yang diapit dua reruntuhan Candi Perwara.  Di pelataran yang lebih rendah, juga terdapat dua reruntuhan candi.   Terdapat beberapa arca Ganesha yang duduk bersila pada beberapa relung di sisi luar candi utama.

Semilir angin berhembus meniupkan hawa sejuk. Seolah mengerti bahwa raga kami mulai lelah dan kepanasan.  Di Gedong V, rasanya lebih hening.  Mungkin karena lokasinya agak jauh dan medan yang cukup berat, tak banyak pengunjung yang sampai ke sini.  Sama seperti di Gedong III, panorama dari Gedong V terasa memanjakan mata.  Ah, sungguh indah ciptaan-Nya.

Gedong Songo

Kembali ke Titik Awal

Akhirnya tuntas sudah perjalanan ini. Dari Gedong V, jalanan mulai agak ringan karena medannya mulai menurun.  Meski begitu, tetap harus berhati-hati karena saat turunan, kita justru menahan beban badan.  Lagi-lagi Prema minta gendong Ayah.  Untungnya di beberapa titik, jalan setapak berupa tangga, jadi sedikit memudahkan.  Suguhan pemandangan sepanjang jalan tetap indah dengan aneka pepohonan alami khas hutan.  Oh, kita juga akan berpapasan dengan kuda.  Ya, mulai dari jalur setelah Kepunden tadi, jalur jalan kaki sama dengan jalur kuda.  Jadi ya, hati-hati, di jalan banyak ranjau.  Aromanya juga dahsyat, terutama yang masih basah haha.

Gedong Songo
View cantik dari ketinggian. Sungguh kita ini begitu kecil

Menuju pintu keluar, tak jauh dari istal kuda ada obyek wisata baru yang dikembangkan oleh pengelola. Ayana namanya.  Tempat cantik untuk pengunjung yang senang foto-foto manja.  Buat kalian yang suka ber-swafoto atau pengen foto-foto cantik di lokasi intagramable alaala para selebgram, berkunjunglah ke sini.  Wahana fotonya beragam sekali.  Kami sih gak masuk, hanya melihat-lihat dari luar saja.  Cukup ramai pengunjung yang berfotofoto manja di sana.

Prema lapar bu,” Hari memang sudah siang.  Cemilan di tas sudah habis.  Bekal air minum juga sudah tandas.

Ok, di depan nanti kita beli makan ya,” Jawab saya sembari menunjuk jajaran pedagang aneka makanan dekat pintu keluar.

Khas wisata Indonesia banget deh. Ada pedagang aneka souvenir.  Ada pedagang makanan.  Dan di sinilah perjalanan kami berakhir, ndeprok manja di bawah pohon rindang, menikmati makanan pembuka, sebelum lanjut makan siang lengkap dari catering yang sudah kami pesan sebelumnya.

Gedong Songo
Sampai jumpa di perjalanan selanjutnya

Gedong Songo punya banyak cerita. Menjadi kenangan perjalanan yang indah.  Fisik dan spiritual terasah di sini.  Sampai jumpa lagi Gedong Songo, saya masih penasaran sama versi lain tentang Gedong VI – IX itu.  Semoga suatu hari berjodoh untuk bertemu.

 

Salam

Arni

131 thoughts on “Telusur Warisan Sejarah di Candi Gedong Songo

  1. kangamir.com says:

    Dari namanya aja udah bisa nebak kalau gedong songo adalah bangunan berjumlah 9. Btw area candinya terawat banget dan bersih

  2. Kalau candi saya taunya cuma kompleks candi di Trowulan Mojokerto. Kalau yg di Mojokerto itu sudah sangat jelas berasal dari jaman Majapahit. Yang Prambanan dan Borobudur dan Gedong Songo belum pernah melihat secara langsung

  3. Ini adalah peninggalan budaya yang harus dilestrikan dan juga dijaga. Peninggalan ini menunjukkan bahwa bangsa kita memiliki kebudayaan yang tinggi.

    Terima kasih atas ulasannya. Bisa jadi referensi jika mau melakukan wisata sejarah… 😊😊

    • Terimakasih sudah berkunjung ke sini ya
      Betul banget, bangsa kita punya banyak warisan sejarah yang wajib dilestarikan. Di masa lalu, bangsa kita sudah mampu membangun sesuatu yang berharga seperti ini

  4. Prajna Vita says:

    Lagi rencana ke Semarang, rencana mau ke Candi Gedong Songo tapi mau riset dulu karna takut kecewa. Eh, nemu artikel ini. Makasih infonya Mba

  5. Kokoh Hendra says:

    Ternyata dengan suasana yang sejuk dan pemandangannya yang indah sehingga menghilangkan suasana msitis pada candi gedong songo tersebut.

    • Kalau dibilang mistis, jujur aja aku gak ngerasain begitu sih mas
      Lebih terasa mistis di Candi Sukuh tempo hari deh
      Lagian ini memang betul, viewnya cakep banget. Bikin betah

  6. Mbok Arni ke sini ibadah ya? Suasana batin pasti beda ya, datang ibadah dan wisata. Aku waktu ke sini cuma demi ngambil foto, jadi keliling candinya pakai naik kuda hehehe..

  7. Di Malang juga ada beberapa candi, dan letaknya masuk-masuk gitu, tapi mulai banyak pemukiman juga di sekitarnya. Iya candi prambanan aja yang letaknya di tepi jalan raya, dari bus jurusan jogja-Solo bisa langsung turun disitu

    • Nah iya, di Malang banyak sekali candi
      Aku belum kesampaian nih jelajah candicandi di Malang
      Semoga suatu hari diberi rezeki dan kesempatan buat ke sana

    • Haha begitulah, jalan bareng orang banyak memang gitu, harus saling menyesuaikan satu sama lain
      Iya, tiketnya murah. Tapi rata-rata memang tiket masuk candi-candi “kecil” gak terlalu mahal kok. Yang agak mahal itu kayak Prambanan dan Borobudur karena sudah sangat terkenal

  8. oh ini tuh daerah semarang ya? baru tahu kalo ada candi gedong songo. padahal setiap mudik suka wisata daerah semarang haha, makasih mba infonya mudik selanjutnya bisa jadi destinasi nih ke sini.

  9. Wahh gedong songo jadi kangen ke sana, keliling ke semua nya ya kak lumayan ya jalannya huhuh. Aku waktu ke gedong songo ditemani temen soalnya sendirian travellingnya. Dapat tiket murah

  10. Candi gedong songo indah banget ya Mbak. Suasana sekitarnya juga bersahabat banget, tenang damai dan tentram membuat siapapun yang berkunjung ke sana terbawa suasana

  11. Candi yang saya inget itu cuman 2 di Yogya… padahal masih banyak candi2 lainnya yang belum di explore.. suka kagum sama orang2 jaman dahulu yang pikirannya sudah visioner meninggalkan sesuatu buat masa depan…

    Next..saya memasukkan list2 perjalanan untuk menikmati peninggalan masa lampau dan menceritakannya untuk masa depan… seperti tulisan ka arni ini..TfS kak

  12. Bayu Fitri says:

    Wah sama kak, sy jg penggemar bangunan kuno termasuk situs maupun candi2 . Rasanya seperti kembali ke masa lalu kalau berkunjung ke candi2 ..Btw fotonya bagus kak jadi langsung kebayang candi2 yg diceritakan.

  13. Menelusuri tempat tempat bersejarah zaman dulu memang penting, mengingat sebagian kecil dari kita lebih memilih ke mall ketimbang ke tempat situs warisan budaya.

    Banyak tempat yang dapat dikunjungi seperti yang ada di Kabupaten Semarang, kita serasa berada di zaman tersebut.
    bila di bangku sekolah hanya dapat melihat lewat buku, mba bisa berkesempatan ke sana. Aku jadi ikutan tertarik tuk ikut rombongan mba .

    Seperti di daerahku Bengkulu, ada tempat wisata yang bisa dikunjungi bila mba beserta rombongan mampir ke Bengkulu, yakni Rumah Kediaman Bung Karno. disana masih tersimpan rapi dan terawat, yakni sepeda onthel kepresidenan yang selalu digunakan Bung Karno, dan yang tak kalah menarik surat cinta Bung Karno juga ada

    • Betul mbak. Dulu waktu sekolah, pelajaran sejarah selalu menarik perhatian saya, rasanya penasaran sama kehidupan orang-orang zaman dulu. Sekarang ini, saya ngajak anak untuk wisata sejarah, agar dia kenal budaya bangsanya

      Ah, saya pengen banget ke Bengkulu
      Pengen lihat langsung kediaman Bung Karno jaman dulu

  14. Fadli Hafizulhaq says:

    Jarak antar candi yang cukup jauh membuat wisatawan maupun umat Hindu yang mau sembahyang jadi harus berjalan kaki ya Mbak, jadi dapat manfaat buat kesehatan juga.

    Saya takjub dengan teknologi orang-orang zaman lampau, dan saya rasa ketakjuban para peneliti jauh lebih besar dari saya yang orang awam di bidang tersebut.

  15. Baca tulisan ini serasa ikut jalan-jalan saya, diuraikan dengan sangat asyik sekali, dan saya jadi tahu tentang candi di Gedong Songo ini, semoga next bisa ada uraian lanjutannya untuk candi yang lain ya Mba Putu 🙂

  16. Saya kira candi di pulau Jawa hanya ada Borobudur dan Prambanan saja yg sudah banyak dikenal luas oleh masyarakat.

    Ternyata ada juga candi gedong songo yang klo liat dari tampilannya hampir mirip dengan candi2 yang ada di Bali ya

  17. Haduh, lihat foto dan baca artikel tentang candi gedong songo ini kok ya pas banget, kemarin aku tu abis komenin istri ama anak yang udah pernah kesana. selalu suka kalau jalan-jalan di candi. Terus membayangkan jaman dulu saat candi dibuat tuh seperti apa ya?

    • Itu juga yang selalau bikin aku takjub saat berkunjung ke candi, mas
      Membayangkan proses pembangunannya di masa lampau dengan lokasi yang sulit dijangkau begini, rasanya tak masuk akal
      Aku malah curiga, jangan-jangan di masa lampau justru mereka udah punya teknologi yang lebih canggih daripada sekarang ya?

  18. Mas Ito says:

    Potensi budaya lokal memang harus dijaga dan dilestarikan. Lewat tulisan ini saya jadi ada tambahan pengetahuan bahwa ada candi itu

    • Kalau menurut versi yang aku tahu, sudah sampai Gedong 9
      Tapi ada versi lainnya dan itu bikin aku penasaran pengen jelajah Gedong 9 menurut versi yang berbeda

  19. Wilhelmina Maria says:

    Candinya banyak banget mba, aku ikutan ngos-ngosan ngabayaning menyusuri candi-candi ini. Harga tiket masuknya juga murah banget, memang enak kalau datangnya ramai-ramai, cape kayaknya bisa dialihkan karena perginya bareng-bareng.

  20. Asli Candi Gedong Songo ini luas banget yaah kak, dan diperbukitan gitu jadi viewnya bagus banget. Tulisnya juga lengkap banget, jadi aku kayak lagi keliling-keliling candi aja ini heheh.

  21. Selalu betaaahhh baca tulisan perjalanan Mba Arni. Kali ini dimanjakan banget sama pemandangan hijau sejuknyanya Gedong Songo. Mungkin di sana Mba Arni ngerasa gerah, ya saya yang lihat fotonya malah ngebayangin sejuk. Hihihi.

  22. Jika membaca artikel wisata atau jalan-jalan, sedih dengan kondisi sekarang yang serba dibatasi. Berharap semoga covid-19 segera berakhir. Ingin segera bisa mengunjungi tempat indah dan bersejarah…
    Seperti candi ini

  23. Wisata sejarah seperti ini sangat menarik buat aku..
    Dan aku berencana ke semarang setelah pandemi ini berakhir, semoga bisa mampir ke candi ini

  24. Fenni Bungsu says:

    Memanjatkan doa kepada Penguasa Alam Semesta selalu akan membuat haru yang menyeruak siapa saja.
    Btw, untung jepret fotonya jauh itu, jadi kebetean Prema nggak kelihatan tegas kak 😁. Ditunggu kelanjutannya Gedong VI – IX ya Kak

    • Huahahaha kelihatanlah betenya mbak
      Emak dia sedang gak fit sih kondisinya waktu itu
      Jadi ya agak cepat bete. Biasanya dia bersemangat sekali untuk wisata alam kayak gini

  25. Tiap mudik ke Semarang aku belum kesampaian berkunjung ke Candi Gedong Songo, udah bilang suami mudik tahun ini aku mau diajak ke sana eh malah ada Pandemi jadi harus ditunda dulu deh mudiknya. Dengan berkunjung ke candi jadi tau sejarahnya juga ya. btw mbak di sana ada guidenya juga gak sih?

  26. Aku belum pernah nama candi ini. Mungkin karena tinggalnya di luar Jawa. Jadi kenalnya cuma sama nama2 candi yg sudah terkenal kaya Borobodur dkk. Tp keren juga ternyata ya. Ada banyak bangunan di kompleks Candi Gedong Songo ini.

  27. Baca ini jadi kangen pulang ke Semarang, jalan-jalan ke seputarannnya.

    Makin bagus ya sekarang Candi Gedong Songo. Udah lama banget kesananya.. pernah malah pas baru hamil berapa pekan, dobel date sama sahabat dan suaminya, jalan sampe paling atas. Tapi ya pelan banget jalannya, sambil istirahat juga biar calon bayi nggak kenapa-napa. Alhamdulillah sehat, seneng juga bisa jalan2. Hehe

  28. Suka banget baca tulisan ini. Saya jadi tahu candi gedong songo lengkap dan mbak arni ceritanya keren gak bikin bosan pembaca (eh ini saya sih) hehehe. Setuju banget kalau sebagian pembaca merasa nyaman sekali. Aku belum pernah nih ke candi-candi di dekat tempat tinggalku, kayaknya harus merasakan juga nih jalan-jalan ke candi kayak mbak Arni

  29. Gedong Songo, berarti ada 9 candi ya ka. Aku belum pernah sih kesana, tetapi di Ungaran itu ada restoran enak banget dari segi suasana sampai ke semua masakannya hehehe

  30. menurut aku telusur wisata candi itu menjadi sebuah destinasi wisata, sambil bisa belajar sejarah apa yg terjadi di masa itu. Keren mba Arni kalo udah cerita soal candi gini

  31. Ternyata banyak ya, bangunan yang sejarahnya berkaitan dengan Sir Thomas Stamford Raffles. Candi Gedong Songo ini salah satunya. Waah, aku suka banget wisata sejarah, semoga nanti ada kesempatan mampir ke candi ini juga.

  32. Menyenangkan ya bersama-sama mengunjungi ke sembilan candi dan mengetahui ceritanya, pasti jadi pengalaman tersendiri. Ternyata menang berupa 9 candi seperti itu ya, dulu saya kira hanya nama saja dan terdiri dari satu candi. Jadi ngerti kira2 gimana gambarannya 😀 jalan2 virtual dulu sebelum nanti ke sini benaran

  33. wahhh ini pejalanan wisata religi ya kak, pasti ada banyak pengalaman batin yang berbeda. kalau dari bahasa JAwa, Candi Gedong Songo artinya 9 candi ya kak.
    Letaknya yang berbeda beda dengan pemandangan yang berbeda pasti menghadirkan suasana yang berbeda juga ya kak, menyenangkan sekali sepertinya

  34. Muhammad Rifqi Saifudin says:

    Selalu menarik melihat tentang sejarah nusantara, namanya Gedong Songo tapi ada yang bilang ada candi ke-10 ya, aku jadi penasaran nih pengen ke sini dan ngeliat sendiri, pengen muter-muter kali aja nemu yg ke-10, bisa jadi penemuan baru, hehe

  35. Visya Al Biruni says:

    Aku sering dengar Nama candi ini tapi baru tahu ternyata banyak yaa candi di dalamnya. Lumayan effort banget mengelilinginya hehe. Tapi setiap candi nya ubuk jadi pengen pepotoan haha. Dan pastinya mengetahui sejarahnya.

  36. Jasmi Bakri says:

    Aku udah pernah ke sini saat travelling di Semarang. Dari Kota semarang jauh juga sampe ke sini. Tp pas sampe disini, tempatnya luas banget. Ada spot foto² juga. Viewnya indah dengan suasa perbukitan tp kakiku jadi pegel setelah wisata ke sini.

  37. Kita sekeluarga pernah wisata ke candi di dataran tinggi Dieng. Halaman candinya luas dan mudah dijangkau. Termasuk candi Arjuna, aku ingat aroma masa lalunya kuat banget. Kalo yang rutenya kayak cerita di atas, itu Bukit Kasih Kanonang, di Sulawesi Utara. Aseli, pegel setelahnya hehehe..

  38. Bulan Desember lalu aku juga ke Candi Gedongsongo, tapi nggak naik-naik sampai ke atas-atas hehe. Ngos-ngosan, apalagi bawa anak-anak.. duh nggak kuat. Pengennya naik kuda sih ke atasnya, tapi uang sakunya mepet, jadi batal haha. Cuma naik kuda muter bagian bawah aja.

  39. Mbbaaaaa itu amazing banget bisa sampe di titik tertinggi… Aku nggak kuku.. pas ke situ cuman sampe Candi Gedong II doang. Abis itu ngeksis aja di Ayanaz hahaha… simbok kurang berjuang… Ih jadi kangen halan-halan lagi niiihhhh

Leave a Reply to Mauli Fahma Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *