8-1

Uji Nyali di Bukit Batu Ratapan Angin

Bukit batu ratapan angin Dieng

“Ku kutuk kalian menjadi batu!” Teriak Pangeran sambil menunjuk sang putri dan kekasihnya yang terus mengiba-iba memohon maaf.

Apa daya.  Kemarahan telah memuncak. Kutukan telah terucap. Tak mungkin ditarik kembali.  Kalimat bertuah itu mewujud dengan berubahnya pasangan terlarang itu menjadi batu.  Satu dalam posisi berdiri, satu lagi dalam posisi duduk bersimpuh layaknya orang yang memohon pengampunan. Angin yang bertiup disela bebatuan itu menghasilkan suara lirih laksana rintihan kesedihan. Sebuah ratapan penyesalan.  Maka sejak itu disebutlah  keduanya dengan bukit batu ratapan angin. Continue reading “Uji Nyali di Bukit Batu Ratapan Angin”