Sudah lama sekali saya bermimpi untuk dapat menjejakkan kaki di Dieng, sebuah kawasan dengan pegunungan indah dan memiliki fenomena alam yang menakjubkan, tepat ditengah-tengah pulau Jawa. Dieng sendiri berasal dari bahasa Sanskerta yaitu “Di” yang berarti “tempat” atau “gunung” dan “Hyang” yang bermakna Dewa. Dengan demikian, Dieng berarti daerah pegunungan tempat para dewa dan dewi bersemayam, Pingkalingganing Buwana. Sehingga tak mengherankan sebutan lain untuk Dieng adalah Negeri para Dewa.

Cantik, syahdu, menakjubkan dan misterius. Itulah kesan pertama yang saya rasakan ketika kendaraan kami memasuki wilayah Dieng, sekitar pukul sembilan malam itu. Sejak memasuki wilayah Banjarnegara lalu Wonosobo kemudian benar-benar sampai ke Dieng, saya bergumam dalam hati, “Tuhan pasti sedang tersenyum dan sangat bahagia ketika menciptakan Dieng. Alamnya cantik sekali. Kontur tanah berbukit, pemandangan hijau yang menyegarkan,gunung-gunung tinggi menjulang menembus awan, telaga dan air terjun yang saling melengkapi, tanah yang subur dan tentu saja penduduk yang ramah. Belum lagi hamparan kebun teh, petak-petak sawah, jajaran tanaman tembakau, ladang-ladang kentang dan buah carica yang begitu menggoda. Langsung jatuh cinta saya pada pandangan pertama.
Dari film sejarah Dieng yang kami tonton di Dieng Plateau Theater, Dieng menjanjikan banyak petualangan wisata alam sekaligus sejarah dan budaya. Betapa runtutan peristiwa historis dan aneka peninggalan purbakala telah menjadikan Dieng begitu memesona. Sebuah perjalanan peradaban yang sangat panjang. Tak cukup waktu 3 hari untuk melahap semuanya. Maka untuk kunjungan perdana ini, kami putuskan untuk menjadi pengunjung wisata alamnya saja.
Menarik. Seolah memang dibangun sedemikian rupa, wisata alam di Dieng berada di lokasi yang saling berdekatan satu sama lain. Semacam telah terkonsep secara rapi dan terstruktur. Tuhan memang Maha arsitek. Sehingga ketika masuk kawasan Dieng, itu artinya kanan kiri depan belakang, semuanya indah. Semua menarik untuk dijelajahi. Mari kita coba mengulik beberapa diantaranya, meskipun nantinya akan saya hadirkan masing-masing dalam tulisan tersendiri, anggap saja post ini sebagai teasernya ^^
Agrowisata Tambi

Malam pertama kami dihabiskan disini, sebuah kawasan perkebunan teh yang telah berdiri sejak tahun 1865. Beberapa waktu terakhir mengembangkan konsep wisata kebun teh dan pabrik untuk melihat industri pengolahan teh dilengkapi dengan resort-resort cantik untuk penginapan bagi para pelancong. Terletak dalam jarak 16 km sebelah utara kota wonosobo pada ketinggian 1350 mdpl, dengan view Gunung Sindoro dan Sumbing yang tampak menjulang di kejauhan.
Sebuah pengalaman berharga bisa menikmati suasana disini. Bukan sekedar refreshing, kita juga sekaligus belajar. Menyaksikan proses produksi teh dari daun-daun hijau segar hingga bisa terhidang dalam cangkir-cangkir cantik di atas meja.
Gardu Pandang Tieng

Ingin menyaksikan lukisan alam nan indah di pagi hari tanpa harus bersusah payah mendaki bukit? Gardu pandang Tieng jawabannya. Terletak pada ketinggian 1789 mdpl, lokasi ini adalah tempat yang tepat untuk menyambut kehadiran sang Fajar. Golden Sunrise.
Rabu 6 Juli 2016, tepat ketika umat Islam bergegas ke lapangan untuk menunaikan ibadah sholat Ied, kami juga bergegas melintasi jalan berkelok-kelok yang akan mnegantar kami menuju gardu pandang Tieng. Letaknya yang strategis dipinggiran tebing, membuat kita bisa dengan leluasa menyaksikan lansekap desa Tieng dan perbukitan disekitarnya. Mau narsis manis juga asyik disini. Sisi Timurnya berupa perbukitan kebiruan dengan awan tipis yang menyelimuti. Sedangkan di sebelah selatan, Gunung Sindoro tampak anggun menyambut mentari yang beranjak perlahan menyinari bumi. Menghanyutkan. Sebuah fenomena alam yang sayang untuk dilewatkan.
Telaga Menjer

Salah satu destinasi wisata yang paling membuat saya jatuh cinta pada Dieng adalah Telaga Menjer. Telaga seluas 70 Ha dan kedalaman sekitar 60 m ini berada di Desa Maron, yang terbentuk dari letusan vulkanik Gunung Pakuwaja.
Memasuki kawasan Telaga Menjer, kita akan disambut kesunyian yang menghanyutkan. Bukit-bukit nan indah dengan pepohonan lebat dan bebatuan seolah bekerjasama membentuk harmoni untuk melindungi kecantikan Telaga ini dengan latar belakang Gunung Sindoro.
Selain menikmati keindahannya dari sisi Telaga, penduduk setempat juga menyediakan penyewaan perahu/rakit yang dapat dimanfaatkan untuk berkeliling telaga dan alat pancing buat pengunjung yang ingin memancing aneka ikan disini.
Kawah Sikidang
Dataran Tinggi Dieng pada dasarnya adalah gunung api purba. Di beberapa bagian, jejak-jejak gunung berapi berupa kawah aktif masih terlihat dengan jelas. Salah satunya adalah Kawah Sikidang, yang konon diberi nama demikian karena memang sumur kawahnya seringkali berpindah-pindah tempat seperti Kidang (kijang) yang melompat-lompat.
Berbeda dengan suasana hijau segar sepanjang desa Dieng dan sekitarnya, memasuki kawasan Kawah Sikidang kita akan disambut bau belerang yang menyengat dan pemandangan hamparan putih dengan pohon-pohon yang tampak meranggas, pertanda tanah disini sangat panas. Meski demikian, gunung-gunung hijau dikejauhan tampak mengelililingi kawasan kawah ini. Rectoverso. Dua keindahan yang bertolak belakang namun saling melengkapi satu sama lain. Lukisan alam yang sungguh memesona.
Kami beruntung, saat mengunjungi kawah ini, suasana sangat sepi karena bertepatan dengan hari raya Idul Fitri sehingga cukup leluasa buat kami untuk mengeksplore kawasan ini. Keberuntungan lainnya adalah langit yang sangat cerah dihari itu. Sungguh, perpaduan antara hamparan putih tanah kawah, kepulan asap, gunung-gunung hijau dan langit biru yang bersih membuat siapapun jatuh cinta saat melihatnya.
Puncak Sikunir

Negeri Di Atas Awan, demikian julukan untuk Dieng. Ingin membuktikan nama ini, naiklah ke puncak Sikunir. Selain menyambut kehadiran sang surya dalam wujud bulat sempurna, kita juga diajak mengagumi awan yang bergelung-gelung membentuk gumpalan indah selembut kapas yang menutupi gunung dan desa dibawahnya. Puncak Sikunir ini terletak di Desa Sembungan yang memang merupakan Desa tertinggi di Pulau Jawa, maka tak heran jika kita seolah-olah berjalan menembus awan saat berada dipuncaknya.

Untuk mendapatkan view yang pas, datanglah pagi-pagi sekali, bahkan subuh. Kami berangkat dari hotel jam 3.30 pagi. Prema, 6 tahun, bahkan saya gotong dari kasur menuju mobil saat masih terlelap. Lalu diajak berjalan dalam posisi masih mengantuk disertai angin dingin yang menggigit tulang. Trekking sekitar 1 hingga 2 jam, tergantung kecepatan berjalan, percayalah, hadiah terindah menanti di atas sana. Perjalanan memang melintasi jalan setapak dan menembus hutan, tapi jangan takut, rame-rame kok. Ada ratusan orang di waktu yang sama punya tujuan ke sana.
Penantian kehadiran Sang Surya adalah momen indah tersendiri yang sangat berkesan di hati. Seru dan membuat penasaran. Rasanya seperti akan bertemu gebetan deh deg-degannya hahahaha. Jika ingin mengabadikannya, pastikan kameramu siap, baterai terisi penuh. Sayang khan, udah capek-capek mendaki, udah cantik-cantik viewnya ealah kamera malah ngadat.
Jadi, kapan kamu kesini?
Bukit Batu Ratapan Angin
Destinasi wisata yang satu ini tak kalah menarik. Berada dalam satu kawasan dengan Theater Dieng Plateau, kita hanya perlu berjalan sedikit mendaki bukit disebelahnya. Lalu bersiap-siaplah kagum akan keindahan yang ditawarkan dibawah sana. Telaga warna tampak begitu cantik dilihat dari atas sini.


Selain pose-pose cantik (plus ngeri-ngeri sedap) di atas batu ratapan angin, disini juga ada jembatan merah putih. Uji nyali dikitlah, kapan lagi berjalan melintasi jembatan bergoyang-goyang di dataran tinggi Dieng. Ehm. Jujur aja saya ini sebenarnya penakut, tapi daripada penasaran, meski lutut gemetaran, ya nyoba juga akhirnya.
Telaga Warna dan Telaga Pengilon
Berada tepat di bawah bukit batu ratapan angin, telaga warna menawarkan keindahan tersendiri. Agak berbeda dengan Telaga Menjer, disini suasana lebih ramai oleh pengunjung. Mungkin karena lokasinya yang lebih mudah dicapai. Bau belerang juga agak menyengat karena memang lokasinya berdekatan dengan kawah Sikidang. Awalnya saya mengira warna pada telaga ini disebabkan oleh alga/ganggang. Ternyata bukan. Jadi ini karena kandungan sulfur dalam air telaga itu. Pantas saja aromanya kencang.
Pohon-pohon besar yang tumbang (atau ditumbangkan?) mengarah ke telaga menjadi spot cantik untuk mengambil gambar. Tapi memang, butuh kehati-hatian, salah langkah sedikit, bisa nyemplung kita ke Telaga. Saya? Oh tidak. Nyali saya tak cukup besar untuk melakukannya. Cukup Pak Suami saja deh hehe.
Candi-candi Nan Cantik
Sebagaimana dijelaskan dalam sejarah Dieng Plateau, bahwa dulunya disini adalah peradaban Hindu. Maka tak mengherankan jika di sana sini kita akan menemukan candi-candi peninggalan masa kejayaan Hindu. Sebut saja candi Bima yang terletak di sebelah kiri pintu masuk menuju kawah Sikidang. Lalu candi Gatotkaca yang terletak di depan Museum kailasa. Agak ke dalam sedikit kita akan bertemu dengan kawasan candi Arjuna yang beberapa bagiannya sedang dipugar agar tetap lestari sepanjang masa.
Khusus di Candi Arjuna, setiap tahun dijadikan lokasi untuk pagelaran festival Dieng. Berupa ritual pemotongan rambut gembel yang merupakan fenomena unik tersendiri di Dieng. Dan dilengkapi beberapa pertunjukan seni budaya lainnya.
D’Qiano Hot Spring Waterpark
Apa yang paling asyik dilakukan saat udara dingin menyusup hingga ke tulang? Berendam diair hangat tentu saja. D’Qiano hot spring menjadi destinasi wisata yang mengasyikkan. Apalagi kalau dalam tim liburan kita ada anak-anak, wah dijamin betah dan gak mau berhenti deh.
Kolam di D’Qiano terbagi menjadi tiga level kehangatan. Dari yang hangat, panas dan lebih panas. Dilengkapi dengan saung-saung disekitarnya, aneka permainan air khas waterpark dan tentu saja view cantik karena memang lokasinya berada dipuncak bukit.
**********
Itulah sedikit dari sekian banyak destinasi wisata yang bisa dikunjungi saat berlibur ke Dieng. Sedikit, karena memang masih banyak objek wisata lainnya yang tak kalah menarik. Kawah Sileri, Kawah Candradimuka, Sumur Jalatunda, menikmati camping di Gunung Prau,Padang Savana Dieng, dan lain-lain. Belum lagi wisata kulinernya yang menggoda. Aneka penganan khas Dieng. Buah carica, kentang merah dan ungu. Ah…. Memang butuh waktu panjang atau kunjungan berkali-kali baru bisa merasakan semuanya.
Yuk ah. Cuss kita ke Dieng. Selamat berlibur.
Salam
Arni
Wah kemarin saya ke Dieng pas DCF malah ga semua tempat terkunjungi. Pingin yang ke Bukit Batu Ratapan Angin bagus banget. Waterparknya dingin nggak?
Kalau gitu berarti harus diulang lagi ke Diengnya. Aku aja masih pengen ngulang kok.
Aku justru menghindari ke Dieng itu pas DCF karena pasti pengunjungnya membludak dan crowded terutama dilokasi2 wisata. Kayaknya kurang ramah untuk anak kecil deh situasi kayak gitu. Meskipun pengen banget sebenarnya menyaksikan berbagai acara budaya dan ritual dalam feestival kayak gitu. Tapi demi bocah, cari suasana yang nyaman dulu lah hehe
Ou yg waterpark, namanya juga hot spring, pastinya air hangat dong ya. Jadi malah pas berendem dan main air hangat ditengah udara dingin 🙂
Banyak juga Candinya. Jadi liburan ke Dieng sekali jalan banyak yang didapat ya. Penasaran dengan candi Gatotkaca…
Seru banget mbak Arni perjalanannya. Suka dengan foto-fotonya.
2 tahun lalu ke Dieng di musim kemarau, udaranya dingin banget. Aku ga kuat 😀
Walah gak kuat dingin yo mbak
Persiapan kudu ekstra berarti. Bawa jaket tebal berlapis2 lengkap kaos kaki, sarung tangan dan syal yang tebel juga
Tapi memang sih, Dieng ini dinginnya sadis. Tengah hari juga tetep dingin meskipun matahari udah bersinar cerah. Beda dengan Bromo, kalau matahari udah muncul, udara berangsur hangat
AKu belum pernah ke Dieng, mba. Pengn ke sana tapi belum kesampean sama sekali hiks
Penasarn ingin naik jembatan merah putihnya mba 🙂
Aku aja baru kesampaian setelah sekian lama memendam mimpi. Ayo semangat, peluk erat mimpinya, nanti juga kesampaian
wah spot wisata di Dieng banyak juga, bookmark ah buat referensi kalo pergi ke Dieng 😉
Banyaaaaaaak
Dieng itu super cantik. Setiap jengkal tanahnya adalah objek menarik untuk dieksplor
Pengen ke Dieng bangeeets…
Kudu diet dlu biar ga keberatan bawa lemak di bodi hihihi
hahahaha gak ada larangan ke Dieng buat orang gemuk kok mbak
tenang ajaaaaaa
Ah, kece banget Dieng, saya belum pernah ke sana mbak *syedih
Hayuklah. Dari Jogja mah deket ini. Tinggal melipir dikit doang
Wah makin jadi nih,… pengen banget ke dieng nih… Ternyata banyak banget spot spot cantik disana…
Ayo ke Dieng
Ini baru sedikit dari banyaaaaaak banget spot cantiknya
saya aja belum puas lho eksplore Dieng hehehe
seru banget mbak jalan-jalan ke diengnya.. kapan ya bisa ke sana…
Dieng deket mas. Ayo diagendakan
Khan banyak liburan nih
wuih keren banget mbak perjalanannya
Makasi….
Tapi beneran lho, aku jatuh cinta banget sama Dieng
Maulah ke sana lagi
Wahhh… pengen ke sini
Hayuk mbak diagendakan. Gak bakal nyesel deh
Kebetulan tahun kemarin sempat touring ke Dieng, tapi sayangnya nggak sempat mampir ke lokasi-lokasi wisata tersebut ya 😉
nah berarti tahun ini harus diulang touringnya mbak
Belum pernah kesini 😀 huaaaa….harus kesini kayaknya…cantik banget ya alamnya, sejuuk
Ayo mbak. Klo pas mudik main ke Dieng
What’s up, all is going nicely here and ofcourse every one is
sharing data, that’s really good, keep up writing.
Thank you 🙂
This is my first time pay a quick visit at here and i am really impressed to read everthing at one place.
wah pengen ke sini, lengkap banget, dan pemandangan indah indah,
Saya baru tahu, kirain Dieng itu hanya bicara gunung atau pegunungan, ternyata jauh lebih luas dan lebih banyak bisa dieksplorasi di sana. Luar biasa jika suatu daerah dijadikan objek wisata, karena itu akan mendatangkan PAD dan pendapatan masyarakat di sekitar juga.
Saya sudah cukup sering mendengar atau membaca nama Dieng, saya kira hanya pegunungan, tapi ternyata ada banyak destinasi wisata di sana ya
Dieng, salah satu wishlist honeymoon dulu, tetapi belum kesampaian. Mungkin someday harus wujudkan impian ke Dieng sama suami. Indah sekali golden sunrise di Puncak Sikunir. Terima kasih Mba Arni, spot-spot kunjungannya penting banget informasinya buat kita.
Aku sudah banyak mendengar tentang keindahan alam Dieng. Bahkan aku sudah sangat ingin berkunjung ke sana. Tapi, apalah daya. Masih belum ada kesempatannya.
Melihat list tempat-tempat indah dari sini. Membuatku semakin ingin mengunjunginya.
Aku ke Dieng zaman SMP dan engga punya fotonya…wkwk…
Tapi masih melekat sih keindahan Dieng di ingatan, jadi pengen ke sana lagi. Apalagi udah banyak penunjang obyek wisatanya ya, penginapan, kuliner, dll. Kita kaan sebuku yah Bawana Winasis Dieng…itu juga bikin pengen ke Dieng lagi…
Aku belum pernah ke Dieng, pingin ke sana, apalagi baca review dan lihat foto-foto di sini, wah seru ya. Semoga suatu saat bisa ke sana
Jadi kepikiran ingin kesampaian ke Dieng dengan beberapa spot wisata bagus.
Selama ini cuma lihat keindahan Dieng dari.layar saja baca ulasan di atas jadi tertarik dan penasaran ingin juga mengunjungi.Negeri di Atas Awan tersebut
Berwisata ke DIeng ini kalau aku justru berasa seperti kembali ke masa lalu, salah satunya karena aku membaca bahwa dahulu candi-candi di Dieng ini sempat hilang dan jumlahnya ada ratusan. Sungguh, terasa banget di jaman dahulu peradaban kita sudah maju dan sempat vakum (atau hilang, who knows).
Ingin banget menjelajah, tapi kayaknya nunggu anak-anak besar deh. Kalo sekarang yang ada mereka bakal kecapekan. Tapi kalo waktu itu tiba, aku masih kuat nggak ya?
Keren bangett sih Dieng ini, kemarin2 juga sempet seliweran wisata kesini di timeline ya kak.. jadi salah satu destinasi yang harus aku kunjungin nih sblm umroh hehe, aamiin
Mbak udah lama banget ya ke Dieng ternyata, aku ke sana baru tahun kemarin dan cuman ke Sikunir doang. Itu karena sama temen2 yang “sok tau” dan tanpa persiapan wkwk