Sang surya sedang terik-teriknya memancarkan sinar ketika bus yang kami tumpangi memasuki area parkir Gua Sunyaragi. Sepintas tak tampak sesuatu yang istimewa di lahan parkir ini. Hanya ada beberapa pedagang makanan yang menawarkan aneka sajian khas Cirebon di sebuah bangunan tua yang tampak lebih mirip bekas sekolah atau kantor. Jujur, saya bertanya-tanya, “mau ngapain sih ke sini?”
Saya memang sengaja tidak mencari tahu lebih dulu tempat wisata yang akan kami datangi ini. Sengaja, agar tak berekspektasi berlebihan dan memang ingin merasakan sensasinya. Ke sini, karena memang masuk dalam itinerary yang telah dibuat oleh panitia (ehk…saya juga panitia sih, tapi bukan sie acara #ngeles) untuk rombongan bersama teman-teman dari Atang Sendjaja.
Panas. Maka semua bersiap dengan topi. Silau, langsung deh keluarin kacamata hitam dari tas. Kece bener dah pokoknya hahaha. Setelah membeli tiket, kami berjalan memasuki kawasan wisata, yang ternyata terletak tepat di belakang gedung tua tadi. Hohoho luasnyaaaa kawasan ini. Tersembunyi di balik dinding-dinding dan bangunan kokoh. Tak terlihat dari jalanan. Padahal hanya sepelemparan batu saja dari sini, sudah ketemu jalan utama dengan kendaraan hilir mudik setiap waktu.
Rasanya saya seperti memasuki lorong waktu.
Bagian pertama dari komplek ini adalah bangunan yang berbentuk podium lengkap dengan tribun penonton didepannya. Pada hari-hari tertentu, di tempat ini dipentaskan aneka kesenian khas Cirebon seperti tari topeng dan tari sendang dan aneka kesenia lainnya.
Bapak pemandu yang menemani rombongan kami dengan sigap menjelaskan sejarah Gua Sunyaragi. Sembari berfoto-foto cantik khas emak-emak, saya berusaha mendengarkan paparan dari guide.
Baca juga : Keraton Kasepuhan Cirebon
Sejarah Gua Sunyaragi
Ada dua versi sejarah Gua Sunyaragi yaitu versi Caruban Kanda dan Caruban Nagari. Caruban Kanda berupa cerita lisan yang diteruskan secara turun temurun oleh para bangsawan Cirebon atau keturunan Keraton. Sedangkan Caruban Nagari berdasarkan buku Purwaka Caruban Nagari yang merupakan tulisan tangan Pangeran Kararangen atau Pangeran Arya pada tahun 1720. Caruban Nagari inilah yang digunakan oleh para pemandu wisata saat memandu pengunjung Gua Sunyaragi.
Gua Sunyaragi berada di Kelurahan Sunyaragi, Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon. Berasal dari bahasa Sansekerta, Sunyaragi berasal dari kata sunyi dan raga sehingga dapat diartikan sebagai tempat untuk mensucikan diri atau bertapa. Untuk kedamaian hati dan ketenangan jiwa
Menurut Caruban Kanda, Gua Sunyaragi dibangun untuk menggantikan Pesanggrahan Giri Sapta Rengga, tempat pertapaan yamg lama, karena berubah fungsi menjadi komplek pemakaman Sunan Gunung Jati dan keluarganya yang kemudian dikenal sebagai Astana Gunung Jati.
Menempati lahan seluas 15 ha, Gua Sunyaragi memiliki 13 gua kecil-kecil yang kesemuanya terhubung oleh rongga besar di tengah-tengahnya. Dibangun dalam 3 periode berbeda, dimulai dari masa Panembahan Pakuwati I pada tahun 1458 Saka atau 1536 M yang menghasilkan Gua Pengawal, Gua Pawon, Gua Padang Ati, Gua Lawa, Gua Peteng dan Gua Kelanggengan dengan menara pengawas diatasnya.
Konon katanya, selain menara pengawas, di gua ini juga ada lubang dangkal yang telah tertutup. Pada jaman dahulu, lubang ini adalah jalan rahasia menuju Astana Gunung Jati.
Pembangunan selanjutnya dilakukan pada masa pemerintahan Sultan Sepuh Pangeran Jamaludin II, pada tahun 1625 Saka atau 1703 M atas inisiatif Pangeran Arya Carbon Kararangen, adik Sultan Sepuh. Pembangunan periode kedua ini menghasilkan Gua Arga Jumut, Bale Kambang dan Manda Beling. Digunakan untuk perjamuan dan tempat bersantai bagi keluarga keraton.
Pembangunan periode ketiga sekaligus menjadi tahap akhir dilakukan pada masa pemerintahan Sultan Sepuh V, Pangeran Syaifiudin atau dikenal sebagai PangeranMatanghaji yang dibantu oleh arsitek dari Cina. Pembangunan ini menghasilkan Gua Pande Kemasan dan Gua Simanyang.
Selain sebagai tempat rekreasi keluarga keraton, Gua Sunyaragi juga digunakan sebagai tempat untuk membangun kekuatan melawan Belanda. Lorong-lorong bawah tanah diyakini menjadi tempat pertemuan rahasia para petinggi untuk menyusun strategi perlawanan. Sayangnya, arsitek Cina yang membantu pembangunan ini berkhianat dan membocirkan peta gua kepada Belanda.
Berdiri kokoh hingga saat ini menunjukkan betapa hebatnya para leluhur kita mendirikan sebuah bangunan. Selalu saja saya berdecak kagum saat berkunjung ke tempat-tempat yang sarat kisah sejarah dan budaya seperti ini. Selain memiliki kisah yang luar biasa, proses pembangunannya yang tak biasa juga menjadi daya tarik tersendiri.
Susunan bebatuan di Gua Sunyaragi sangat unik. Terdiri dari satuan batu-batu sejenis kerikil yang melekat, saling mengikat satu sama lain. Konon katanya menggunakan perekat dari putih telur. Lalu saya membayangkan berapa banyak butir telur yang dihabiskan untuk pembangunannya. Trus, kuning telurnya dikemanain ya? Kayaknya para pekerja tiap hari dapat konsumsi kuning telur deh hahahaha
Bernarsis ria di Sunyaragi
Ehm… namanya ketemu tempat kece, sayang dong buat dilewatkan. Iya tooo?
Yang suka narsis mana suaranya?
Apalagi jalannya bareng rombongan emak-emak rempong. Dikit-dikit cekrek pokoknya. Di mana ada kamera, ke sana kami berkumpul. Macam rombongan semut yang ngerubutin gula deh hahaha
Meskipun panasnya cetar membahana, tak surut semangat buat narsis. Demi hasil yang kece punya. Bukankah jalan-jalan tanpa pepotoan itu bagaikan malam tanpa bintang?
Saya menaiki beberapa bagian Gua. Terasa sekali kokoh bangunannya. Kalau tak diberi tahu bahwa ini buatan, saya pasti mengira bebatuan ini terbentuk secara alami. Seperti namanya, Sunyaragi, suasana di sini memang terasa sunyi. Meskipun terletak di tengah-tengah kota Cirebon, dan tak jauh dari sini sudah ketemu jalan gede yang cukup ramai, namun begitu masuk ke dalam area Taman Air, kita seperti terlempar ke jaman yang berbeda. Sekarang saja seperti ini, bagaimana jaman dulu ya, saat para petinggi keraton melakukan pertapaan di sini. Pastinya terasa sangat damai dan hening.
Saya asyik mengeksplore area utama, ketika teman-teman yang lain berjalan berkeliling. Dan tiba-tiba dikabari bahwa sebentar lagi rombongan harus naik bus untuk melanjutkan perjalanan kembali ke Bogor. Lha, piye iki, saya khan belum ngider, saking keasyikan di area utama huhu. Akhirnya mau gak mau, ya saya harus ngikut rombongan. Namanya juga pergi ramai-ramai. Diam-diam saya menyelipkan harap, semoga Gua Sunyaragi tetap bertahan seperti saat ini. Kelak saya akan kembali ke sini dan menyempatkan untuk berkeliling. Masih banyak bagian yang belum saya lihat, masih banyak potongan sejarah yang belum saya saksikan peninggalannya.
Sunyaragi, tunggu aku kembali ya
Salam
Arni
Baru ke Cirebon sekali, referensi nih klo ke Cirebon lagi. 😁
Gua masih terawat dengan bagus ya mba. Kayaknya kalo ke sini butuh tenaga ekstra untuk mengeliling gua secara keseluruhan ya mba 🙂
Itu disediakan guide nggak ya, Mbak? Kebayang bengongnya kalo sendirian
Mbaaa aku kena hujan lebat pas ke cirebon gagal mampir ke gua sunyaragi, asik juga kayaknya, kapan2 harus mampir
Kemarin sempet ke Cirebon tapi nggak sempet ke Goa Sunyaragi
Pernah ke Sunyaragi. Bener banget…panasnya cetar membahana. Naik-naik ke bebatuan, blusukan lewat lorong…Untung rame² dan siang. Coba sore…serem kayaknya…
Waktu ke Sunyaragi, di pintu masuk ditawarin pakai guide, Tetapi, kami menolak karena memang hanya ingin menikmati aja sambil foto-foto. Kunjungan berikutnya kayaknya pengen pakai guide. Biar sekalian tau sejarahnya
Aku udah pernah kesini dan suka banget,tapi baru tau sejarahnya baca blog ini…mantaap.
Walaupun usianya udah tua banget tapi masih terawat dengan baik, salut deh
goa menjadi tempat yang menarik jika terawat nih..
Selama ini hanya lewat Cirebon,tapi belum pernah singgah. Semoga ada kesempatan berwisata ke sana.
kuning telurnya di leklek mba. apa ya istilahnya, dimakan mentah2, bagus buat stamina 😀
aku pas ke sana lagi padet banget plus puanas poll. tapi tetep enjoy 🙂
Keren ya, tempat wisatanya, Mbak.
Dan Indonesia memang penuh dengan pesona.
Saya juga termasuk suka ke tempat-tempat penuh histori.
Seperti masuk ke lorong waktu dan merasakan apa yang terjadi saat itu hehehe.
Baru tahu ada Gua Sunyaragi, nambah lagi deh destinasi list nya kalau nanti ke Cirebon selain mau mengunjungi situs bangunan kesultanannya. Thanks for share 🙂
Indahnyaaa bebatuan begitu. Iya katanya bangunan dulu emang pakai putih telor sebagai pengganti lem. Saya masih heran kok kuat banget yak? Butuh berapa ayam yg diharuskan bertelor tiap harinya? Hehe
Padahal kompleks gua ini hanya sisa-sisa ya mbak, tapi masih eksotis. Gimana kalau masih lengkap kali ya, pasti aura masa lalunya akan kental sekali. Tempatnya juga indah untuk foto-foto, suka tempat ini kalau di Cirebon
Kalau ada guide enak. Lah kalau ga ada masa seluas itu kita mau ngider gitu aja?
Tampak sekilas bangunanya seperti bebatuan karang. Luar biasa ya meski sudah lama tetapi peninggalan sejarah masih tetap tertata
Gua nya cantik, pemandangan sekitar juga bagus ya, bersih dan indah. Cocok banget buay foto2 walaupun panas tetap seru y mba
Saya pernah ke sini. Tetapi, kayaknya enakan sore atau pagi, ya. Kalau siang panas banget. Sama lain kali mau sewa tour guide. Biar tau sejarah goa ini
Saya malah pernah mendapat informasi kalau gua sunyaragi selain utk tempat pertapaan itu kaya kolam pemandian selayaknya taman sari di yogya
Tp entah mana yg valid
Agak bingung juga
Kalau dilihat dari teksturnya, batuan Sunyaragi kayak batuan kapur gitu ya? Agak berbeda dengan batuan penyusun candi besar di Indonesia.
Seru banget, belum pernah coba jalan-jalan ke Cirebon nih, next bisa jadi list traveling
Guanya cantik bener mbak. Bagusnya lagi karena pemandangan sekitarnya juga cantik. Udah gitu bersih dan tertata pula.
Wah sdh lama banget ga ke cirebon nih..jdDpengen main ke sana lagi deh baca tulisan ini..
Kuning telurnya untuk pekerja biar strong kali, ya. Hihi. Waw banget loh pakai putih telur aja bisa bertahan lama banget.
Cirebon saya belum pernah ke sana. Taunya hanya batik trusmi dan tempe khasnya. Sekarang saya jadi tau ternyata Cirebon punya gua juga. Makasih infonya ya.
Aku belom jadi emak-emak tapi kalau lagi jalan udah jadi tim dikit-dikit cekrek mbak. hehhe baca ulasan perjalananya seru banget mbak.
Goanya unik ya … penuh bebatuan gitu. Dan lingkungannya asri, bagus pemandangannya
Aku salfok sama sarungnya, gemasss banget warnanya karena aku penyuka benda2 colourfull. Kira2 bawa anak kecil ke gua, asik gak yak
Aku sering ke Cirebon, tapi malah belum pernah ke Gua Sunyaragi ini. Next deh kalau kesana lagi main.
Aku mau wisata ke Cirebon belum jadi juga sampai sekarang.
Banyak wisata sejarah yaa ternyata disana. Tapi, lagi booming itu wisata kuliner di Cirebon. Semoga bisa kesampaian deh*