“Itu apa, Ayah? Kok ada mobil tanknya?” tanya Prema saat kami melintas di Jembrana menuju Pelabuhan Gilimanuk untuk menyeberang ke Pulau Jawa, kembali ke Bogor di awal tahun 2019 tempo hari
“Wah iya. Bentuk bangunannya unik. Apa ya itu?” Saya jadi ikut penasaran
“Daripada penasaran, mendingan kita putar balik aja yuk. Mampir sebentar ke sana,” ajak suami yang langsung bersiap-siap untuk memutar balik kendaraan kami.
Kami memang sudah melewati bangunan unik ini. Berada di tengah-tengah kawasan Taman Nasional Bali Barat, tempatnya agak tersembunyi di balik rimbun pepohonan. Dalam kondisi jalanan sepi seperti saat kami melintas, sebagian besar kendaraan melaju dengan kecepatan tinggi sehingga tidak menyadari keberadaannya. Seperti kami, meski tak terlalu ngebut-ngebut banget karena memang ingin menikmati pemandangan sepanjang jalan, di mana banyak monyet-monyet yang bergelantungan di dahan pohon atau sekedar berkumpul di tepi jalan, tapi tetap saja baru menyadari keberadaan bangunan unik ini setelah melewatinya.
Agak susah juga mencari celah untuk putar balik. Kendaraan lain ngebut-ngebut banget euy. Setelah berhasil, kami langsung melipir belok kanan memasuki gerbang. Saat kami tiba, ada satu mobil pengunjung lainnya yang sudah lebih dulu di sana. Juga terlihat dua buah motor terparkir di bawah pohon. Sepi.
Sementara suami menuju ke kantor pengelola, saya sempatkan keluar gerbang sejenak untuk melihat papan nama tempat ini.
MONUMEN OPERASI LINTAS LAUT JAWA BALI
Itu nama yang tertulis di sana. Tertulis dalam font yang tak begitu besar dan mulai tampak pudar. Ditambah temaram cahaya yang tertutup rimbun pepohonan. Makin tak terihat deh. Hati saya mendadak melow. Ini tempat baguuuus. Tapi tak banyak yang menyadari keberadaannya. AGak deg-degan juga sebenarnya saat ke depan, beberapa ekor monyet tampak berkeliaran di sekitar. Aih, saya agak trauma nih, pernah punya pengalaman tak enak dengan monyet. Kacamata saya disamber saat berkunjung ke Uluwatu beberapa waktu lalu. Syukurlah, kali ini monyetnya agak anteng.
Mengenang Kisah Heroik 4 April 1946
4 April 1946 bisa jadi adalah salah satu hari paling bersejarah bagi bangsa Indonesia, khususnya Angkatan Laut. Pada hari ini, tercatat sebuah pertempuran laut pertama yang berhasil memukul mundur pasukan Belanda meski dengan senjata seadanya.
Dalam brosur yang saya dapatkan dari penjaga monumen, tercatat kisah perjuangan Pasukan M (Markadi) yang berjuang mati-matian menahan serangan dari kapal patroli Belanda. Pasukan M yang berada di kapal melakukan perang jarak dekat dengan pasukan Belanda. Posisi yang menguntungkan, karena kapal Belanda tidak bisa mengarahkan dengan tepat senapan mesin berat yang dipasang di geladak depan ke arah lawan, karena ukuran kapal Indonesia yang lebih kecil. Senjata mereka mengalami sudut mati dan hanya mampu mengenai layar kapal pasukan Indonesia saja. Sementara sebaliknya, Pasukan M dengan leluasa menembak dan melemparkan granat-granat tangan, termasuk granat bakar yang berjatuhan di geladak dan dekat senapan mesin.
Pasukan M merupakan pasukan yang dibentuk untuk menyelamatkan Bali yang diduduki tentara Sekutu yang mendarat di Bali pada Oktober 1945. Sempat terjadi penurunan Sang Saka Merah Putih yang memancing kemarahan pemuda Bali. Agak kecolongan sebenarnya, pendaratan sekutu di Bali ini terjadi saat Letkol. I Gusti Ngurah Rai sebagai perwira tertinggi Tentara Republik Indonesia (TRI) untuk Sunda Kecil sedang di Jogjakarta guna membahas pembinaan Resimen Sunda Kecil dan strategi menghadapi Sekutu. Rupanya pendaratan Sekutu dan Belanda terus berlanjut dan mulai menguasai Bali, sehingga diputuskan untuk menyiapkan serangan yang kemudian menunjuk Pasukan Kapten Markadi dan Pasukan Kapten Albert Waroka sebagai pasukan garis depan di Selat Bali.
Sebelum turun ke lapangan, diketahui bahwa Kapten Murkadi mempersiapkan pasukannya secara serius dan maksimal. Anak buahnya secara disiplin berlatih untuk meningkatkan kemampuan perang hingga teknik operasi pendaratan. Bahkan Kapten M sempat mengikuti pelayaran survei medan bersama personel ALRI Pangkalan X Banyuwangi. Beliau juga mengumpulkan semua data intelijen mengenai kondisi geografis hingga sosial politik masyarakat setempat termasuk kekuatan, penempatan dan patroli pasukan Belanda.
Dengan persiapan matang ini, meski persenjataan terbatas, tak heran Pasukan M berhasil memukul mundur patroli Belanda. Putus asa tak bisa menembak, pasukan Belanda sempat menabrakkan kapalnya ke kapal Pasukan M dengan harapan kapal akan tenggelam. Beberapa awak sempat terjatuh dan namun berhasil kembali naik ke kapal. Pada saat itulah Kapten M memerintahkan pelemparan granat serentak ke arah kapal Belanda. Dan Buuum… ledakan granat terdengar dari atas kapal LCM milik Belanda yang menyebabkan kapal mereka terbakar. Mau tak mau, Belanda mundur dari pertempuran ini.
Pertempuran ini hanya berlangsung singkat. Sekitar 15 menit. Namun menorehkan sejarah besar dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI. Disebut-sebut sebagai pertempuran laut pertama yang dimenangkan Indonesia setelah Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Dalam pertempuran itu, dua korban jatuh di Pasukan M yaitu gugurnya Sumeh Darsono dan satu orang mengalami luka tembak, bernama Tamali.
Operasi di Selat Bali tersebut berhasil menghambat pergerakan Belanda ke jantung pemerintahan RI, pengenduran tekanan terhadap front pertempuran Surabaya, juga sebagai tonggak awal dioperasikannya pelabuhan penyeberangan Banyuwangi untuk pengiriman bahan makanan pokok ke Pulau Bali.
Kapten Markadi lahir pada 9 April 1927 dengan nama lengkap Markadi Pudji Rahardjo dan wafat pada 21 Januari 2008 yang dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta Selatan.
Untuk mengenang peristiwa pertempuran nan heroik itu, maka diabadikanlah dalam bentuk Monumen yang bisa kita lihat sekarang ini.
Sejarah singkat yang sukses membuat hati saya gerimis sekaligus hangat. Sungguh membuat saya merasa tak ada apa-apanya dibanding perjuangan para pahlawan pada masa lampau. Mereka benar-benar mengorbankan jiwa raganya untuk kemerdekaan negeri ini. Tanah air tercinta. Dari semua lini mereka bergerak bersama. Bersatu tanpa pandang bulu, tanpa harus membedakan asal usul, agama, suku, ras.
Malu rasanya. Ketika kita yang menjadi penerus bangsa kemudian terpecah belah hanya karena hal sepele. Mudah diadu domba oleh bangsa lain, lebih percaya hoax dibanding fakta dan gemar memaki kawan, sahabat bahkan saudara sendiri. Sediiiiih…
Ah, semoga saja ini tak berlangsung lama. Persatuan dan kesatuan bangsa ini kembali seperti dulu. Hidup damai berdampingan dalam perbedaan. Bukankah pelangi indah karena banyak warna?
Keliling Monumen Operasi Lintas Jawa-Bali
Seperti yang saya tuliskan di awal, monumen ini terletak di tepi jalan utama perlintasan menuju Pelabuhan Gilimanuk. Pohon-pohon rindang agak menutupi keberadaannya. Hening menyergap. Di halaman depan terlihat dua buah tank masing-masing di sisi kanan dan kiri. Lalu ada semasam miniatur roket yang di dekat pagar. Bendera merah putih tampak berkibar gagah di halaman.
Sementara Prema asik naik ke mobil tank, saya melangkah masuk ke bangunan monumen untuk menuju ke atas. Rupanya kita harus berjalan melingkar untuk mencapai tangga. Sepanjang jalan, kita disuguhi relief-relief yang menceritakan kisah pertempuran 4 April 1946 tersebut. Di sisi kanan monumen terdapat semacam pagar berbentuk bambu runcing. Sedangkan di sisi kirinya, pagar yang sama juga ada tapi berbentuk senjata laras panjang.
Arsitektur bangunannya sangat unik. Menjulang ke atas sebagaimana monumen pada umumnya. Sekilas malah mirip Monumen Bajrasandi di Denpasar. Yang membedakan adalah puncaknya. Di puncak Monumen Operasi Lintas Laut Jawa Bali ini tampak bentuk jangkar kapal, yang mewakili kisah heroik pertempuran Angkatan Laut Republik Indonesia.
Baca juga : Telisik Sejarah Bali di Monumen Bajra Shandi
Pelan-pelan saya melangkah ke atas. Berpapasan dengan beberapa orang pengunjung yang akan turun. Sempat menyapa sejenak, mereka berasal dari Banyuwangi. Menyeberang sebentar ke Bali untuk jalan-jalan dan akan segera kembali pulang. Mampir sejenak di monumen ini karena kebetulan melintas di depannya. Sama dengan kami, yang mampir sebelum melanjutkan perjalanan pulang ke Bogor via darat. Sepertinya memang sebagian besar pengunjung yang ke sini adalah mereka yang kebetulan melintas. Bukan sengaja berkunjung karena tertarik pada kisah sejarahnya.
Saat kami tiba, saya melihat hanya ada dua orang di kantor penjaga. Sepi sekali. Yang menyedihkan, monumen ini seperti kurang terawat. Rumput-rumput liar tampak bebas tumbuh baik di halaman maupun di sela-sela bangunan monumen. Bahkan di halaman belakang, dimana tertulis nama-nama anggota Pasukan M, rumput tampak berlomba-lomba untuk tumbuh lebih tinggi dari yang lain. Lagi-lagi hati saya gerimis.
Ini bangunan bersejarah. Didalamnya terpatri kisah heroik para pahlawan. Dan tak banyak yang mengetahui keberadaannya. Jujur, bahkan sayapun baru menyadari adanya monumen ini sekarang. Padahal ini sudah kali kedua kami mudik via darat dari Bogor ke Bali. Artinya, ini sudah keempat kalinya kami melintas di depan monumen unik ini. Saya juga tak banyak membaca kisahnya dalam buku-buku sejarah semasa sekolah dulu. Aih, saya langsung merasa kurang banyak membaca.
Harapan saya, kedepannya kisah-kisah heroik seperti ini lebih banyak diceritakan pada generasi muda. Keberadaan monumen bersejarah seperti ini lebih banyak lagi disosialisasikan. Saya sering banget bertemu rombongan siswa sekolah-sekolah dari Pulau Jawa yang studi tour ke Bali atau sebaliknya rombongan siswa dari Bali ke Pulau Jawa. Artinya mereka pasti melintas di depan monumen ini. Tak ada salahnya khan mampir sejenak sekaligus belajar sejarah bangsa. Setuju?
Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya.
Yuk, kunjungi tempat-tempat bersejarah Indonesia
Salam
Arni
Ini ceritanya nggak sengaja kesini? Sampai muter balik.. Hehehe.
Daaan..nggak nyesel setelah muter balik.. Tempatnya sarat ilmu dan bagus pula..
Iyaaaaaa
Ini karena kebetulan lewat dan tertarik lihat bangunannya yang unik
Beneran deh, gak nyesel mampir
Jadi monumen didirikan setelah kapten Markadi wafat ya? Awal 2000-an sempat beberapa kali lewat sana, cuma tahu ada monyetnya (lihat dari jalan, tidak berhenti). BTW, suka sekali ini: “pelangi indah karena banyak warna”. 🙂
Untuk mengenang jasa Kapten Murkadi dan pasukannya yang pemberani
TNBB bikin aku terkenang Pulau Menjangan. Dulu ke sana menyeberang dari Watu Dodol, nggak lewat pelabuhan Gilimanuk. Jadi nggak mengetahui keberadaan monumen yang ternyata bersejarah. Suka banget sama foto mbak Arni yang lagi sendirian di gerbang itu. Pakai kain pula, jadi makin cantik.
Aku malah belum ke Menjangan huhuhu
Pengen banget ke sana suatu hari nanti
Kebanyakan emang gitu, bangunan bersejarah sudah tidak terawat dan luput dari pandangan para wisatawan. Jangankan wisatawan, bahkan kadang warga lokal pun ada yang mungkin nggak tahu.
Jadi tanggungjawab kita sebagai generasi millenials untuk sharing hal ini ke publik.
Bener Wan
Sedih pas lihat bangunan bersejarah ini sepi dan seperti kurang terawat
Aku baru tahu ada monumen ini mbak. Kukira wisata Bali enggak ada museum atau monumen nya. Nama2 pahlawannya sampai tertulis gitu ya
Di Bali banyak museum dan monumen lho mbak. Selain yang ini ada juga di jantung kota Denpasar
Aaih monumennya kece banget, udah itu daftar nama anggota pasukan M ditulis lengkap
Iya. Jadi kita tahu nama-nama pasukannya
Sekaligus penghargaan atas perjuangan mereka
Padahal monumennya indah sekali. Bentuknya unik, catnya juga masih kinclong. Tapi sekitarnya penuh ilalang begitu. Sayang yaaa. Btw saya baru tahu kalau 4 April 46 ada momentum pertempuran laut pertama yang berhasil memukul mundur pasukan Belanda loh
Iya. Catnya baguuuus
Makanya menarik banget terlihat dari jalanan
Beneran gak nyesel deh mampir
Beruntung bisa baca artikel ini wawasan saya bertambah meski tidak mungkin saya menginjakkan kaki di lokasinya hehehe…
Selintas seperti bangunan tempat ibadah padahal kalau di Bali arsitektur nya memang mayoritas begitu ya.
Saya juga beruntung mbak menyempatkan diri untuk putar balik dan mampir
Kalau gak begitu say gak bakal tau sejatah kerennya pasukan M
Makasi udah mampir ya mbak
sayang kurang terawat ya mbk, padahal aset wisata budaya yang bagus banget.
Iya. Mungkin karena keterbatasan sumber daya kali ya. Penjaganya hanya 2 orang
Asyiknya jadi blogger gini ya, menuliskan hal2 yg belum tentu terdeteksi sama orang lain. Senang banget membaca tulisan Mbak Arni soal Monumen Operasi Lintas Laut Jawa Bali. Berasa lagi ada di lokasi dan merasakan sejarah di masa lalu.
Ini salah satu sumbangsih kita sebagai blogger khan. Selagi bisa mengabarkan yang baik, ayo semangaaaàt
Makasi mbak udah mampir
Aku pernah sekali ke Bali barat snorkeling di Menjangan barat tapi gak ngeh ada bangunan ini deh kak. Ternyata ada Monumen yang bersejarah juga yaa kak. kak Arni kalau cerita sejarah emang lengkap deh
Ayo ayo klo ke Bali Barat lagi sekalian main-main ke bangunan bersejarahnya
Dari kisah sejarah seperti ini dan yang lainnya, memang banyak hikmah yang dapat dipetik, terutama persatuan dan kesatuan. Semoga selalu terjaga, karena kita bersaudara
Betul mbak
Sedihnya dulu para pahlawan berjuang mati-matian untuk kemerdekaan dan persatuan Indonesia, malah sekarang kita kurang menghargai dan mudah dipecah belah hiks
Semoga psrsatuan Indonesia tetap terjaga ya
Wah padahal kalau dari tanggalnya, itu kan pas Indonesia udah merdeka ya mbak? Kok masih diserang aja ya 🙁
Kapten Markadi pas meninggal usianya masih cukup muda ya?
Aku baru tau ada monumen ini lho TFS
Khan memang masih ada pendudukan penjajah di beberapa wilayah. Semacam gak rela gitu Indonesia merdeka
Wah nambah lagi nih daftar list untuk destinasi liburan keluarga, apalagi bisa sekalian mengenalkan kepada anakku tentang Monumen Operasi Lintas Laut.
Ayo mbak
Kalau pas liburan ke Bali, sempatkan main ke Bali Barat
Aku baru tau deh mba beneran, ini udah kali kedua aku mengunjungi Bali dan ini monumen bagus banget view nya. Semoga saat studi tour sekolah, sudah mulai aware dengan lokasi yang tidak hanya “itu-itu saja” dan mencari oleh-oleh, tentunya mengunjungi monumen ini. Makasi mba, membuka sekali wawasan sejarah aku yg minim ini
Nah betul. Rombongan studi tour sekolah kham biasanya pada naik bis ya dari Jawa ke Bali, pasti melewati monumen ink deh dalam perjalanannya
Tempatnya bagus, nilai Sejarahnya cukup tinggi. Sayang agak terabaikan karena banyak yang gak menyadari keberadaannya ya. Terima kasih sudah mengabadikannya di tulisan ini ya Mba 🙂
Iya mbak. Sedih sebenarnya pas lihat kondisinya yang kurang terawat
Semoga ke depannya makin dapat perhatian
Mbak aku puluhan kali lewat situ berarti ya…tapi enggak pernah mampir.
Aku kan naik bis kalau pulang ke Jawa soalnya #alasan
Tahu lokasinya dan memang tertutup semak gitu jadi kayak enggak menarik saja.
Sayang yaaa..padahal ada kisah perjuangan pahlawan di balik pendiriannya.
Aku aja baru ngehnya setelah berkali-kali lewat
Saya sekali karena seperti kurang terawat
Padahal menyimpan banyak kisah sejarah
Menarik nih mbak, wisata sekalian belajar tentang sejarah. Edukatif banget! Dan itu nama-nama anggota pasukan M sampai tertulis lengkap yaa
Iya mbak. Aku juga gak nyangka ternyata tempatnya menarik
Saya baru tau tentang kisah perjuangan Pasukan M. Memang iya, sih, kalau hanya mengandalkan buku pelajaran sejarah di sekolah kayaknya kurang banget. Masih banyak pahlawan Indonesia yang belum diceritakan
Nah, bagian ini sepertinya gak masuk deh dalam pelajaran sejarah di sekolah. Seingatku dulu yang masuk hanya kisah=kisah besar aja
Tempat bersejarah ya mba, kalau anak dibawa ke tempat bersejarah bisa sekalian belajar banyak hal ya.
Betul Teh. Anakku juga antusias sekali pas diajak ke sini
Tempatnya bagus banget, ada nilai sejarahnya pula, gak rugi deh puter balik buat ketempat ini yah mbak.
Iyaaa. Nyesel juga sih baru tau sekarang. Padah udah bolak balik lewat sin
Enaknya pulang kampung dengan transportasi darat bisa lebih mengeksplor tempat wisata ya Mba ^^
Kalau nggak baca postingan Mbak Arni ini, paling saya juga nggak tahu ada Kapten Murkadi, salah satu pejuang yang layak disandingkan dengan pahlawan lainnya. Kisah-kisah di daerah seperti ini yang jarang diketahui khalayak. Apalagi kalau peninggalannya pun tidak terlalu booming sebagai salah satu jujugan wisata. Pelajaran buatku, lain kali kalau wisata musti lebih jeli melihat lokasi sekitar. Misalnya saja seperti monumen ini. Untung Kak Prema tanya ya, Mbak?