Bangunan bulat dari bata merah itu tampak megah di ujung pulau. Dari jauh malah terlihat seperti cerobong asap raksasa. Pak Ary (arkeolog) dan mas Yoki (NDI) mulai bercerita tentang Benteng Martello, demikian nama bangunan itu.
Benteng Martello terdapat di Pulau Kelor, salah satu dari empat pulau yang termasuk dalam Gugusan Pulau Onrust di Kepulauan Seribu. Pulau-pulau ini telah ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya Nasional Taman Arkeologi Onrust dan dikelola Unit Pengelola Museum Kebaharian Jakarta. Empat pulau tersebut adalah Pulau Onrust, Pulau Bidadari, Pulau Cipir dan Pulau Kelor. Letaknya berdekatan sehingga disebut sebagai gugusan.
Kami berangkat dari Dermaga Muara Kamal setelah sebelumnya berkumpul di Kota Tua. Err.. sempat agak bête sih di awal karena jadwal yang ngaret parah. Sementara kami jam 5.30 sudah naik kereta dari Bogor, bangunin Prema subuh-subuh agar tak telat tiba di Jakarta karena menurut info awal ngumpul jam 7 pagi dan 7.30 sudah perjalanan ke Muara Kamal.
Dan apa yang terjadi kawan?
Kami tiba di depan Museum Fatahillah pukul 7.15 WIB. Itupun saat kereta masih dalam perjalanan dan agak tersendat karena antrian masuk stasiun, saya sudah meminta maaf pada mas Yoki untuk keterlambatan kami. Tapi rupanya, saat kami tiba, masih banyak peserta lain yang belum datang. And you know what? Kami akhirnya baru berangkat pukul 10 dooooong… #nariknafaspanjang
Baca juga : Berkencan dengan Bintang-bintang di Camping Ground Curug Seribu
Untungnya di Kota Tua itu ada beberapa kegiatan yang lumayan asyik buat mengisi waktu. Mulai dari bersepeda ria hingga memberi makan merpati. Ada untungnya juga datang pagi-pagi, kami bisa bertemu dengan kawanan merpati yang turun dari sarang. Agak siangan dikit, merpati ini sudah kembali ke kandang. Cukup membeli makanannya pada seorang kakek yang duduk di salah satu pojok, 5000 perak saja dan kita bisa bermain-main manja dengan para merpati yang terbang ceria ini. Lumayanlah ngilangin rasa bosan menunggu.
Oke. Back to topic
Trip kali ini kami akan mengunjungi 3 pulau (Onrust, Kelor, Cipir) yang akan saya bahas nanti satu persatu. Karena Kelor yang terjauh, maka pelayaran pertama berlabuh di Kelor.
Nama Kelor berasal dari bahasa Belanda “Kerkhof Eiland” yang artinya Pulau Pemakaman/kuburan. Memang pada masa lampau, Kelor dijadikan tempat penguburan, baik jenasah para pemberontak, orang sakit maupun jenasah para tentara Belanda sendiri. Bahkan ada cerita, di pulau ini dulunya jadi kuburan massal orang-orang yang terkena penyakit kusta dan jenis penyakit menular lainnya.
Berkenalan dengan Benteng Martello
Saat berlabuh, pemandangan pertama adalah sisa-sisa kejayaan berupa Benteng Martello. Berbentuk bundar, menyerupai kepala martil, karenanya disebut Martello. Dengan tinggi bangunan 9 meter, diameter luar benteng 14 meter dan tebal dinding 2,5 meter. Bahan utama dinding adalah bata merah. Uniknya, sebagian bata merah yang digunakan untuk menyusun benteng ini didatangkan khusus dari Belanda lho. Selain sebagai pemberat kapal dalam pelayaran, bata merah memang didatangkan untuk bahan bangunan oleh Belanda.
Saya menyempatkan membaca papan informasi di depan benteng. Disebutkan bahwa benteng ini dibangun pada tahun 1850 sebagai sistem pertahanan laut kota Batavia. Di bagian atasnya yang berbentuk bundar, pada masanya digunakan sebagai dudukan meriam, lengkap dengan relnya sehingga meriam tersebut bisa berputar 360 derajat, untuk menembaki musuh-musuh Batavia. Jadi, dahulu antara tahun 1840 – 1880, Belanda mengembangkan system pertahanan Nieuwe Hollandse Waterlinie yang salah satunya mendirikan Benteng Martello sebagai pertahanan sekaligus menara pengintai.
Tepat di tengah benteng, terdapat sebuah tiang pondasi segiempat yang juga terbuat dari bata merah. Sepertinya tiang ini dulu menjulang tinggi. Apa mungkin ini dulunya adalah dudukan meriam ya?
Ada tangga melingkar di salah satu sisi benteng, menuju sebuah ruang tersembunyi yang sayangnya tak bisa kami masuki. Takut bangunannya ambruk karena memang sudah terlalu tua. Di bawah tangga, ada ruang kecil yang bisa dijadikan tempat persembunyian.
Sekeliling benteng terdapat lubang-lubang besar serupa jendela. Ada delapan buah jendela dengan ukuran sekitar 2 x 2 meter. Letaknya cukup tinggi dari permukaan tanah, saya yang tingginya semampai ini tak sanggup melongokkan kepala via jendela huhuhu. Ada juga lubang-lubang kecil diantara jendela. Bisa jadi dulu adalah tempat mengintai musuh atau menembak keluar.
Sebenarnya Benteng Martello dulunya juga ada di Onrust dan bidadari. Namun, hanya di Kelor saja benteng ini masih berdiri tegak. Di pulau-pulau lainnya sudah rata dengan tanah bahkan tak ada jejaknya lagi. Karena pulaunya berkali-kali berganti fungsi dan bangunan.
Saya berdecak kagum menatap tiap detil bangunan ini. Usia tua yang tergerus waktu tak membuat pesonanya pudar. Membayangkan pada satu masa, benteng ini mempunyai fungsi yang sangat penting sebagai pertahanan Batavia. Bahwa pada masanya, ratusan tahun lalu, teknologi sudah cukup maju, setiap perencanaan dibuat dengan detil dan rapi. Terlepas dari fakta bahwa Belanda adalah penjajah, tapi mereka meninggalkan banyak sekali bangunan bersejarah yang masih bermanfaat hingga saat ini. Gedung-gedung museum, perkantoran bahkan rel kereta api adalah beberapa contoh kecilnya.
Saat ke sini, taatilah beberapa larangannya antara lain dilarang naik ke atas benteng, dilarang mencoret-coret tembok, memaku, mengebor, mendirikan tenda (camping) ataupun menyalakan api unggun di dalam dan sekitar benteng.
Keliling Pulau Kelor, Yuk!
Saya keluar dari benteng. Memandang sekeliling berupa lautan di pantai utara Jakarta, tepat berhadapan dengan Teluk Jakarta. Di kejauhan, kelihatan lho gedung-gedung pencakar langit kota Jakarta. Tampak abu-abu, tertutup kabut polusi yang melingkupi langit Jakarta
Di tepian pulau dikelilingi oleh batuan pemecah ombak. Sepertinya ini dipasang untuk mengurangi abrasi pantai. For your information, dahulu Pulau Kelor ini memiliki luas sekitar 1,5 ha di tahun 1980-an. Dan di tahun 2011 sebagaimana diungkap dalam data UPT Taman Arkeologi Onrust, luasnya kurang dari 1 ha. Waaa… kalau begini terus, bisa jadi Pulau Kelor benar-benar menghilang dari Laut Jakarta. Jangan sampai terjadi ya, sedih akutuu bayanginnya. Natgeo Indonesia bahkan memprediksi bahwa 45 tahun sejak 2011, Pulau Kelor akan tenggelam berikut Benteng Martellonya. Hiks… saya udah patah hati duluan nih
Tapi memang dari kejauhan, pulau ini terlihat kecil banget. Saat menjejakkan kaki dipasirnya yang putih, terasa banget pulau ini bisa dijelajahi hanya dalam waktu singkat, itu udah keliling dari ujung ke ujung deh. Pulau ini tak berpenghuni, hanya ada beberapa petugas yang berjaga di siang hari. Saat ke sini, bawalah bekal makanan dan minuman sendiri ya, karena tak ada pedagang di pulau ini. Jangan lupa, sampahnya bawa kembali. Dilarang keras membuat sampah ke pantai.
Beberapa pohon mengkudu tampak tumbuh subur di pulau ini. Sepertinya mengkudu memang jenis tanaman yang tahan banting ya. Bisa tumbuh di berbagai cuaca dan tekstur tanah, bahkan yang didominasi pasir seperti di Pulau kelor. Kami bahkan semat bercanda, “wah, kalau begini lebih cocok jadi pulau mengkudu deh daripada pulau kelor,”
Matahari bersinar tak kenal ampun sejak awal kami menjejak pulau mini ini. Ditambah hembusan angin laut yang mengantarkan hawa panas. Fyuuh… gak terbayang para tentara VOC yang dulu bertugas di sini deh. Puanas pisan euy. Perjalanan kami masih jauh, ada dua pulau lagi yang akan kami jelajahi setelah ini, Onrust dan Cipir. Semuanya masih memiliki keterkaitan kisah dengan Kelor.
So, jangan kemana-mana. Ceritanya akan segera saya lanjutkan di artikel berikutnya. Mari jelajahi bersama jejak sejarah bangsa kita tercinta agar kita makin mencintai negeri ini dan menghargai jasa para pahlawan yang dulu berjuang mati-matian membela kemerdekaan Indonesia.
Kita punya semua. Kekayaan alam. Pemandangan indah. Lautan luas dengan sumber daya melimpah. Ragam budaya. Mari jaga bersama dalam persatuan dan kesatuan.
Sampai ketemu di Pulau Onrust dan Cipir
Salam
Arni
Bangunannya unik dan cantik sekali. aspek sejarahnya juga menarik untuk diulik. Asyik juga Pulau dan Benteng ini
Iya mbak. Aku juga gak nyangka di Pulau kecil ini ada benteng kece kayak gini
Sayang sekali kalau pulau ini harus hilang nantinya ya. Pulau kecil, bagus, jadi lahan budidaya juga, mudah mudah bisa dijaga tetap lestari deh
Mudah-mudahan jangan sampai hilang ya
Meskipun ya memang harus diakui sih, permukaannya terus berkurang karena air laut yang terus meluas akibat pemanasan global
Ho ternyata nama kelor itu berasal dari bahasa Belanda ya? Saya pikir nama daun hehe. Dan sy baru tau kalo pulau Kelor dulunya bekas pemakaman. Tfs mba Arni 😘
Haha saya malah mikirnya karena banyak pohon kelor
Dan saya salah
Makasi sudah berkunjung mbak
Wah kak terima kasih infonya yah. Ini salah satu list destinasi yang pengen di kunjungi cuma sampek sekarang belum kesampean hehe.
Btw, itu ngaret lama amat kak? dari jadwal jam 7.30 sampek jam 10.00 baru berangkat? Duh masih jadi kebudayaan yaa kak ngaretnyaa hehe. Tapi kaka bisa ngasih makan merpati dan keliling Kota Tua naik sepeda yah hehe
Cusslah agendakan segera mas
Deket ini kok nyebrangnya. Biaya tripnya juga gak begitu gede
Huhu kalau dingat-ingat soal ngaretnya, memang agak nyebelin hahaha
I feel you, mbak. Aku juga orang yang sesuai waktu. Kalo dibilang acaranya jam 7, aku akan datang jam 7 kurang. Orang yang seenaknya terlambat itu nyebelin banget, nggak menghargai waktu dan nggak menghargai sesama. Ini ceritanya tur apa gimana, mbak? Nggak ada ketegasan dari penyelenggara gitu?
Jadi bisa dibilang berkunjung ke Pulau Kelor ini adalah berwisata ke kuburan ya, hehe 😀
Apalagi kalo dijajah Inggris, lebih “mendidik” lagi penjajahannya. Lihat aja negara-negara Asia yang dijajah Inggris.
Iyes. Ini wisata kuburan. Tiga pulau yang kami kunjungi semua ada kaitannya dengan kematian-kematian di masa lalu
Btw soal ngaret itu, sekarang sih klo diingat-ingat masih tersisa sebelnya dikit. Tapi ya sudahlah, saya jadi punya bahan cerita. Ini penyelenggara tripnya juga baca kok hahaha
Mudah-mudahan kedepannya gak gini lagi
Ahaha, kesal ya sama orang yang nggak on time? Kebangetan sih kalau berangkatnya jam 10.
Waktu itu Komunitas Historia pernah mengadakan acara menginap di Pulau Onrust. Seru kayaknya tiduran di sana bareng mereka yang sudah tidur duluan dan nggak bangun-bangun lagi 🙂
Keseeeel. And you know, ini event kedua yang kami ikuti dari komunitas yang sama dan dua2nya ngaret dong
Kenapa gak kapok? Err… kenapa ya. Ku juga tak mengerti haha
Wah menginap di Onrust?
Aku kayaknya masih mikir-mikir deh klo ada yang ngajakin
Kebayang suramnya pulau ini di masa lampau karena jadi tempat penguburan massal. Tetapi, kalau mengingat luas pulau ini semakin menyusut rasanya sedih juga. Kisah sejarah jadi bisa ikut tenggelam
Iya mbak. Sedih aja ngebayangin kita akan kehilangan satu aset sejarah ya
Waahh.. Asik wisata sejarah gini nih.. Iyaa, duh jangan sampai tenggelam donk ya pulau ini.. Semoga kondisi ke depan makin membaik yaa, orang2 makin sadar lingkungan 🙏🏻🙏🏻🙏🏻
Semoga umurnya lebih panjang ya mbak
Sayang sekali kalau suatu hari anak cucu kita gak lagi bisa mempelajari sejarah di pualu ini
Waduh…bakalan lenyap karena abrasi yah. Sayang sekali…
Hmm…wisata ke tempat yang ratusan lalu begitu, ada penampakan yah? Hehe…
Haha syukurnya kami gak ketemu penampakan
Bisa ngacir kalang kabut kami jadinya
Duh aku belum kesampaian ke sini nih.. baca2 ceritanya jadi makin ingin kesini deh..
Nah segera agendakan ya mbak, takutnya keburu menghilang ditelan lautan
Aku pernah ke sini, tapi rasanya diburu-buru dan ga diceritain apa-apa. Sedih ih. Aku mau mengulang lagi trip ke Pulau Onrust ah.
Wah ulangi lagi mbak. Sayang klo gak dapat cerita lengkapnya
Ngaretnya masyaallah… Kdang org yg ontwm gak dihargai emg ada bnernya.
Jdi kepo gimana suasana di sana pas malam ya
Begitulaaah. Kudu banyak sabar ngadepin yang ngaret haha
Sepertinya kalau malam disini sepi banget deh
Mbak Arni, kalau mau ke Pulau Kelor ini, saya kudu reservasi paket tournya di mana?
Lalu perjalanan dari Muara Kamal menuju Pulau Kelor itu kira-kira berapa menit?
Ada banyak penyedia paket tournya mbak
Coba deh cari-cari di IG
Kalau kami sih kebetulan ikut via NDI (Nol Derajat Indonesia)
Dari Muara Kamal ke Kelor sekitar 15 – 20 menit
Meski bete karena ngaret parah.. Alhmdulillah ya masih bisa dibikin enjoy dengan main di sekitar kota tua. Pulau Kelor keren juga..waktu ke pulau seribu aku gak ke pulau ini.. smoga ada kesempatan kesini
Iya mbak. Untungnya Kota Tua menyediakan banyak alternatif bermain
Tak lama setelah membangun benteng di Batavia, Belanda mencoba invasi ke Sumatra. Baru 1875 berhasil menguasai seluruhnya.
Btw, di Onrust ada pusat karantina haji kak. Cuma ada dua di Indonesia. Satu di Onrust satu di Sabang
Iya Kak. Cerita tentang Onrust sudah aku tulis di artikel berikutnya
Aku tuh udah lama banget kepengen ikutan paket wisata pulau2 ini. Duluuuu per orangnya 70K ga tau kalau sekarang berapa ya? Pulau Bidadari sekarang masuk di paket juga ya? Jadi dapat 4 destinasi wisata enak dong. Nah, paling ga demen sama yang ngaret2, ga menghargai waktu dan orang yang berdisiplin.
Ini kemarin kami 150 K/pax
Gak terlalu mahal sih, mengingat memang nyewa kapalnya aja lumayan khan
Aku belum pernah ni main ke Pulau Seribu, belum ada kesempatan ikut trip seru kayak begini, pengen banget..eh ternyata merpati di Kota Tua dikandangin ya kalau sore baru tahu saya mba..
Kalau pas mudik ke Bogor, sekalian main ke ulau Seribu deh mbak
Ou merpatinya bukan dikandangin,mereka aja yang pulang sendiri ke kandang. Agak siangan dikit juga udah pada ngadem tuh, takut matahari sepertinya. Gak pakai sunblock soalnya hahaha
Daku malah belum pernah ke pulau kelor kak Putu.. Pernah baca review dan lihat di tivi sebenernya mau juga ke sana cuma kadang deg degan aja, hahaha
Aman kok amaaan
Ayo sempetin sebelum pulaunya tenggelam
Aku pernah nih main ke Benteng Martello ini tapi sudah lama sekali, sekitar tahun 2008 kalau gak salah. Habis lihat ini jadi pengen nulis juga tentang beberapa pulau di Kepulauan Seribu.
Wah udah 10 tahun yang lalu
Dulu mungkin masih lebih luas dari kondisi sekarang ya Pulau kelornya
Aku tau rasanya dikaretin sama orang dan itu ngezelin -__-‘
Btw, aku baru tau loh kalo di Pulau Kelor ada benteng ini, jadi pengen mampir pas ke Jakarta bulan depan.
Nah ayo main mbak
Mainnya ke Toraja melulu sih hehehe
Mbak, ini trip yang berulang nggak sih? Kok aku jadi tertarik buat ikutan ya. Kayaknya seru banget berwisata sambil menggali sejarah yang terkandung di dalamnya.
Mungkin berulang sih kak
Kebetulan ini aku ikutan komunitas Nol Derajat Indonesia (NDI)
Mereka bikin macam-macam event sih
Benar. Indonesia ini teramat kaya. Kita punya semua. Laut darat dan udara semuanya cantik. Pulau Kelor yang saya lihat ketika mau ke Pulau Tidung ternyata jauh lebih indah ya…
Aku malah belum pernah ke Pulau Tidung
Dari dulu belum kesampaian huhuhu
Aku belum kesampean nih main ke 3 pulau ini, baca pengalaman yg pernah kesana aku iri, aku iri.
Aku tipe orang yang suka dgn bangunan2 peninggalan sejarah, rasanya seperti kembali pada beberapa puluh tahun silam bahkan berabad silam, paslihat benteng martello ini, kayak kembali ke masa batavia berkuasa, meskipun sejarah pahit bagi bangsa indonesia, tp kita berusaha berdamai dgn sejarah tsb.
Dan ketika berhasil berdamai
Kita akan mendapatkan banyak pelajaran dari sana ya
apa ada usaha dari pemda setempat agar abrasi berkurang di sekeliling pulau Kelor?
Ya ituuu ada patok-patok di sekeliling pulau yang berfungsi sebagai pemecah ombak. Tapi ya gimana dong, es makin mencair dimana-mana karena pemanasan global, satu-satunya cara ya kurangi efek rumah kaca biar bumi gak makin panas
Jadi lebih banyak pohon mengkudu daripda pohon kelor di Pulau Kelor? 🙂
Btw, aku ikut sedih dengan luasan yang terus berkurang, lama-lama bisa hilang dan aku belum ke sana, duh!
Kebayang indaahnya pulau mungil dengan sisa-sisa kejayaan masa lalunya…diantaranya Benteng MArtello yang memesona!Wah!
Haha ya khan kelor itu bukan merujuk ke pohon kelor mbak
Itu karena urusan lidah dan pelafalan oran Indonesia aja
Seru banget nih berwisata ke Pulau Kelor. Banyak sejarah yang bisa didapatkan di sana. Pengen deh rasanya setelah semua wabah ini selesai jalan-jalan ke Pulau Kelor.
Setelah pandemi ini berakhir langsung cuss menuju Kelor deh
Buruan ke sana seblum pulaunya menghilang
Saya suka pantai
Pulau seribu ni target trip saya sebenarnya
Semoga bisa kesampian suatu saat nanti
Makasih infonya, jd serasa ksana walo via tulisan hehe
Semoga nanti bisa main ke sini ya
Saya juga pecinta pantai, masih banyak pulau-pulau di kepulauan Seribu yang menarik untuk dijelajahi
Ah… jadi kangen ngebolang deh
Saya sudah pernah ke Fatahillah sering banget dari kecil karena tinggal daerah sana dulu. Tapi saya belum pernah ke Pulau Kelor ini, menarik banget ya, kapan-kapan harus dicoba. Makasih artikelnya.
Terimakasih sudah berkunjung ke sini mbak
Semoga tulisan sederhana ini memberi manfaat
Aku pernah kesini tapi belum ku tulis hahaha ,jadi pengen nulis kisahku ke sini dehhh, memang bangunannya unik ya, kmrn aku keknya ga diceritain oleh guidenya dehh apa aku yg cuek ya ..
Haha ayo tulis mbak
Pasti kesan setiap orang berbeda saat berkunjung ke suatu tempat
Ternyata tempat yang asyik nih untuk napaktilas sejarah. Pastinya akan mendapatkan begitu banyak ilmu sejarah dari jalan-jalan kali ini yah mbak.
Asyik banget mas
Saya juga gak nyangka bakal dapat pengalaman menarik di sini
Senengnya baca postingan lama kaya gini yaa… jd auto-pengen juga berkenala ke ujung dunia (halah) hihihi… mantul deh jelong2nya ke Benteng Martellp Pulau Kelor. Jadi nambah 1 lg info tentang Kepulauan Seribu. Tfs ya
Terimakasih sudah membaca tulisan sederhana ini mbak . Semoga nanti bisa ke sini ya sebelum pulaunya menghilang
Tfs ya Mba Arni, jadi nambah lagi nih info saya mengenai Kepulauan Seribu, termyata selain Pulau Pramuka, dan sederet pulau lainnya, ada Pulau Kelor ya, selama ini taunya daun kelor aja hehe.
Aku malah belum pernah ke Pulau Pramuka. Masih banyak pulau-pulau di Kepulauan Seribu yang ingin aku kunjungi
belum pernah ke sini. baca tulisan ini lagsung pengen mbolang. sayang sering gak punya waktu banyak untuk libur
Ayo ngebolang mas
Kalau ke Pulau Kelor doang mah pulang hari juga bisa
Deket banget kok
Indonesia menyimpan banyak keindahan. Baru tau di mana Pulau Kelor. Nama yang unik. Kapan2 perlu ke sana.
Saya pernah ke benteng Martello…keren ya kak bentengnya besar dan megah..kebayang jmn dulu mereka bikinnya pake apa ya? Secara ini ada di pulau terpencil..Emang bnyk sisa sejarah di kepulauan seribu ini
Iya betul
Aku tuh ngebayangin di masa lalu mereka itu udah punya teknologi canggih lho, bisa ngebangun benteng kayak gini
wah aku jadi ingat pernah ke sana pas baru lulus kuliah tahun 2012 mbak sama temen2, tapi jaman itu blm sering aku ber medsos apa blog, jd lupa2 inget hihi. tapi inget sama spot2 benteng sama tiang2 pemecah ombak ini
Subhanallah… Kapan aku bisa main ke situ. Cantik banget.
Saya ingat istilah dunia tak selebar daun kelor. Nah,ini pulau kelor menarik juga untuk dikunjungi yah. Benteng Martello ini penuh cerita sejarah juga pastinya Di ruang tersembunyi yang gak boleh dimasuki itu biasanya ada sesuatu mistis atau larangan tersendiri yah.
Ini mengingatkan aku sama petualangan lima sekawan, tempatnya juga Instagramable banget
Mbak biaya trip 3 pulau berapa? Ini khusus hari minggu ya? Pulang sampai jkt jam berapa? Penasaran pengen kesana juga soalnya indah banget tripnya
Saya sangat ingin ke Kepulauan Seribu, terutama ke Onrust ini. Pernah baca juga tentang benteng Martello. Membaca ini serasa flashback
Di Indonesia banyak banget ya mbak, pulau kecil dengan kekhasan masing-masing. pulau kelor, kalau toh nanti mungkin hilang, akan tercatat sebagai destinasi wisata keren dari blog ini
Seru ya lihatnya. Kenapa dulu saya nggak pernah ke situ ya, baru tahu sih dari artikel ini. Padahal lama juga mukim di Jakarta.
Pulau seribu ini kok ya bagus-bagus sih. Aku belum pernah mampir, padahal ajakan kesana udah ada 2 kali.
Pin-pin pemecah ombak ini spot yang instagramable banget ni mba
Bentengnya dibiarkan alami ya..sampai mau rusak.
Itu namanya pulau kelor ya. Dijawa ada tanaman kelor. Apa di pulau itu banyak kelor?
Miris sekali ya Mbak, dari 1,5 ha tinggal kurang dari 1 ha luasnya. Memang volume dan ketinggian permukaan air laut terus naik tiap tahun. Pulau-pulau kecil tergerus dan lama kelamaan tenggelam. Akhirnya kita hanya bisa mengetahuinya dari sejarah
dulu saya hampir pergi ke sana namun sayangnya cancel sama teman, ga jadi deh dans ampai sekarang belum berkunjung ke tempat ini