“Besok kita ke mana?” tanya Cah Bagus saat kami sejak bersantai menikmati dinginnya malam di lereng Gunung Lawu. Menyusuri kebun teh yang terhampar di sepanjang jalan Dusun Jlono, Kemuning.
“Bagaimana kalau kita ke Sragen saja. Ke Museum Sangiran. Ayah udah cek maps, perjalanan sekitar 1 jam dari sini. Gak terlalu jauh kok,” Usul Ayah.
“Mau… mauuuu….,” Kami langsung setuju
Mumpung sedang liburan di Karanganyar, masih ada waktu sehari sebelum kembali ke Jakarta. Meski berangkat tiga keluarga dari Bogor tapi sepertinya kali ini kami akan ke Sragen sekeluarga saja. Sepulang dari Candi Cetho dan Sukuh tempo hari, keluarga Pak Agus Widodo melanjutkan perjalanan ke Blitar. Sedangkan keluarga Pak Paryanto, berencana bertandang ke rumah keluarganya di Tawangmangu.
Usai menyantap sarapan lezat dan segar masakan Mbah, kami berempat (tambahan kak Putu Rahyuni, anak teman, yang memang ikut kami sejak dari Bogor) berangkat menuju Sragen. Berbekal petunjuk arah dari google maps. Terimakasih kepada teknologi yang begitu memudahkan. Makin mendekat ke arah Sragen, rasanya alam makin gersang. Entah karena kemarau atau apa, tapi sungai-sungai tampak mengering, tanah juga retak-retak. Bahkan rumputpun terlihat kuning. Jauh sekali dengan suasana di Jlono yang subur dengan air berlimpah yang tak pernah berhenti mengalir.
Baca juga : Pesan Toleransi dari Jlono
Ada banyak situs-situs bersejarah yang kami lewati sepanjang jalan, terlihat dari papan petunjuk yang terpasang di beberapa titik. Tak heran sih, dari beberapa literatur yang pernah saya baca, Sangiran ini memang termasuk salah satu pusat peradaban dunia pada masanya. Menyimpan begitu banyak rahasia masa lalu tentang evolusi manusia, hewan dan tumbuhan dari zaman purba hingga menjadi seperti sekarang. Menarik, karena Sangiran ada di Indonesia. Saya makin tak sabar untuk sampai ke sana.
Di luar dugaan, saat kami tiba ternyata Sangiran sangat ramai. Pengunjungnya membludak. Jujur saja saya tidak menyangka, karena beberapa kali saya berkunjung ke museum-museum di Jakarta dan Bogor, selalu saja sepi pengunjung. Area parkir juga penuh, kami bahkan harus melipir agak jauh untuk bisa parkir. Bisa jadi karena mengisi masa libur lebaran ya. Banyak yang memilih jalan-jalan keluarga mengunjungi situs nenek moyang kita. Apapun alasannya, tapi saya cukup senang melihat minat masyarakat yang cukup tinggi pada museum.
Setelah membeli tiket seharga Rp. 8000,- kami memasuki gerbang Museum. Ada patung besar manusia purba di halaman depan. Juga ada jembatan panjang dengan hiasan berbentuk gading-gading gajah di kanan kirinya. Di Sangiran ini memang ditemukan fosil gajah purba yang berukuran raksasa. Super besar. Gak bisa saya bayangkan kalau gajah raksasa itu masih ada sekarang. Yang unik, kini tak ada gajah di Sangiran. Gajah malah banyak ditemukan di Lampung. Mungkin gajah-gajah ini bermigrasi ya.
Sekilas Mengenai Museum Sangiran
Museum Purbakala Sangiran terletak kawasan kubah Sangiran, Sragen, Jawa Tengah. Sebenarnya museum ini terdiri dari empat klaster yaitu Krikilan, Dayu, Ngebung dan Bukuran yang lokasinya tak terlalu jauh satu sama lainnya. Yang kami kunjungi saat itu adalah klaster Krikilan. Selain itu ada juga satu museum pendukung yang menjadi pusat penelitian yaitu Museum pendukung Manyarejo.
Situs Sangiran memiliki peran penting untuk perkembangan berbagai bidang ilmu pengetahuan terutama untuk penelitian di bidang antropologi, arkeologi, biologi, paleoantropologi, geologi dan tentu saja pariwisata. Di Sangiran, tersaji data dan gambaran kehidupan manusia masa lampau yang disebut-sebut terluas dan terlengkap yang mencapai 56 km2 yang meliputi tiga kecamatan di Kabupaten Sragen yaitu Kecamatan Gemolong, Kalijambe dan Plupuh serta satu kecamatan di Karanganyar yatu Gondangrejo.
Situs Sangiran ditetapkan sebagai cagar budaya oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1977, kemudian mendapat perhatian UNESCO dan ditetapkan sebagai situs warisan budaya dunia pada tahun 1996. Situs Sangiran tercatat sebagai situs penting untuk mempelajari fosil manusia, setara dengan Situs Zhoukoudian di China, Situs Danau Willandra di Australia, Situs Olduvai Gorge di Tanzania dan Situs Sterkfontein di Afrika Selatan.
Penelitian terhadap Situs Sangiran sudah berlangsung sejak lama, bahkan sejak zaman penjajahan Belanda. Adalah Eugene Dubois, seorang ahli paleoanthropologist yang pada tahun 1883 ditugaskan untuk memimpin penggalian sebagai awal penelitian manusia purba. Awal penemuan fosil di Trinil. Kemudian pada 1934, Gustav Heinrich Ralph Von Koenigswald mulai menggali di daerah Sangiran dan menemukan jejak nenek moyang manusia yang disebut Pithecanthropus Erectus yang kemudian dikenal sebagai Java Man atau Manusia Jawa. Penemuan ini kemudian diklasifikasikan dalam kelompok Homo Erectus. Setelah itu, berturut-turut ditemukan berbagai fosil lainnya termasuk fosil hewan-hewan buruan manusia purba.
Museum Sangiran Klaster Krikilan dikenal juga sebagai The Homeland of Java Man yang memiliki 3 ruang display. Ruang pamer pertama berisi geologi Sangiran, fauna Sangiran dengan habitat dan lingkungannya, manusia purba dan budayanya, dalam hal ini pola kehidupan dan alat-alat yang digunakan dalam aktivitas keseharian.
Ruang pamer kedua berada di gedung yang lebih luas daripada yang pertama dikenal sebagai 12 langkah kemanusiaan yang berisi pembentukan alam semesta dan mahkluk hidup, teori evolusi dan persebaran manusia, abad-abad penemuan, sejarah kepulauan nusantara, lingkungan alam Sangiran, kehidupan kala plestosan bawah, kehidupan kala plestosan tengah, kehidupan kala plestosan atas, kehidupan awal holosen dan proses-proses penelitian. Selanjutnya ruang pamer ketiga berisi masa keemasan Sangiran.
Koleksi Museum Sangiran
Berdasarkan hasil penelitian, di masa purba kawasan Sangiran merupakan hamparan lautan. Karena adanya proses geologi dan bencana alam seperti letusan Gunung Lawu, Gunung Merapi dan Gunung Merbabu, Sangiran kemudian menjadi daratan. Dalam ruang-ruang pamer terlihat jelas lapisan-lapisan tanah Sangiran sangat berbeda dengan daratan-daratan lainnya. Saya tertegun membayangkan bagaimana proses pembentukan bentang alam ini terjadi sekaligus mempengaruhi evolusi makhluk hidup diatasnya. Bagaimana pergerakan alam menenggelamkan peradaban yang kemudian ditemukan kembali jutaan tahun kemudian.
Museum Sangiran menyimpan banyak koleksi penemuan yang berasal dari jaman-jaman awal pembentukan daratan Sangiran. Homo Erectus sebagaimana yang ditemukan Von Koenigswald dikenal sebagai pengelana dunia. Diduga melakukan perjalanan dari daratan Afrika dan bermigrasi selama masa Pleistone awal sekitar 2,0 juta tahun yang lalu, dan terus menyebar ke seluruh dunia hingga mencapai Asia Tenggara. Tampilan diorama di museum ini mengingatkan saya pada arca yang ada di Candi Cetho. Wajahnya mirip sekali. Sepertinya ini ada hubungannya.
Baca juga : Suara Alam dari Candi Cetho
Apa saja koleksi yang tersimpan di Museum Sangiran ?
Fosil manusia, antara lain Australopithecus africanus (replika), Pithecanthropus mojokertensis (Pithecanthropus robustus) (replika), Homo soloensis (replika), Homo neanderthal Eropa (replika), Homo neanderthal Asia (replika), dan Homo sapiens.
Fosil binatang bertulang belakang, antara lain Elephas namadicus (gajah), Stegodon trigonocephalus (gajah), Mastodon sp (gajah), Bubalus palaeokarabau (kerbau), Felis palaeojavanica (harimau), Sus sp (babi), Rhinoceros sondaicus (badak), Bovidae (sapi, banteng), dan Cervus sp (rusa dan domba).
Fosil binatang laut dan air tawar, antara lain Crocodillus sp (buaya), ikan dan kepiting, gigi ikan hiu, Hippopotamus sp (kuda nil), Moluska (kelas Pelecypoda dan Gastropoda), Chelonia sp (kura-kura), dan foraminifera.
Batuan, antara lain rijang, kalsedon, batu meteor, dan diatom.
Artefak batu, antara lain serpih dan bilah, serut dan gurdi, kapak persegi, bola batu dan kapak perimbas-penetak.
Jelajah Sangiran, Mengintip Jejak Nenek Moyang
Kami berkunjung ke Sangiran pada hari Jumat sehingga waktu kunjungan sempat terpotong selama kurang lebih 2 jam dimana para petugas harus menunaikan shalat Jumat. Tepat saat akan masuk ke ruang pamer kedua, pintu sudah ditutup. Kami kemudian melipir ke area belakang yang cukup teduh dengan area duduk yang cukup nyaman. Kami sempat bermain-main dengan ular yang ada di halaman ini. Tenang, ada pawangnya kok. Saat mencoba menggendong, selain bobotnya yang berat, ternyata kulit ular itu dingin lho. Saya baru tahu.
Di halaman depan museum juga berjajar warung-warung makanan yang menawarkan berbagai menu mulai dari snack hingga makanan lengkap. Kami sempat makan siang di sini, harganya tak terlalu mahal, bahkan terhitung murah jika dibandingkan dengan harga makanan di Jakarta dan Bogor. Buat kalian yang ingin membawa kenang-kenangan dari Sangiran, di sisi lain area ini juga berjajar para pedagang souvenir, mulai dari gantungan kunci hingga kaos-kaos bergambar icon Sangiran.
Kunjungan ini mengajarkan saya banyak hal. Bahwa tak ada yang abadi di dunia ini. Satu-satunya yang abadi adalah perubahan. Manusia purba yang merupakan nenek moyang manusia pada masanya sudah memeiliki berbagai alat-alat penting untuk menunjang aktivitasnya. Bisa jadi mereka bahkan sudah mengenal teknologi. Tak ada yang tahu khan. Di beberapa diorama, ditampilkan manusia yang berambut pendek, tanpa jenggot dan cambang. Klimis. Bersih. Sama seperti arca di Candi Cetho. Tampak rapi. Apakah mereka sudah mengenal pisau cukur?
Diorama-diorama menunjukkan bahwa nenek moyang kita adalah pekerja keras sekaligus pengelana unggul. Yang pasti kalau mereka saja pantang menyerah dan terus bergerak, alangkah malunya kita jika bermalas-malasan.
Mengetahui bahwa nenek moyang kita sama, sesungguhnya menggugah kesadaran bahwa kita semua bersaudara. Kulit bisa jadi beda warna, bahasa mungkin berbeda, bungkusnya beda, tampilan tak sama tapi kita tetap bisa jalan di jalur yang sama, kemanusiaan dan cinta. Bahkan mungkin kalau kita mencoba tes DNA untuk mengetahui asal-usul aliran dalam gen dan darah kita, bisa jadi saya dan kamu, yang sedang membaca artikel ini ternyata punya gen yang sama.
Saya percaya kita terus berevolusi. Sekarang kita menemukan jejak manusia purba. Bisa jadi jutaan tahun di masa depan, generasi berikutnya justru menemukan jejak kita. Setelah ini saya berharap bisa mengunjungi klaster-klaster lainnya dalam kawasan Sangiran. Ah… perjalanan, selalu menyisakan rasa penasaran sekaligus pelajaran baru.
Salam
Arni
Sumber Pustaka:
Wikipedia – Museum Fosil Sangiran
Brosur Museum Purbakala Sangiran
Buku Saku Museum Purbakala Sangiran
Website : http://sangiran.sragenkab.go.id
Aku suka banget baca tentang sejarah dan kali ini baca sejarah Sangiran ini rasanya malah pengen datang ke sana juga. Sragen ini dekat Solo kan ya? Berarti tunggu waktunya bisa pulang ke Semarang nih, trus diniatin main ke Sragen biar bisa lihat museum Sangiran juga. Makasi sudah menuliskannya dengan begitu detail ya, Mbak. Jadi tahu banyak tentang nenek moyang manusia
Nah khan bentar lagi mau touring tuh berduaan sama mas Pewe
Sempetin mampir ke Sangiran mbak
yep yeeep yang abadi hanyalah perubahan itu sendiri. Aku sih seneng aja ada manusia dan fosil di Sangiran.
Yang ku bingung hanya “benarkah kita dulu nenek moyangnya se-mirip dengan monyet itu?” dan itu jelas bertentangan dengan isi kitab-kitab suci ha ahahhahahaha
but anyway, senang sekali bisa melihat situs purbakala kayak gini ya Arni
Nah benar nggaknya aku juga gak tahu
Tapi secara ilmiah sih, para ahli sejarah dan purbakala dalam risetnya menemukan seperti ini
Jujur, jika membaca sejarah manusia purba kok masih tidak percaya jika itu nenek moyang manusia jaman sekarang ya.
Dalam ilmu agama Islam, manusia merupakan garis keturunan Nabi Adam. Tapi, apa benar keberadaan manusia Sekarang ini dari hasil revolusi manusia purba..
Wallahu alam..
Iya mas, kita tak benar-benar bisa membuktikan sejarah kok
Tinggal mau percaya yang mana aja. Kalau yang di Sangiran ini, karena ada hasil galian berupa fosil-fosilnya, aku rasa sih ini benar
Nah soal apakah mereka benar nenek moyang kita, itu lain lagi ceritanya heheehe
Dari empat klaster, saya baru pernah ke Klaster Krikilan. Pengin nyobain klaster lainnya, tapi belum sempat. Iya… museum Sangiran peminatnya banyak. Sudah beberapa tahun. Keren kan, kalau orang-orang tertarik dengan sejarah daerahnya sendiri.
Iya mbak. Aku takjub sendiri pas lihat pengunjungnya rame banget. Gak nyangka lho ternyata peminatnya banyak
Enaknya mbak. Jalan2…krn emang Indonesia gak kalah bagus dengan luar negeri sih. Cuman memang museum dimana-dimana di indonesia hrs agak modern dalam pembelian tiket dan tata letaknya
Iya mbak. Indonesia itu punya banyak tempat cantik dan bersejarah
Semoga ke depannya makin bagus pengelolaannya ya
Wah, wah, waaah, sungguh menaojubkan membaca seluruh tulisan ini. Cuma rada-rada bingung bin kepingin tau apa benar tuh ya tentang evolusi per evolusi perubahan nenek moyang kita tadinya bermuara dari keturunan hanoman a.k.a. k-e-r-a seperti kata ilmuwan Darwin itu loh.
Last but not least no wonder lah tulisan ini jadi Jawara di lomba menulis tentang Cagar Budaya.
Wah terimakasih kunjungannya bunda
Tapi tulisan cagar budaya yang menang itu, artikel sebelum ini. Tentang Candi Cetho, bun
Kak, nggak foto berpose mirip2an di depan patung2 homo erectus 😀
Kesan pertama saat belajar sejarah dan tahu ada Sangiran, yang lokasinya dekat dengan t4 tinggal saya waktu itu (Colomadu, karanganyar), membuat berfikir.. Trs kita-kita ini berarti bukan asli orang Jawa sini ya? jangan2 pendatang dari atas (china dan melayu).
Hahaha jangan-janga kita semua memang bukan penduduk asli ya mas
Ish mau pose di samping Pitecantropus erectus itu aku maluuu, nanti pada bilang mirip
pada saat baca artikel ini, aku bilang ke suami, “Pa, kalau kita pulkam ke surabaya mampir ke museum manusia purba ini yuk”
dia kaget dong, kenapa kok tiba-tiba aku tertarik sama manusia purba. aku sendiri ga tau kenapa.
Dulu waktu SMA sama sekali gak tertarik dengan sejarah manusia purba, hal2 yg sudah punah dll. Apalagi dulu mind setnya manusia pertama di bumi adalah Adam. Apakah nabi Adam rupanya seperti manusia purba, itu pertanyaan yang ada di kepalaku hingga saat ini. Aku yakin, nanti anak2ku akan bertanya hal yang sama.
Sepertinya memang cocok untuk mengajak anak-anak berkunjung ke sini, supaya makin menambah pengetahuan mereka tentang kehidupan jaman purba dulu.
Nah jadi gimana, kapan rencana berkunjung ke sininya bareng keluarga mbak?
Lumayan mengobati rasa penasaran tentang sejarah peradaban manusia lho
Bermain-main ke museum itu sangat seru ya, bisa belajar sejarah dan nenek moyang dahulu.
Yup. Kami selalu menyukai kunjungan ke Museum
Wah baru tahu saya kalau ada museum Sangiran di Sragen, padahal saya sering lewat sana kalau lagi pulkam. Padahal lagi saya selalu minat dengan seluk beluk prasejarah.
Next pulkam harus mampir nih.
Nah sekarang udah tahu
Lain waktu saat mudik dan melintas di Sragen lagi, sempetin mampir ya mas
Luas banget ya mbak museumnya sampa berkluster2 gitu. Itu beneran ada fosil atau cuma replika, gajah purba dari Sangiran atau dari daerah lain?
Iya. Luas banget. Karena memang ternyata perut bumi di Sragen dan sekitarnya banyak sekali fosil-fosil manusia purba yang ditemukan
Ou gading itu asli mbak
Dari fosil gajah purba yang digali
wah ternyata di museum sangiran ada fosil manusia purbanya ya. saya belum pernah masuk ke museum, sepertinya banyak pengetahuan didalamnya.
Iya mas. Ayo main-main ke museum
Seru banget lho
Kami sekeluarga pecinta museum
Kayaknya gajah-gajah itu suka jalan-jalan ya. Pas nyampe Lampung, Pulau Jawa sama Pulau Sumateranya terpisah karena es mencair. Jadi mereka gak bisa balik dan trauma kalo harus pergi-pergi lagi takut gak bisa balik lagi. Hihihi
Menyenangkan bisa memahami asal-usul kehidupan. Meski sains bisa dikoreksi, tapi setidaknya untuk saat ini, pengetahuan tentang manusia sangiran yang bisa jadi patokan.
Hahahaha bisa jadi mas
Pas sampe Lampung pulaunya jadi terpisah
Lalu mereka berevolusi menjadi lebih kecil menyesuaikan dengan kondisi alam setempat
#khayalantingkattinggi
Dengan mengunjungi musuem sangiran di sragen dan masuknya juga murah sekitar 8 ribu dan bisa menikmati fasilitas yang ada di sana..
pengen banget saya bisa ke sana..
Bener mas
Masuknya murah, tapi ilmu pengetahuan yang kita dapatkan tak murah
Harga tiketnya murah sekali tapi ilmu yang di dapat sangat banyak uwuwuwu
Mba berani banget gendong ular, klo saya sih mungkin sudah pingsan hehehhe
Rata-rata harga tiket masuk museum.di Indonesia memang murah mbak
Ini sih termasuk mahal ya, di Jakarta masuk museumnya sekitar 2000 – 5000 saja
Kecuali Monas karena bonus naik ke puncak Monas
Ou soal pegang ular, ini juga aku baru pertama kali, ternyata kenyal2 gitu rasanya hehe
asiknya bisa tahu salah satu asal usul kehidupan di museum sangiran ini
dulu sering denger namanya pas mata pelajaran sejarah tapi belum pernah nih smpet kesana,, padahal jadi salah satu bukti kemajuan peradaban loh ya, thx kak
Nah masuk ke sini rasanya kayak memutar memori pelajaran sejarah waktu SMP – SMA dulu deh. Seruuuu
Aku pernah ke Sangiran ama suami, dari Solo naik grab. Driver bingung, ngapain ke sana. Nengok saudara tua, kata suami. Aku suka sih ke Museum dan belajar sejarah. Lengkap ya di Sangiran. Koq aku engga lihat ada ular?…hehe…
Haha buat sebagian orang, wisata ke museum memang kurang menarik sih. Kalau kami sih memang pecinta wisata sejarah, jadi asyik-asyik aja
Ularnya ada di halaman belakang mbak
Dibawah pohon2 rindang itu
aku ketika mengunjungi museum, selalu seperti ada byangan sendiri dimana masa itu ada. Misal kalau ke museum ini, pasti akan tergambar bagaimana suasana dahulu prasejarah ini dan darimana cerita-cerita itu berasal
Jadi membayangkan kehidupan di masa lampau ya kalau masuk museum
Kalau sudah ada museum yg nyaman seperti ini belajar tentang sejarah dan manusia purba semakin menyenangkan….semoga suatu saat bisa berkunjung ke sana juga. Lumayan nambah2in jumlah museum yang sudah dikunjungi …..
Iya. Ini museumnya nyaman banget dan memang isinya menarik. Anak kecil juga gak bakalan bosan kok
Banyak anak-anak yang enggan klo di ajak ke museum, tapi klo Museum nya kaya gini pasti anak-anak suka.
Betul mbak. Aku lihat pengunjung2 lainnya yang bawa anak kecil, semuanya antusias menikmati isi museum
Wah, ramai juga ternyata orang-orang yang mengunjungi museum ini. Itu berarti masih banyak orang yang peduli dengan sejarah dan budaya ya. Jadi pengen jalan-jalan ke museum juga
Ramai banget mas, akupun gak menyangka
Diantara semua kunjunganku ke museum-miseum, di sini yang paling rame
Suatu waktu pengen banget ke Sangiran
Pengetahuannya berlimpah banget, bagus buat anak untuk memahami manusia dan kera besar ya
Iya mas. Sekalian mereview pelajaran sekolahnya
foto manusia purba nya mengingatkanku akan film night at museum haha.
kalau anak-anak belajar sejarahnya sambil mengunjungi museum gini pasti seru dan lebih mudah diingat nih.
Haha bener
Akupun membayangkan film ini tiap masuk ke museum
Dulu ketika masih SMA saya hafal betul nama nama manusia purba dan ciri-cirinya. Baca tulisan tentang Sangiran ini membuat saya flashback, hihi
Pelajaran kelas berapa itu ya
Dulu sering jadi bahan ledek2an sama teman hahaha
Ya Allah, Mbak, saya langsung jump ke bawah saat lihat pose dengan ular besar. Merinding banget!!!
Koleksi Sangiran sangat komplet. Cocok untuk referensi sejarah purba Indonesia. Saya belum menargetkan ke sini karena lebih fokus ke sejarah perempuan dan kolonialisme
Haha ularnya jinak kok
Aku juga awalnya takut. Tapi pas dilakukan ternyata gak apa-apa. Hanya memang berat banget ternyata manggul.ular itu
Keren mb, ulasannya.. Saya pernah ke Sangiran dulu pas masih SD. Suasananya memang gersang dan berpasir. Mungkin itu karena dulunya Sangiran bekas lautan ya.. Suka mengunjungi tempat seperti ini. Banyak ilmunya
Iya betul. Karena memang basifnya dulu adalah lautan jadi ya gersang, panas bahkan tanahnya pecah-pecah
apakah itu benar benar nenek moyang manusia ? atau itu hanya hasil buatan manusia ? sepertinya harus melihat langsung nih kesana buat memastikan kebenarannya
Boleh percaya boleh nggak sih mas
Tapi ilmu pengetahuan bilangnya seperti ini 🙂
Aku baru tau loh mbak ada museum Sangiran. Musti ajak anak nih kl ke sini biar anak ku nambah pengetahuan ttg sejarah manusia purba. Ehhh itu kok mbak Arni berani bgt megang ular, kl aku pasti udah pingsan mbak hiks
Ayo mbak ajak anaknya liburan ke Sangiran
Belajar sejarah langsung dari sumbernya
Err … Untuk ular itu awalnya agak takut juga sih, tapi ternyata aman
Waaah suamiku suka bangeet mbak ke museum . Kami belum pernah ke Sangiran. Kayaknya seru banget ya. Next destination deh kalau pulkam.
Ayo sodorin artikel ini ke pak suami
Biar liburan berikutnya langsung cuss ke sana
Duh saya malah belum pernah datang kesini, eh di sini artikelnya malah lengkap banget, yah semoga kalau jalan-jalan di daerah sragen bisa mampir disini.
Ingat jangan jadi orang malas, nenek moyang kita aja pekerja keras hehe
Kalau masnya yang ke sana pasti foto-fotonya lebih lengkap dan cetar deh
Pernah ke Sangiran langsung dari Solo karena cuma pingin ke Museum Manusia Purba. Museumnya menyenangkan dan bikin betah
Aku gak nyangka lho museumnya sebagus itu. Soalnya terletak agak di pelosok ya
Wah Karanganyar kampung halaman Ibuku Mba. Tapi selama kami mudik, nggak pernah sekalipun mampir ke museum Sangiran ini. Tiket masuknya sangat terjangkau, bisa menjadi alternatif wisata edukasi buat anak-anak.
Kapan mudik ke Karanganyar lagi mbak?
Nanti klo mudik mampirlah ke museum Sangiran
wah ternyata masih ada ya fosil manusia purba, kalo di daerahku adanya taman purba, jadi hanya berupa gundukan batu purba saja.
Wah masnya dimana?
Kayaknya batu purba ini menarik deh
Tiket msuknya 8ribu aja tapi isinya sarat makna banget neh. Mungkin kl anakku udh masuk SD baru cocok dibawa ke sini sekalian belajar.
Bener. Tiketnya murah banget
Anak kecil dianajak ke sini seru kok
Saya tahu tentang Sangiran ini, tapi saya baru tahu kalao ternyata Sangiran ya sepenting itu.
Kalau soal kegigihan, manusia jaman dulu pasti jauh lebih gigih. Mereka selalubfokus dengan apa yang dikerjakan, belum ada gangguan dari instagram 😂
Keberadaan Sangiran sangat penting untuk riser peradaban manusia
Aku juga. Takjub pas baca-baca sejarah manusia di sana
Mungkin karena Museum Sangiran ini memang dipandang lebih menarik dari museum lainnya. Lalu dia memang terkenal sih buat anak sekolah, dibahas di pelajaran. Btw itu jembatannya di sebelah mana, kak?
Jembatannya di samping kios-kios makanan. Kayaknya sih jembatan ini baru dibuat. Jadi cakel karena desainnya unik
Wow, sejarah manusia dimulai disini. Sepenting itu museum Sangiran ini. Adegan nunggu museum buka pegang2 ular bikin aku takut Mbak. Kalian pemberani banget. hahaha
Awalnya aku takut juga mas
Lalu ditantangin Prema
Lalu aku gengsi
Jadinlah berani
Hahahahaha
wah tulisan yang menarik. ada bukti nyata ilmu sejarah di masa sekolah dulu yah
Iya. Jadi flash back ke materi pelajaran sekolah
Sebagai pecinta ilmu sejarah, Sangiran menjadi salah satu wishlist saya. Dulu sering mupeng kalo diceritain perjalanan temen2 jurusan ilmu sejarah yang menjelajah Sangiran. Eh, sekarang baca tulisan Mbak Arni. Jadi, makin mupeng nih 😍
Nah berarti memang suatu hari harus menagendakan main-main ke museum ini
Baru tahu ada museum manusia purba ini. Semoga ada kesempatan ke sana.