Tunda Traveling Hijaukan Bumi di Masa Pandemi

Satu persatu raga terenggut.  Meninggalkan duka mendalam.  Manusia dipaksa mengurung diri.  Mengurangi interaksi tak penting.  Kesehatan dan keselamatan yang utama.  Doa-doa dilangitkan, berharap mendapat jawaban.  Setangkup harap lalu datang, dari upaya bernama vaksin.  Mari kita bangkit bersama, agar hidup kembali normal. Lalu kita melangkah lagi, menjelajahi bumi nan indah

Tak terasa, Desember telah datang.  Rasanya tahun 2020 ini berlalu begitu cepat, begitu saja, bahkan bagi sebagian orang rasanya pengen menghentikan waktu saja.  Terlalu banyak kesedihan di tahun ini.  Terlalu banyak tangis yang tercipta, meninggalkan duka dalam ruang ingatan.  Tak hanya untuk satu dua orang, kesedihan ini bahkan melanda dunia.

Sejak awal tahun, tiba-tiba langkah kita menjadi begitu terbatas.  Kantor-kantor beristirahat sejenak, anak sekolah melanjutkan pendidikan dari rumah, hiruk pikuk jalanan mendadak lengang.  Suasana terasa mencekam.  Lalu berangsur kemudian, pelan-pelan kebebasan itu dibuka, bertahap dan terbatas.  Dengan adaptasi kebiasaan baru, menerapkan protokol kesehatan dalam setiap aktivitas dan interaksi.  Udara segar yang dulu kita hirup begitu saja, menjadi sesuatu yang sangat berharga dan langka untuk dinikmati secara bebas.  Ya, kita semua wajib mengenakan masker saat keluar dari rumah.

Rencana-rencana traveling ambyar sudah.  Tiket-tiket dibatalkan.  Pesanan hotel ditunda.  Impian menyaksikan atraksi budaya, lari berkejaran di tepi pantai, uji nyali di tempat-tempat ekstrim buyar semua. 

Candu Traveling, Jelajah Dunia, Apa Kabar Alam Kita?

Menarik mundur sekitar 1 dekade terakhir, media sosial dipenuhi dengan parade foto-foto traveling.  Banyak tempat yang didandani sedemikian rupa menjadi menarik agar mendatangkan pengunjung yang ujung-ujungnya adalah ekonomi.  Media sosial memberi ruang bagi penggunanya untuk menunjukkan eksistensi kepada dunia melalui foto, video yang dilengkapi fitur caption, love dan komentar.  Kondisi ini lama-lama terasa menjadi candu, semua orang ingin traveling.  Setiap ada tempat baru yang unik, hits, dan kekinian, berbondong-bondong orang ke sana berkunjung untuk kemudian mengunggahnya ke media sosial.  

Secara ekonomi, maraknya pembangunan pariwisata ini tentu saja memberi keuntungan.  Bagi pebisnis tour and travel, bagi pengelola tempat wisata, termasuk juga bagi penduduk setempat.  Di beberapa lokasi bahkan akses transportasi diperbaiki demi kelancaran kunjungan wisata.

Di sisi lain, hadirnya wisata-wisata instagramable juga ditandai dengan dipolesnya tempat-tempat wisata menjadi aneka bentuk.  Mulai dari papan nama hingga bangunan-bangunan permanen yang akhirnya menggerus kekayaan alam.  Pohon-pohon ditebang, berganti rupa menjadi aneka bentuk tempat berswafoto demi eksistensi diri.  Warna hijau alami banyak yang berubah menjadi warna warni.  Wisata instagramable yang lebih banyak diminati ini menggeser warisan kekayaan alam dan berubah tampilan dengan keindahan visual semu demi terlihat fotogenik.  Di beberapa tempat, wisata instagramable ini menjadikan tempat tersebut kehilangan identitasnya.

Source : instagram/backpakertampan
Lembah Harau yang berubah wujud menjadi seperti ini. Sungguh, saya merasakan lembah ini seperti kehilangan identitas. Demi sebuah wisata instagramable
Source : Gatra.com

Selain urusan bangunan permanen, pengelolaan sampah juga harus menjadi perhatian.  Terbuka dan ramainya kunjungan ke suatu tempat akan berbanding lurus dengan peningkatan sampah di sana terutama sampah-sampah plastik yang berasal dari aneka makanan/minuman kemasan dan lainnya.  Jika tak dikelola dengan baik, sampah ini akan menjadi masalah besar bagi lingkungan, baik untuk tanah maupun air, juga untuk makhluk hidup lainnya.  Ya, pembangunan, apapun bentuknya pasti akan memberi dampak pada lingkungan, tinggal kita memilah akan mewariskan lingkungan hijau dan sehat untuk anak cucu kelak atau mewariskan yang sudah kita rusak baik secara sengaja maupun tak sengaja.

Baca juga :  Tetap Aktif Sehat Bahagia di Masa Pandemi

Pandemi Datang, Saatnya Hijaukan Bumi

Akhir tahun 2019, berawal dari Wuhan, dunia menjadi gempar.  Secara cepat dan massif virus mematikan covid-19 menjadi momok paling menakutkan di seluruh dunia.  Tak kelihatan, tapi serangannya begitu terasa di semua lini.  Pekerjaan tertunda, sekolah berpindah ke rumah, jalanan lengang, restoran-restoran tutup, tempat wisatapun sepi.

Lewat anjuran #dirumahaja maka hampir semua aktivitas keseharian benar-benar dilakukan dari rumah.  Berkumpul bersama keluarga dan melakukan segala kegiatan bersama-sama.  Rencana traveling? Silakan coret dari daftar.  Awalnya berat banget dan membosankan, makin ke sini makin terbiasa dan akhinya bisa kita jalani dengan nyaman.

Hal positif dari kegiatan #dirumahaja adalah makin banyak yang mengisi waktu luangnya dengan bercocok tanam.  Halaman rumah yang tadinya gersang dan tandus tak terurus karena pemiliknya sibuk bekerja, traveling atau kegiatan lainnya mulai menjadi tempat rutinitas yang menarik karena diisi dengan aneka tanaman baik tanaman hias, sayur maupun buah-buahan.

Hijaukan bumi. Percantik rumah agar makin betah #dirumahaja

Dulu, saat saya berkunjung ke lapak-lapak tanaman, rasanya sepi sekali.  Kadang saya menjadi satu-satunya pembeli.  Bebas milih ini itu, ngobrol dan belajar tentang seluk beluk tanaman tertentu.  Sekarang, setiap melintas di depan lapak tanaman, selalu ramai dan padat.  Banyak yang berbelanja dan mulai menjalani hobby tanaman.  Dan ini menjadi berbanding lurus dengan meningkatnya harga tanaman jenis tertentu.  Well, hukum ekonomi banget deh.  Makin tinggi permintaan, makin tinggi pula penawarannya.  Kalau satu dekade ke belakang, pelaku bisnis wisata berjaya maka di masa pandemi ini saatnya pedagang tanaman meraup rejeki.

Bisa jadi, ini adalah salah satu cara semesta untuk me-recovery diri. Setelah terus menerus dieksploitasi oleh manusia, kini waktunya untuk dihijaukan kembali.  Tak hanya tanaman hias, media sosial juga dipenuhi foto dan video bercocok tanam tanaman pangan dan  budidaya ikan.  Mulai dari budikdamber hingga bertani organic dan hidroponik.  Hati saya bungah melihat teman-teman memposting kegiatannya saat panen kangkung, bayam, cabe bahkan lele.  Bahkan di awal-awal pandemi, karena berkurangnya lalu lalang kendaraan bermotor, langit terlihat lebih bersih dan biru, pun teriknya tak begitu menyengat.  Dan yang pasti sampah-sampah plastik di tempat wisata, lereng gunung, bantaran sungai juga berkurang. Ah, indah sekali.   Mari bersama kita hijaukan bumi.  

Di awal masa pandemi, langit Jakarta terlihat lebih biru dan bersih
Source : TribunNews

Saat ini, sebagian besar aktivitas sudah berjalan lagi, meski belum kembali normal seperti dulu.  Adaptasi kebiasaan baru dalam setiap kegiatan wajib disertai pelaksanaan protokol kesehatan dengan disiplin.  Pandemi belum berakhir.  Selagi para  ahli berjibaku melakukan penelitian untuk menemukan pencegahan dan pengobatan, mari kita bersama-sama menjaga diri, keluarga, kerabat dan semua orang di sekitar kita dengan melaksanakan prokes yang baik dan benar.

Baca juga : Unexpected Moment Saat Traveling

Harapan Itu Bernama Vaksin

Baru-baru ini saya membaca halodoc, sebuah layanan yang memberi solusi kesehatan terlengkap di Indonesia.  Waktu itu saya mencari informasi tentang penanganan luka karena digigit hewan liar.  Anak saya, Prema tangannya tergigit oleh kucing liar di lingkungan rumah kami.

Halodoc menjadi andalan saya saat membutuhkan masukan mengenai kondisi kesehatan kami.  Didalamnya tersedia berbagai layanan mulai dari pembelian obat, daftar rumah sakit yang direkomendasikan, hingga konsultasi online dengan dokter.  Bahkan halodoc juga menyediakan layanan untuk cek covid-19. 

Halodoc selalu memperbarui kabar dunia kesehatan melalui fitur artikel.  Berbagai informasi penting bisa kita dapatkan di sana sesuai dengan kebutuhan.  Mulai dari info tentang anak hingga orang dewasa, mulai dari penyakit sederhana hingga yang berat, penyakit dalam dan luar.  Saat berseluncur membaca artikel, saya bertemu dengan berita tentang Vaksin Sinochem yang menjadi harapan baru dalam menghadapi pandemi ini.

Ditemukannya vaksin untuk pencegahan covid-19 tentunya adalah berita menggembirakan.  Harapan saya, vaksin ini benar-benar efektif dan melindungi kita dari serangan virus covid-19.  Saat ini Indonesia sudah mengimpor vaksin tersebut untuk kemudian akan diatur pendistribusiannya agar benar-benar tepat sasaran sehingga penyebaran virus dapat dicegah.

Siap Traveling Lagi? Pastikan Dirimu Aman Setelah Vaksinasi dan Tetap Jaga Alam Agar Lestari

Apakah kalau vaksinnya sudah siap untuk disuntikkan, kalian mau divaksin?  Saya sih yes, gak tau kalau mas Anang #ups

Vaksin itu ibarat mengenakan sabuk pengaman dan helm saat berkendara.  Mencegah terjadinya resiko yang berat apabila terjadi kecelakaan.  Vaksin juga bekerja seperti itu.  Virus ini mungkin tak akan benar-benar hilang, yang bisa kita lakukan adalah membentengi diri dengan vaksin agar seandainyapun nanti kita terpapar dan terinfeksi (semoga saja tidak) tubuh kita sudah lebih kuat menghadapi serangan sehingga tidak berakibat fatal.

Kalau udah vaksin, bisa foto-foto begini lagi dan tanpa masker. Semoga yaaaa

Kalau sudah vaksin, rencana traveling yang tertunda sepanjang tahun ini bisa dong direalisasikan.  Dengan vaksin, kita melindungi diri kita dan orang lain.  Saat traveling kita bisa saja bertemu dengan banyak orang.  Harapannya semua sudah divaksin sehingga saling menjaga dan melindungi sama lain.

Kembali traveling adalah kembali ke alam.  Berkaca dari pengalaman sebelumnya, mari kembali ke alam dengan kesadaran penuh untuk menjaga kelestariannya.  Dalam setiap perjalanan, ada hal yang jauh lebih penting dari sekedar eksistensi diri di media sosial, yaitu interaksi dengan Tuhan, manusia dan alam semesta.  Caranya tentu saja dengan bersama-sama menjaga alam dan melestarikan budaya di mana kita berpijak.  Hindari menjadi turis sesaat yang hanya datang untuk memenuhi hasrat dan menuntaskan rasa penasaran saja tanpa peduli dengan alam sekitar.

Jadi, sudah siapkah untuk traveling lagi? Ingat tetap lestarikan alam yaaaa

Salam

Arni

42 thoughts on “Tunda Traveling Hijaukan Bumi di Masa Pandemi

  1. Mulai Januari ya mba, bisa diakses bebas vaksin ini. Presiden bilang sih digratiskan secara nasional, tapi kadang ada saja oknum yang membuat vaksin ini menjadi langka di pasaran. Kalo begitu, mendingan keluar uang dikit buat beli vaksinnya nanti via Halodoc. Gak papa lah, kita pilih yg jelas-jelas ada saja. Hihihi.

  2. Nurhilmiyah says:

    Duh lihat tanamannya jadi seger ya Mbak Arni mata memandangnya… tadi malem saya baca tulisan di billboard kota “tanaman demi tanaman lama-lama jadi taman” ciyeee… hehe… sejalan juga dg hijaukan bumi di masa pandemi ya

    • Wah keren tuh tagline di billboardnya. Bener banget. Aku juga awalnya hanya satu pot, lalu nambah dikit-dikit. Tau2 jadi banyak beranak pinak hehehe

  3. Pandemi ini memang memaksa kita untuk lebih bersahabat sama alam, dan alam pun punya waktu lebih untuk memulihkan kondisinya, buktinya sekarang udara jauh lebih fresh dan lingkungan pun lebih sehat yaa

  4. Udah gatel pengen jalan ya mbak. Saya pun demikian. Kemarin saat pandemi cuma berani road trip aja. Kalau naik pesawat atau kereta enggak dulu deh. Semoga pandemi berakhir dan kita bebas traveling lagi

  5. Amin…semoga dengan adanya vaksin nanti bisa bebas traveling lagi. Tahun ini beneran cuma pergi 4 hari nengok ortu di Madiun dan Kediri, selain itu ga kemana- lagi-lagi hiks
    Memang pandemi saatnya hijaukan lagi bumi..gosah keman-mana kalau perlu konsultasi atau beli vitamin dan obat di Halodoc aja

  6. eh iya ya, pandemi gini orang jadi punya hobi baru, menanam. hihihi. kalo saya sih suka tanaman dari dulu, jadi agak gak aneh kalo pandemi gini jadi lebih getol ngurus tanaman.

    semoga ya vaksin yang direncanakan efektif dan kita bisa kembali hidup normal lagi. aamiin

  7. Salah satu hikmah pandemi ini bikin udara semakin bersih ya. Tapi tentu saja di pengaruhi aktivitas manusia yang semakin berkurang. Jaga kesehatan selama pandemi. Halodoc bisa jadi konsultan ksehatan yang keren

    • Iya aku lihat kolekso aglonemanya mas Wahid cakep-cakep banget. Klo deket aja rasanya pengen lihat langsung deh. Lanjutin hobinya mas, lumayan menghasilkan fulus

  8. Pemikiran kita sama mbak dengan kondisi Lembah Harau, padahal gak diapa apain aja udah indah banget kan ya tanpa harus jadi miniatur wisata lokal di luar negeri, sedih akutuh

  9. Tami says:

    Anakku juga kemarin sempat kecakar kucing mba, di bawah mata persis. Alhamdulillah, lukanya sudah kering. Saya juga unduh app Halodoc di hp, andalan bgt.

    • Waduh dekat mata. Syukurlah udah sembuh ya. Anak-anak memang kadang suka main sama kucing dan kurang hati-hati. Untung ada halodoc bisa jadi konsultan kesehatan andalan

  10. Semoga pandemi cepat berlalu ya dan dengan menggunakan aplikasi Halodoc masalah kesehatan ada opsi penyelesaian yang cepat sementara sebelum dibawa ke fasilitas kesehatan .

  11. Fadli Hafizulhaq says:

    Saya justru baru tahu tampilan baru Lembah Harau dari tulisan, Mbak. Semakin kehilangan identitasnya ya. Aih, padahal saya orang Sumbar, tapi sudah lama banget gak ke Lembah Harau.

    Btw vaksinasi jadi salah satu solusi paling diharapkan untuk mengatasi pandemi ini ya Mbak. Semoga pandemi segera berakhir

    • Nah kalau mudik, ciba nanti Lembah Harau ditengokin mas. Aku sih berharap bangunan warna-warni itu bukan bangunan permanen ya jadi bisa dikembalikan lembah Harau ke kondisi semula

      Tapi ingat, sebelum mudik vaksin dulu ya
      Biar aman buat semua

  12. Fionaz Isza says:

    Selama pandemi ini banyak banget yang kembali menekuni hobi lama kayak berkebun menanam bunga dan buah, makin seger aja liatnya ya mbam

  13. Kalau ada yang bilang apa dampak positif pandemi, sepertinya adalah Bumi yang bernapas kembali karena makin hijau. Tapi gimanapun juga, kangen back to normal sih. Bisa ke gunung, bioskop, semuanya. Yok bisa yok sampe vaksin tiba!

  14. Bagaimanapun, pandemi mengingatkan kita untuk lebih peduli dengan alam. Menghijaukan daripada merusaknya. Namun, pandemi pula menjadi momok. Yah, mau dikata apa setiap peristiwa ada plus dan minusnya.

  15. wahyuindah says:

    bentar lagi bisa travelling lagi kak.vaksinnya udah datang. semoga bisa membebaskan kita semua dari coroncess ya. Aamiin.

  16. Kangamir.com says:

    Semoga pandemi cepat selesai dan vaksin diberikan secara gratis seperti yang diberitakan. Masyarakat sudah lelah dengan musibah yang tak kunjung usai ini.

  17. Mungkin itu cara Tuhan memberikan teguran juga. Dimana selama ini manusia cukup membuat banyak kerusakan di bumi. Sehingga Tuhan mengirimkan virus corona agar manusia melakukan recovery terhadap apa yang pernah dirusaknya. Mungkin.

  18. Artikel yang menarik. Pembukanya bikin jantung berdetak. 2020 nggak mungkin bakal dilupakan banyak orang. Semoga vaksin segera datang dan traveling aman bisa kita lakukan

  19. Menunda traveling bukan berarti kita gak kehabisan akal tuk melakukan aktifitas dirumah ya kan, apalagi sekarang lagi booming bercocok tanam. Hal ini juga bisa kita manfaatkan pekarangan kosong tuk bercocok tanam juga

  20. Andayani Rhani says:

    Sayapun hobi traveling mba. Sejak pandemi ini memang banyak sekali yang memiliki hobi baru. terlebih lagi hobi bercocok tanam, tapi saya lebih suka memelihara binatang dibanding bercocok tanam hehe

  21. Walau vaksin sudah datang ternyata banyak tahap yang harus kita lalui. Semoga segera usai semua keresahan karena pandemi ini. Btw, tanamannya indah sekali kak.

    Yuk, berbagi kisah di web kami, kak. Jangan lupa kunjungi web kami, ya!

  22. Nur Asiyah says:

    Semoga pandemi lekas berlalu, jadi bisa traveling lagi dan tentu saja lebih sadar akan keadaan lingkungan yang perlu dijaga.

Leave a Reply to Fionaz Isza Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *