Serunya VW Tour Menikmati Alam Pedesaan Magelang

Yuhuuu… belum bosan khan baca catatan perjalanan ke Yogyakarta?

Hari terakhir di Yogyakarta, tak lengkap kalau gak ada wisatanya dong,ah. Hari pertama dan kedua fokus ke tugas utama, menari dalam rangkaian Abhiseka Siwa Grha 1166 Candi Prambanan.  Gak terasa udah hari ketiga aja, udah waktunya kembali ke ibukota. Sebelum pulang, mumpung memory HP masih lowong, masih bisa dong diisi dengan foto-foto lagi. Padahal ya, koleksi foto sejak hari pertama udah ratusan kakaaak…

Ngalahin lapisannya wafer tango!

Agenda hari ketiga adalah tour alam pedesaan Magelang dengan VW safari. Iya bener, mobil klasik Volkswagen itu.  Lagi ngehits nih di Magelang. Jadi kita akan diajak tour jelajah desa wisata dan mengunjungi sentra UMKM yang dikelola masyarakat setempat.

Pagi-pagi sekali suasana hotel sudah heboh. Suara koper digeret memenuhi selasar. Pagi itu kami akan sekalian check out. Jadi jalan ke Magelang ikut VW tour langsung lanjut ke Jakarta. Dengan dresscode cerah ceria berwarna warni, semuanya siap menyambut perjalanan di hari terakhir ini. Sayangnya ada sedikit yang bikin sedih, Ibu Ketut Sukarni, pelatih tari kami tidak bisa ikut tour karena akan langsung melanjutkan perjalanan ke Bali.  Kami berpisah dengan beliau pagi itu. 

Sebelum pisah dengan bu Karni, foto bareng dulu

Singkat cerita, kami langsung menuju titik start untuk wisata VW. Lokasinya di Restoran Joglo Panglipuran. Saat kami tiba, aneka VW warna-warni tampak sudah berbaris rapi menanti.  Kami menyewa 6 mobil. Kelompok tour sudah dibagi, saya kebagian bareng dengan dua teman dari Bogor, bu Ratna Dewi, bu Gusti Ayu dan satu lagi mbak Mala, perias tari kami. Kebagian VW berwarna orange, kok yo kebetulan kami dapat drivernya mas Doni, tour leader rombongan kami. 

“Wah topinya keren banget.  Pelangi di langit pasti minder deh, soalnya pelangi yang dibumi lebih cakep!” sapa mas Doni bikin hati ibu-ibu berbunga-bunga. Bisa aja deh mas Doni hahaha

Ceria bersama topi pelangi

Outfit kami hari itu memang seru banget. Baju berwarna-warni, sebagian besar mengenakan dress. Lalu ditambah topi rajutan dengan pola dan kombinasi warna yang cantik sekali. Serupa pelangi. Siapa sponsornya? Ou tentu saja bu Dewi Edam yang baik hati dan selalu ceria. Seperti yang saya tulis di artikel sebelumnya, kalau urusan kostum percayakan saja pada beliau. Bu Dewi bahkan sengaja membawa banyak perlengkapan buat acara foto-foto seru ini.

Baca juga : Selamat Pagi Yogyakarta, Dari Titik Nol Kami Menyapa

Perjalanan dimulai…

Sepertinya inilah yang disebut norak-norak bergembira.  Beneran norak banget pokoknya. Ya namanya juga baru pertama kali naik VW to. Semuanya heboh dan kamera tak henti-hentinya merekam perjalanan. Gayanya udah gak ada yang bener deh. Jangan bayangin emak-emak bakalan duduk anteng di dalam VW. No banget. Yang ada naik-naik duduk di atas, berdiri, teriak-teriak seru dan segala derivasinya. Iya, norak sih. Tapi asyik hahahaha.

View sepanjang jalan begitu indah

Sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan khas pedesaan. Kebun sayur dan buah, area persawahan, juga terlihat beberapa Balkondes (Balai Ekonomi Desa)  yaitu semacam penginapan dengan konsep vila yang dikelola bersama oleh warga desa setempat.  Di kejauhan, tampak Candi Borobudur berdiri megah. Meski yang terlihat hanya ujung-ujung stupanya saja, tapi cukup menjadi panorama yang memesona.

Icip-icip Rengginang di Rumah Rengginan Bu Yatin

Tujuan pertama kami adalah menuju Rumah Rengginan Bu Yatin. Iya teman-teman gak salah baca kok. Saya juga gak salah ketik. Memang namanya rengginan. Tanpa tambahan huruf “G”. Kalau selama ini kita tahunya rengginang, di sini ternyata namanya rengginan. Tapi penganan yang dimaksud sama kok. Terbuat dari ketan yang dikukus, lalu dipepel (dipadetin dalam cetakan, biasanya berbentuk bulat), jemur hingga kering kemudian digoreng dan siap dinikmati sebagai cemilan. Temen ngeteh atau ngopi. Enak banget pastinya.

Rengginan Bu Yatin bertempat di Dusun Tingal Wetan, kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang. Dari depan tampak biasa saja, seperti tak ada yang istimewa. Rumahnya  terlihat mungil, ternyata begitu masuk, rumah ini memanjang ke belakang dan menempati area yang cukup luas. Rumah ini sudah pulan tahun menjadi tempat produksi rengginan

Di bagian dalam rumah, ibu-ibu paruh baya sedang memepel rengginang basah. Lalu ada area display aneka cemilan tradisonal, bermacam keripik-keripik juga ada kerajinan anyaman yang terpajang di sana. Di meja tersedia beragam cemilan dalam toples, tester, boleh diambil, dicicip, kalau suka nanti beli ya.  Di sisi lain ada ibu-ibu yang sedang mengemas rengginang matang , ada juga yang sedang menggoreng. Saya sempat ikut coba membuat rengginang basah di depan, juga sempat ikut menggoreng di belakang. Demi kenangan masa kecil.

Yups. Sejujurnya buat saya proses membuat rengginang dari awal sampai dengan siap saji bukanlah sesuatu yang baru. Masa kecil saya diisi dengan kegiatan ini. Dulu, ibu saya sering membuat rengginang sendiri. Saya pasti kebagian tugas juga. Bantu mencetak, menjemur hingga menggoreng semua pernah saya lakukan. Saya bisikin satu rahasia ya, adonan rengginang yang masih basah itu, berupa ketan yang baru dikukus paling enak dimakan langsung dengan taburan kelapa parut yang masih muda. Apalagi jika ditambah toping gula merah cair. Mantaaaap. Ah… khan jadi kangen makan penganan ini.

Ou buat yang suka foto-foto cantik, di Rengginan Bu Yatin juga disediakan spot foto ala-ala petani gitu. Dengan beragam properti yang bebas kita pakai. Bahkan mbak-mbak di lokasi dengan ramah dan senang hati menawarkan membantu untuk memotret. Layanan sederhana tapi sampai ke hati. Mereka sudah sangat terbiasa menyambut tamu dengan baik. Siap betul menjadi bagian dari desa wisata.

Lapangan Randu Alas

Destinasi kedua tour ini adalah ke Lapangan Randu Alas. Laaah ngapain, wisata kok ke lapangan?  Buat pepotoan gaeees! Memang ya, jaman now wisata tanpa foto-foto cantik serasa sayur tanpa garam. Gak lengkap dan kurang seru. Hari gini, saat medsos jadi tempat eksis maka koleksi foto harus banyak. Pengelola mengerti banget, makanya kami diajak ke sini.

Apa istimewanya?

Panorama di lapangan ini juaraaaa.  Dengan background Bukit Menoreh di kejauhan, hamparan hijau terlihat indah membentang. Lukisan alam yang bikin hati senang, mata segar dan koleksi fotopun bertambah.  Pokoknya di sini, pepotoan dah sepuasnya. Segala gaya bisa dicoba.

Produksi Gula Jawa Tradisional

Dari lapangan Randu Alas, kami bertolak menuju destinasi berikutnya, yaitu rumah produksi gula jawa tradisional.  Udah pada lapar dan haus, nyampe lokasi bukannya memperhatikan proses pembuatan gula merah, kami malah asyik menikmati bubur merah putih yang rasanya sedap sekali. Berisi bubur sumsum, sagu mutiara, candil dan entah apa lagi. Lalu diberi kuah santan dan gula merah sebagai pemanisnya. Enak banget. Laris manis deh bubur yang satu ini. Juga ada kelapa muda yang bisa langsung di sruput dari buah utuhnya.

Sumpah! Ini enak banget…
Pose cantik di depan pintu masuk tempat pembuatan gula jawa

Selagi yang lain sibuk menikmati makanan dan minuman, saya sempat ngobrol sebentar dengan pengelola tempat ini. Kalau tidak salah, namanya Mas Agus. Selama ini saya mengira gula merah itu sama dengan gula aren, rupanya berbeda. Gula aren ya dari pohon aren. Sedangkan gula merah atau gula jawa ini terbuat dari nira atau cairan bunga kelapa.  Mereka melakukan panen setiap hari, pagi dan sore dengan memotong bunga kelapa yang nantinya akan meneteskan air nira atau legen.  Agar menjadi gula, air nira lantas dimasak hingga mengental lalu dicetak dengan batok-batok kelapa.

Suasana tempat produksi gula jawa

Cara mengaduk dalam proses memasak inipun tak boleh sembarangan. Harus searah. Kalau ke kanan ya ke kanan terus. Begitu juga sebaliknya, kiri ya kiri terus. Ini akan mempengaruhi hasil dan rasa gulanya. Kok bisa begitu? Errr… mungkin adonannya jadi pusing kalau dibolak balik, jadinya dia gak maksimal mengeluarkan rasa manisnya. Eits jangan percaya! Itu saya ngarang hahaha

Makan Siang di Joglo Panglipuran

Tak terasa waktu udah siang. Saatnya kembali ke titik awal karena kami harus bergegas kembali ke Jakarta. Sebelumnya makan siang dulu, biar gak kelaparan di perjalanan.  Kami sudah reservasi menu makan siang  sejak malam sebelumnya, agar tak perlu menunggu lama dan kebingungan saat memilih. Meski sebenarnya aneka menu ditawarkan di restoran ini, tapi pilihan kami hanya dua yaitu paket ayam goring dan paket burung puyuh.

Pilihan saya burung puyuh. Bukan karena suka, tapi justru karena penasaran sama rasanya. Belum pernah makan burung puyuh sama sekali sebelumnya.  Ternyata rasanya tak jauh berbeda dengan ayam goreng kok. Bisa lah diterima oleh lidah saya yang ndeso ini.

Pertamakali makan burung puyuh goreng di Joglo Panglipuran

Restoran Joglo Penglipuran di desain dengan nuansa alam pedesaan yang asri. Saya serasa pulang kampong ke rumah nenek saat ke sini. Sayangnya, karena waktu yang terbatas, saya tak sempat eksplore restoran ini lebih lama. Padahal sepertinya banyak sudut-sudut menarik yang bisa dinikmati. Ah, mungkin ini pertanda agar suatu hari bisa balik lagi ke sini. Semoga. 

Saatnya kembali ke bus. Menembus perjalanan panjang menuju Jakarta. Sayonara Yogyakarta. Banyak cerita dalam perjalanan ini.

Kolaborasi Adalah Koentji

Perjalanan di hari terakhir ini membuat saya menyadari banyak hal. Sejak awal, yang “dijual” adalah wisata naik VW-nya. Yang menarik, ini bukan sekedar wisata keliling pedesaan Magelang saja, bukan sekedar mengukur jalan atau menikmati pemandangan. Ada banyak pihak yang terlibat di sini.

Mulai dari penyelenggara paket wisata VW,  rumah rengginan Bu Yatin, pengelola lapangan Randu Alas, pengelola pembuatan gula merah dan restoran tempat makan siang. Selain itu ada juga para pengusaha batik, cindera mata, kerajinan tangan dll yang selalu ada di semua tempat yang kami singgahi. Menawarkan dagangan, mencoba peruntungan. Saya lihat, beberapa teman perjalanan berbelanja kaos-kaos, celana dan aneka cemilan. Untuk oleh-oleh pulang ke Jakarta.

Terlihat sederhana. Padahal di sinilah indahnya. Mereka berkolaborasi. Sebelum ada wisata VW ini, mungkin tak banyak orang yang berkunjung melihat pembuatan rengginan dan gula merah. Lokasinya jauh di sudut desa. Ngapain juga wisatawan jauh-jauh ke pelosok “hanya” untuk membeli rengginan dan gula merah. Lha wong tinggal ke toko  oleh-oleh yang banyak tersebar di jalan-jalan protokol juga semua udah lengkap tersedia.

Tapi ini menjadi istimewa karena dikemas menjadi satu paket wisata. Kolaborasi. Untuk maju bersama. Paket wisata VW punya lokasi tujuan, para pengusaha UMKM juga mendapat kunjungan, wisatawan mendapat pengalaman sekaligus edukasi. Sekarang memang eranya kolaborasi. Saling bahu membahu. Sekiranya ada yang menarik, digarap bersama. Banyak kepala, banyak ide, untuk sukses bersama. Wisatawan dari kota ya sekarang memang lagi senang-senangnya  dengan yang model “tilik ndeso” gini. Apalagi untuk generasi alpha yang sekarang mainannya gadget dan gak ngalamin masa kecil di pedesaan, cocok banget diajak ke tempat-tempat seperti ini, dengan cara yang asyik. Numpak VW Safari.

Seru-seruan dengan suasana pedesaan
Segini aja, emak-emak udah pada bahagia banget
Terimakasih kepada semua tim kolaborasi yang menginisiasi paket tour ini

Sebenarnya banyak lokasi lain yang juga jadi paket wisata bersama VW safari ini. Ada ke sentra budidaya jamur, pembuatan batik, kerajinan gerabah dan beragam UMKM lainnya. Termasuk juga kunjungan ke candi-candi dan tempat wisata terkenal lainnya. Sayang waktu kami terbatas sehingga hanya mengambil paket dengan tiga lokasi kunjungan saja. Lain waktu sepertinya harus mengambil paket yang lebih lengkap. Biar lebih puas ngider naik VW nya.

Jaman now, semua bisa jadi kolaborasi. Buat teman-teman yang punya usaha, baik barang atau jasa boleh banget lho kalau mau kolaborasi dengan saya juga. Yuk kita lariskan dengan branding yang baik. Jangan ragu-ragu kontak saya yaaaa. Silakan hubungi aja ke putusukartini@gmail.com atau via media sosial saya.

twitter : @ceritaarni

instagram : @galeriarni

Laaah…. Ujung-ujungnya  promosi

Salam

Arni

19 thoughts on “Serunya VW Tour Menikmati Alam Pedesaan Magelang

  1. Hwah samaan Kak Arni, saya pun sama pernah tur pake VW di Magelang, asli memang asri banget pedesaan-pedesaan yang kita lalui, waktu itu kita mampirnya di sentra pemprosesan madu oleh warga sambil nikmatin baksonya

  2. Wah back to nature banget ya mbak.. Di Magelang ada tempat bagus kaya gini. Wajib jadi destinasi wisata buat keluarga nih. Meski bolak baliknya ke Jogja, tidak ada salahnya melipir ke situ.

  3. Touring VW Club ini kayanya rutin ya, kak..?
    Mertuaku juga punya VW, tujuannya biar bisa menikmati touring begini bareng komunitas VW di seluruh Indonesia.
    Seseruan bareng..

    Tapi ada yang khusus VW Safari gini ya..
    Jadi kompak berwarna-warni dengan model yang sama..

  4. Seru banget baca pengalaman dan melihat kegiatan tournya mbak. Jadi gak cuma dateng, terus pepotoan aja, tapi ada kegiatan2 produktif yang bisa dicoba juga. Tour yang bener2 anti mainstream nih.

  5. saya lupa kapan terakhir ke Magelang, kayaknya sekitar tahun 2016an terakhir ke sana. Tempatnya memang indah adem dan banyak pilihan tempat wisatanya, belum semuanya dikunjungi semoga nanti bisa ke sana lagi mengunjungi tempat wisata terbarunya di sana

  6. Yogyaa emang ngangeniii….
    Sekarang banyak wisata seru keliling naik vw di seputaran yogya magelang.

    Alhamdulillah sudah merasakan juga keseruan vw lewat sawah dkk seruuu…

  7. Fenni Bungsu says:

    Kalau suasana pedesaan gitu asik ya kak, karena udaranya seger, sejuk karena view-nya, ditambah menu makanan yang menunjang, eh bareng² pula udah deh serunya mantul

  8. Wahyuindah says:

    Kolaborasi adalah kunci. Suka banget sama kalimat ini. Jalan jalan ke Magelang bisa berhasil pasti karena kolaborasi banyak pihak kan. Seru lihat fotonya. Jadi pengen gabung. Kalau boleh. Hehe

  9. waaaaah bagus deh kak itu viewnya, jadi pengen coba deh nanti kalo jalan2 ke magelang, asik seru buat foto2 juga tempatnya, apalagi sama squad dan bestie2 kesayangan yaa

  10. Artha Nugraha Jonar says:

    Seru banget jalan-jalan pakai VW ini. Kebetulan akhir tahun ini mau liburan ke yogya. Sepertinya aku mau coba juga wisata dengan vw ini.

Leave a Reply to Wahyuindah Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *