Tiada Gundah Tiada Galau di Curug Cibulao

Serasa menemukan Hidden Gem di tengah belantara Megamendung. Kolam biru serupa permata yang bersinar. Tersembunyi dalam cerug lembah dengan pepohonan nan rimbun di sekelilingnya. Bebatuan terserak sebagai pijakan, menjadi benteng untuk aliran air nan dingin. Menghadirkan gigil namun terus memanggil untuk dinikmati. Curug Cibulao, kami jatuh cinta.

*****

Usai menuntaskan tugas negara di rumah masing-masing, kami berduabelas dengan 8 motor menembus kemacetan kota Bogor menuju arah Puncak. Melintas jalur Ciawi yang padat hingga kami tiba di kawasan Megamendung. Berbelok ke kiri menuju jalur Cilember. Tujuan kami hari ini adalah Curug Cibulao, mau ngadem, cari yang dingin-dingin karena matahari di kota Bogor sepertinya lupa minum paracetamol, panasnya gak turun-turun.

Seperti biasa, tim perjalanan adalah temen ngebolang yang belakangan ini memang rutin jalan bareng. Tak seperti di Bukit Paniisan yang murni emak-emak (nekat), kali ini ada dua bapak yang mendampingi. Lumayanlah ya, ada yang bantu jagain kami hehe. Rencana ke sini terhitung dadakan karena sebenarnya kami ingin ke lokasi yang lain, tapi masih maju mundur cantik karena konon medan trekkingnya lumayan berat. Jadi, begitu ada rekomendasi lokasi yang katanya trekking hanya sedikit dan viewnya gak kaleng-kaleng, langsung deh ubah arah. Tapi ternyata….

Jalur Ekstrim Dengan Tanjakan Berliku

Ahay… sungguhlah kami terkecoh dengan kalimat, “trekkingnya dikit kok. Gak terlalu jauh. Lutut aman pokoknya!” yang bikin semuanya semangat buat ikutan.

Iya sih, memang benar, setiba di lokasi jalur trekkingnya hanya sekitar 10 – 15 menit. Itu sudah termasuk berhenti untuk foto-foto cantik. Maklumlah, emak-emak gitu lho. Gak lengkap kalau gak narsis. Tapi, perjuangan menuju ke sininya, ampun kakaaaak. Kalau bukan bareng rombongan dan udah kadung setengah jalan, rasanya saya pengen putar haluan saja hahaha.

Awal masuk Gang Cilember, jalan cukup mulus. Dengan jalur beton. Meski sempit ketika harus berpapasan dengan kendaraan lain, tapi cukup nyaman dilintasi. Bertemu persimpangan, kami berbelok ke arah Jl. Pesantren. Di sinilah perjuangan sesungguhnya dimulai. Jalan mulai tidak rata dan berlubang. Jalur mulai terus menanjak dengan sudut kemiringan yang curam, berkelok-kelok pula. Huft… bersyukur motor saya sempat diservis sebelum ke sini. Jadi saya cukup percaya diri dalam berkendara.

Sebagian jalur yang tertangkap kamera. Ini bagian mulusnya ya

Perjalanan benar-benar harus ditempuh dengan konsentrasi penuh. Gak boleh meleng sedikitpun. Di beberapa tempat sepanjang jalan, kita akan melintasi jalur dengan tebing di satu sisi, jurang di sisi sebelahnya. Sekali lagi, jalannya berlubang, berkelok dan tentu saja menanjak. Meski begitu, asupan pemandangan hijau menjadi penyegar dalam perjalanan. Pohon-pohon besar khas view pegunungan mulai eksis menampakkan diri. Udara juga mulai terasa sejuk. Makin ke atas makin dingin. Beberapa kali kami  sempat memutuskan berhenti untuk memastikan semua aman dan berhasil nanjak. Namanya juga konvoi, memang harus saling tunggu. Jangan sampai kita asyik melaju sendirian di depan, sementara teman tertinggal jauh di belakang dan tidak kita ketahui.

Jujur saja, selama perjalanan nanjak ini yang terlintas di pikiran saya adalah,”nanti gimana turunnya dengan medan seberat ini?”  Sedikit ragu melintas di benak.

Setelah perjalanan yang penuh perjuangan, akhirnya sampai juga kami di parkiran Curug Cibulao. Fyuuh… semua menarik nafas lega. Sembari ngoceh-ngoceh soal medan perjalanan yang ekstrim. Complain ke teman yang rekomendasi perjalanan ke sini. Apa mau dikata, kami sudah kadung jalan dan nyampe. Sekarang saatnya bertemu curug.

Foto 1 : Jalur trekking ke Curug Cibulao
Foto 2 dan 3 : Beberapa spot foto di Curug Cibulao

Trekking Cantik ke Curug Cibulao

Setelah parkir, perjalanan dilanjutkan dengan trekking sekitar 400 meter di medan menurun. Jalurnya berupa jalan setapak yang sudah dipadatkan.  Area Curug Cibulao ini dikelola oleh penduduk setempat. Sebelum masuk ke Curug, tentunya wajib bayar tiket dulu.

  • Parkir motor      : Rp. 5.000
  • HTM Curug         : Rp. 15.000
  • Sewa Pelampung : Rp. 10.000
  • Camping              : Rp. 35.000/orang/malam

Berenang di kolam curug memang wajib memakai pelampung. Selain arusnya yang cukup deras, kolamnya juga dalam. Jadi perlu pengamanan ekstra.

Di sekitar loket tiket tersedia banyak fasilitas untuk foto-foto cantik. Hari gini, semua berusaha menjadikan kunjungan tak sekedar lewat, tapi meninggalkan kesan lewat gambar atau video. Instagramable kalau kata anak jaman now. Selain itu tersedia juga warung, mushola dan toilet. Cukup lengkap ya untuk ukuran wisata alam. Ou, di sini juga ada camping ground. Jadi kalau mau nginep sembari ngadem di tenda, bisa banget.

Kolam biru dan sungai yang super jernih

Curug Cibulao, berasal dari bahasa Sunda. Curug berarti air terjun. Ci adalah air. Bulao artinya biru. Tentunya penamaan ini berasal dari tampilan kolam alami Curug Cibulao yang memang jika dilihat dari atas, berwarna biru tosca. Indah sekali. Sementara di tepiannya, air terlihat begitu bening hingga bebatuan di dasarnya terlihat jelas.

Dari lokasi loket, kami menyusuri tangga turun menuju curug. Serupa permata tersembunyi di balik rimbun hutan. Harus menyebrangi jembatan kayu dan sungai dengan batu-batu besar untuk sampai ke sana.  Curugnya tak begitu besar. Ada dua level. Keduanya memiliki kolam alami. Dalam kondisi curah hujan normal, kolam alami di atas memiliki kedalaman 5 meter sedangkan yang di bawah sampai 8 meter. Tak heran, semua pengunjung yang berenang wajib mengenakan pelampung.

Sensasi Mandi di Dinginnya Kolam Biru

Waktu menunjukkan sekitar jam 9.30 ketika kami semua siap nyebur. Udara dingin menyergap, padahal kami belum lagi turun ke kolam. Dengan alasan takut masuk angin, kami memutuskan untuk makan dulu. Buka bekal. Beginilah emak-emak, selain bawa baju ganti, makanan lengkap tak pernah luput hehehe. Seru banget deh rasanya makan di alam terbuka seperti ini, ditemani gemericik air sungai dan suara binatang hutan bersahutan.

Sebelum nyemplung, mari makan biar gak masuk angin

Usai makan, satu persatu mulai turun ke air.  Celup kaki, cuci muka, celup tangan. Ampuuuuun…. dingin banget kakak!

Sumpah ya, ini airnya serasa dari kulkas. Dikelilingi tebing bebatuan yang cukup tinggi dengan pohon-pohon besar nan hijau, tak heran airnya menjadi begitu dingin. Rasanya sinar matahari tak tembus ke area kolam biru ini. Dingin sepanjang hari. Padahal kalau berdiri di area bebatuan,  tipis-tipis mentari merayap naik bersinar cerah.

Tersedia dua utas tali yang diletakkan menyilang sebagai pegangan bagi pengunjung yang ingin melintas menuju curug di sisi atas atau sekedar berjaga karena takut tenggelam atau tergelincir di batu. Meski dingin, kami tetap nyebur dong. Rugi jauh-jauh ke sini kalau gak nyebur hehe.

Buat yang pengen uji nyali, boleh mencoba body jumping di sini. Naik ke atas tebing, lalu melompat ke dalam kolam.  Pak Nyoman dan Pak Ferry sempat mencoba. Terlihat seru banget. Emak-emak yang penasaran, juga pengen nyoba tapi rupanya nyali kami menciut jadi nyoba dari tebing yang di bawah saja, yang lompatannya tak terlalu tinggi. Segini aja, kami udah heboh pisan hahaha.

Saat kami tiba, hanya ada dua orang pengunjung di sana. Mungkin karena masih pagi. Tapi makin siang ternyata makin ramai. Serombongan anak-anak remaja datang dan ikut berenang. Memang ya, nyalinya yang masih muda dan yang udah jelang lansia itu beda. Anak-anak remaja ini santai banget bolak balik naik ke tebing lalu melompat. Mantap dah.

Sementara kami emak-emak, harus cukup puas berenang-renang di kolam biru. Sesekali mengapung, sesekali berenang ikut arus air, sesekali membuat formasi, yang penting seru dan bisa foto-foto syantik sebagai bukti otentik. Pokoknya kalau udah ke sini, pasti bakalan menikmati banget deh. Gak ada sedih-sedih. No baper-baper club.

Pergilah sedih
Pergilah resah

Pergilah gundah
Jauhkan resah
Lihat segalanya lebih dekat
Dan ‘kubisa menilai lebih bijaksana

Hayoooo…. Siapa yang baca sambil nyanyi. Pokoknya kalau udah ke sini, gak ada deh yang namanya gundah dan galau. Semua pasti happy.

Perjalanan Pulang yang Menegangkan

Puas bermain air, kami mandi, berganti pakaian, lalu makan lagi. Hahaha… daripada dibawa pulang lagi makanannya to. Mending dihabisin, buat meringankan beban di bahu juga. Soalnya untuk balik ke parkiran, kami harus mendaki.

Nah, bagian terberatnya adalah ketika harus kembali melintasi jalur berliku dan berlubang tadi. Kalau waktu datang jalannya nanjak, kali ini turun. Fyuh… belum jalan aja saya udah deg-degan. Banyak-banyak melangitkan doa agar perjalanan ini selamat.

Udah kelar mandi, narsis dulu sebelum pulang

Beriringan kami melajukan motor. Sembari tetap menjaga jarak satu sama lain. Rem tak pernah lepas dari genggaman. Sampai kram rasanya tangan saya karena terus menerus menekan rem sembari mengarahkan kendaraan mencari celah untuk melintas. 

Saya sempat agak terkendala. Saat melintas jalan berbatu dan berlubang, karena getaran yang cukup kencang, kacamata dan helm saya turun. Menutup arah pandang ke depan. Kondisi jalan sedang turunan tajam, tak mungkin saya melepas rem. Akhirnya pasrah saja hanya bisa melihat ke bawah, tak bisa melihat di arah depan, sembari berdoa semoga kawan yang depan tak terlalu dekat jaraknya juga tak ada kendaraan lain dari arah berlawanan. Benar-benar menegangkan.

Wajah-wajah ceria sebelum perjalanan pulang yang menegangkan

Bersyukur banget, Tuhan menjaga kami dalam perjalanan ini. Semua sampai ke jalan utama dengan selamat. Setelah di bawah, barulah kami bisa bernafas lega. Usut punya usut, ketika kemudian kami ngobrol saat sudah ngumpul di tempat tenang, ternyata semuanya tegang. Dan katanya sih kapok ke sana lagi. Kapok ketemu jalan ekstrim begitu. Tapi ya mari kita lihat saja nanti. Sepertinya ini hanya tobat-tobat sambal. Namanya udah hobi trekking, besok-besok juga bakalan ikut lagi hahaha.

Perjalanan ini begitu berkesan buat kami. Tak ada gundah dan galau di Cibulao. Gundah dan galaunya di perjalanan. Semoga nanti ke depannya jalur ke sana lebih baik lagi dan bisa dilintasi kendaraan roda empat dengan aman dan nyaman. Sekarang sih bisa juga, tapi harus yang agak tinggi dan tahan banting. Kalau pakainya jenis sedan, city car dan sejenisnya mending cari tempat lain saja deh. Gak usah nyari penyakit ke sana.

Gimana, adakah yang berminat uji nyali ke Cibulao?

Salam

Arni

42 thoughts on “Tiada Gundah Tiada Galau di Curug Cibulao

  1. Pas baca judulnya ada kata Curug Cibulao langsung nebak ini di daerah tanah sunda karena namanya familier sekali dengan istilah-istilah sunda: curug, cai, bulao which is air terjun berwarna biru, ya.
    Bogor lumayan banyak juga ya spot air terjunnya. Next main ke sampingnya Bogor, Sukabumi, Mbak. Di Sukabumi air terjunnya tak kalah banyak juga, must try

  2. Huaaaaaa, pemandangannya cakep bener. Meski membayangkan jalur perjalanan yang sedikit menantang, bikin maju mundur dan rada gimana ya 🤣

    Dan, Aku setuju banget, kalo emang udah dari awal suka ama trekking, mau sesulit apapun medannya bakal tetep dijajal. Mirip dengan kisah perjalananku ke Kawah Ijen tahun lalu. Meski jalurnya ada dua, eh Aku dan rombongan malah milih jalur yang lebih panjang dan ekstrim demi bela-belain liat pemandangannya. Ampun dah, mana jalannya juga tengah malem agar bisa ngejar Blue Fire yang munculnya jam 2-3 pagi aja.

  3. Sejuk banget lihat alam² gini apalagi ada air mancur yang suaranya bikin adem. Anyway, kalau mau camp di sana bisa nggak sih kak? Atau adakah camp ground di tempat wisatanya?

  4. Tiada gundah tiada resah adanya hepi selaluuu. BTW ternyata kalian tetap setia motoran toh? Wah seruuu seruuu. Sebagai orang yang enggak bisa motoran, bisanya cuma mbonceng, aku iri. Lah kalau pergi begini aku mezti cari tebengan.

  5. Duh kak berhasil bikin saya mupeng buat main ke Curug, sayang nih sekarang masih kemarau jadi Curug disini pada nggak ada air. Menyenangkan banget emang ya jalan-jalan bareng gitu

  6. Kwkwk tobat-tobat sambal…kalau uji nyali dan hasilnya puas hati pasti dicoba lagi. Perjalanannya benrean menegangkan ya ikut deg-degan bacanya, apalagi pas pulang. Tapi kebayang serunya, ngeriung bareng di bawah curug dan menikmati bermain air sedingin kulkas yang segaaar

  7. Phai Yunita S Wijaya says:

    salut ini buat Ibu-ibu yang selalu kompak ngebolang, di sela tugas negara setiap harinya. Aku jadi penen ikuan nyebur dalam di kolam birunya. segar banget ya.

  8. wisata yang lewat perjalanan sulit begitu emang berasa lebih nikmat ya mba pas sampainya. tapi gak enaknya emang pas pulang ya, krn tenaga udah abis, yg dituju jg udah dapat haha

  9. Trekkingnya aman ya tapi malah jalan menuju tempat trekking yang deg-degan, aku jadi ingat tempat wisata di Kalimantan Selatan, di daerah Loksado namanya. Jalan menuju ke tempat wisata sepertinya mirip seperti menuju Curug Cibulao ini, tanjakan dan turunan dengan tebing dan jurang di sisi-sisinya, sangat menegangkan rasanya

  10. Musthofa says:

    Ini sih memang sangat menantang. Apalagi kalau pas di sungai. Tapi track nya terlihat menyenangkan. Jadi inget dulu pas sering naik gunung

  11. Tempatnya sih pengen bikin ke sana tetapi pas baca perjuangan naik dan turun dari sana, huft kayaknya aku nyerah deh kak hehehe… cari rute yang aman2 aj aahh…. 😀

  12. Baru kali ini mampir ke blognya Mba. Tulisannya enak pisan dibacanya 😍 Makin suka lagi karena ditambahkan foto-foto. Oiya, aku bacanya juga sambil nyanyi, hehe 😁

  13. Andri says:

    Wahhh seru banget ya kak perjalanannya, dari awal sampe akhir emang bikin tertantang banget buat sampe kelokasi. Apalagi pemandangan diakhirnya seperti ini, terbayarkan banget deh

  14. Asyik banget mbak ada kolam birunya gitu. Cuma ngapung2 doank aja udah healing wkwk.
    Ooo jadi jalur trekkingnya sebenarnya gak panjang tapi menuju ke lokasinya yang megelin ya?
    Itu kemping 35 ribu bawa tenda sendiri ya? Kalau sekalian mau sewa tenda bisa gak dan berapaan ya ratenya?

  15. Wow ada Curug gini masuk Cilember kak? Wah sayang klo dilewatkan nih, pernah nginap dulu di cilember tapi tidak menikmati Trekkingnya, akh mau banget itu uji nyali melombang dari tebing ha ha ha, seru kali kalian kak

  16. wuah bagus sekali ini curug cibulao, adem dan segar sekali melihatnya, btw mba ini kalau datang grup minimal berapa orang yah ? dan anak-anak dibawah 10 tahun sudah diperbolehkan juga kah untuk ikutan body rafting ?

  17. Kalau lihat HTM nya rasanya terlalu murah untuk mendapatkan view seindah ini apalagi badan juga ikutan sehat karena banyak gerak selama traking. Kapan-kapan mau cobain deh ke curug ini. Enggak tahan pengen pephotoan

    • Hwaaaa..aku kepincut pengen berenang juga…airnya itu lho, bisa kebiruan gitu ya kak..aaahh sayangnya di Sukabumi, kudu masukin wishlist dulu, siapa tahu nanti bisa kesana kapan-kapan

  18. Bener yah gak ada habisnya curug curug di Bogor tuh…
    Apalah aku yg tahu nya curug nangka aja..
    Buat pecinta bolang seruuu nih apalagi bareng besti..

  19. Memang sesuatu yan indah itu dibalut dengan ketidaknyamanan yaa..
    Aku uda jiper banget liat medan menuju Curug Cibulao atau pas pulangnya. Padahal mah yaa.. kalo uda sampai lokasinya tuh beneran se-bahagia ituu..
    Hihihi..

  20. Airnya bening banget ya… Beneran cibulao ini mah…
    Jalannya juga ajib, beneran menantang. Meski berada di daerah Bogor tapi masih asri banget. Senang dan seru ini perjalanan yang tidak akan terlupakan

  21. Curug cibulao ini keliatan indah dan adem banget. Cocok sekali buat healing di tengah padatnya kerjaan. Sekali-kali hirup udara segar kan ya…

  22. Curug cibulao ini keliatan indah dan adem banget. Cocok sekali buat healing di tengah padatnya kerjaan. Sekali-kali hirup udara segar kan ya….

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *