Donut1

Abhiseka Samapta Diwyottama Siwalaya 1168 dan Parisudha Agung Paripurna Candi Prambanan

 “Denting suara genta berpadu mantra suci memecah keheningan. Hembusan pawana menangkup sayup lantunan puja, seiring swastamita mengawal petang mengantar lingsir bagaskara. Sukma berdetak, menyambut sakralnya upacara. Tanpa bisa ditahan, air mata menitik haru. Di sini, di pelataran Candi Siwa, kami menyatukan bayu sabda idep, menyerap energi suci dari warisan leluhur, Prambanan yang Agung”.

*****

Kembali Ke Prambanan

Sejujurnya untuk memulai membuat catatan perjalanan ini, saya agak kebingungan menuliskan kalimat yang tepat untuk menggambarkan suasana hati saya yang tak biasa. Setiap kali menjejak Prambanan, saya menemukan kesan berbeda. Prambanan selalu punya pesona yang membuat saya tak henti-hentinya berdecak kagum. Memandang kemegahannya, membayangkan suasana masa lampau, merasakan energi yang terpancar.  Padahal ini adalah kunjungan ke sekian kali, tapi tak pernah pudar rasa itu.

Continue reading “Abhiseka Samapta Diwyottama Siwalaya 1168 dan Parisudha Agung Paripurna Candi Prambanan”
Donut1

Abhiseka Siwa Grha 1166 Candi Prambanan

 

Rikala nikanang saka wualung gunung sang wiku samarggacira suklapaksa sawelas ya na tang titihi wrehaspati wagai lawan mawurukung …………. sinima ya na tang humet trima harang huma sahiyang alih tampah taikang huma tumama rikeng Siwagrha”.

Begitu kira-kira isi Prasasti Siwagraha yang berisi sejarah peresmian bangunan suci untuk Dewa Siwa, yaitu Siwagrha dan Siwalaya yang berarti “Rumah Siwa” atau “Kuil Siwa” sehingga memberikan uraian terperinci yang menandai puncak kebangkitan kerajaan Mataram Kuno di bawah kepemimpinan Rakai Pikatan.

Continue reading “Abhiseka Siwa Grha 1166 Candi Prambanan”
Donut1

Wisata Sejarah, Menapak Jejak Masa Silam

Melangkah menyusuri tiap inci bangunan tua, menghantarkan raga memasuki lorong waktu.  Bukan sekedar tumpukan bebatuan tak bernadi, ribuan kisah pernah tercipta di sana.  Selaksa makna melekat dalam setiap bagiannya.  Angin berhembus di sela dedaunan, bersenandika sembari membisikkan pesan bagi jiwa-jiwa pelestari teruntuk kebaikan hari ini dan esok.

Setiap kali berkunjung ke bangunan bersejarah,  hati saya berdebar kencang.  Rasa penasaran akan masa lalu dan kisahnya yang menarik selalu berhasil menaikkan adrenalin dan semangat saya untuk mencari tahu ada peristiwa apa pada masa lampau yang tersimpan di balik dinding-dinding tua, tumpukan bata, arca-arca, meja kursi dan semua yang ada disana.  Saksi bisu ratusan bahkan ribuan kisah dari masa silam.  Kalau mereka bisa bercerita, bisa dipastikan akan mengungkap banyak rahasia tersembunyi.

Continue reading “Wisata Sejarah, Menapak Jejak Masa Silam”
Donut1

Terpikat Pesona Dieng, Negeri Kayangan Nan Jelita

“Udara dingin langsung terasa menembus tulang, di luar sana hembusan angin lembut tak kuasa menghalaunya hingga menghasilkan butiran-butiran embun yang menempel di setiap dinding kaca, membuatnya rabun terlihat.  Meski begitu, kecantikannya tak bisa disembunyikan walau benderang sudah bersembunyi di balik selimut malam”

Menulis tentang Dieng, rasanya tak akan cukup hanya satu cerita.  Setiap persinggahan bisa jadi sebuah kisah indah tersendiri.  Berkesan dan tersimpan rapi dalam ruang ingatan.  Menyisakan kenangan yang selalu membuat tersenyum dan memberi rasa hangat di hati.

Bisa sampai ke Dieng, bahagia dalam hati terasa membuncah.  Sejak lama saya memimpikan bisa ke tempat ini.  Sebuah kawasan dengan fenomena alam luar biasa.  Berada di ketinggian, tepat di tengah-tengah pulau Jawa.  Dieng berasal dari bahasa Sanskerta yaitu “Di” yang berarti “tempat” atau “gunung” dan “Hyang” yang bermakna Dewa. Jadi, Dieng berarti daerah pegunungan tempat para dewa dewi bersemayam, Pingkalingganing Buwana.  Sehingga tak mengherankan sebutan lain untuk Dieng adalah Negeri Kayangan.

Continue reading “Terpikat Pesona Dieng, Negeri Kayangan Nan Jelita”
Donut1

Kisah Seribu Pintu Lawang Sewu, Saksi Bisu Perjalanan Sejarah Bangsa Indonesia

Lawang Sewu

“Belum sah ke Semarang kalau belum ke Lawang Sewu,” begitu kata seorang teman beberapa tahun lalu.  Saat itu saya bercerita bahwa sepulang dari road trip ke Bali, kami sempat mampir ke Semarang hanya untuk sarapan lumpia semarang yang terkenal itu.  Dan kami langsun menuju lumpia Gg Lombok yang legendaries.  Setelahnya, cuss tancap gas menuju Bogor.

“Lawang Sewu itu iconnya kota Semarang. Bangunan tua yang punya banyak cerita.  Dari yang seru sampai yang mistis.  Semua ada di sana.  Ayo ke Semarang lagi, nanti kita ketemuan.  Aku antar deh ke Lawang Sewu,” lanjutnya lagi.  Iya, teman saya ini memang tinggal di Semarang, makanya dia semangat 45 promo wisata Semarang.  Selama ini kami kenal via medsos, berlanjut ke WAG dan akhirnya sampai pada obrolan itu. Continue reading “Kisah Seribu Pintu Lawang Sewu, Saksi Bisu Perjalanan Sejarah Bangsa Indonesia”

Donut1

Telusur Warisan Sejarah di Candi Gedong Songo

Gedong Songo

“Ibu-ibu sudah dulu selfie-selfienya ya, angkotnya sudah datang. Nanti di Gedong Songo lagi kita lanjut foto-foto yang banyak,” bu Made Ayu, koordinator rombongan kami mengingatkan.  Begitulah.  Harap maklum ya kalau emak-emak udah ngumpul, rame-rame, udah pada rapi dan cakep, bawaannya pasti pengen foto-foto  melulu.  Haha.

Perjalanan saya kali ini memang ramai-ramai dalam rombongan besar. Ber-50 orang.  Naik bus gede dari Bogor.  Nah, masalahnya bus gak bisa naik ke  Gedong Songo yang memang jalurnya menanjak banget.  Berada di Desa Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang.  Di kaki Gunung Ungaran, pada ketinggian 1.200 mdpl.  Karena itu, bus cukup parkir cantik di hotel tempat kami menginap lalu perjalanan ke atas akan dilanjutkan dengan angkot.

Benar saja, medannya ajiiib. Kebetulan saya dan Prema kebagian duduk di depan, di samping pak supir yang sedang bekerja, mengendali angkot yang terus menerus harus digas namun tetap berhati-hati.  Beberapa kali berkunjung ke candi di beberapa daerah, memang jalurnya butuh kendaraan dengan kondisi prima.  Seingat saya candi yang paling gampang jalurnya hanya Candi Prambanan deh.  Benar-benar di tengah kota dan di tepi jalan utama antar propinsi.  Continue reading “Telusur Warisan Sejarah di Candi Gedong Songo”

Donut1

Damai dalam Senandung Sunyi Candi Sukuh

Candi Sukuh

Hari sudah menjelang sore ketika kami tiba di Candi Sukuh. Perjalanan melintasi jalur yang cukup meliuk-liuk dengan lereng terjal mengantarkan kami ke candi yang terletak di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyaso, Karanganyar, Jawa Tengah ini.  Bersyukur banget saat kami tiba sepertinya alam cukup bersahabat, ditandai dengan kabut yang hanya tipis-tipis saja melingkupi komplek candi.  Padahal sebelum ke sini, kami sempat hopeless mengingat sebelumnya di Candi Cetho yang berjarak sekitar 10 km dari Sukuh, kami berangkat saat kabut tebal telah turun melingkupi candi sehingga membuat jarak pandang terlampau pendek.

Setelah melapor dan mohon ijin ke kantor pengelola, bersama-sama kami memasuki area candi.  Sama seperti di Cetho, tujuan kami melakukan persembahyangan di altar utama yang terletak di mandala ketiga, mandala tertinggi Candi Sukuh.  Karena sudah mengenakan pakaian adat (kemben, kebaya, blangkon dll), maka kami tak perlu mengenakan kain kotak-kotak yang umumnya dibagikan kepada pengunjung yang mengenakan pakaian biasa.  Continue reading “Damai dalam Senandung Sunyi Candi Sukuh”

Donut1

Kearifan Lokal Desa Sade, Lombok Tengah

Desa Sade

Saat berkendara menuju Pantai Kuta Mandalika lalu ke Tanjung Aan dan Bukit Merese kami melintasi sebuah desa yang dari luar tampak sangat unik. Sekilas ramai oleh pengunjung.  “Ini Desa Sade, desa tradisional yang jadi desa wisata karena masih memelihara adat istiadat dan budayanya. Nanti kita ke sini, sekarang ke pantai aja dulu,” kata Ari, guide kami hari itu yang kemudian melajukan kendaraan menuju pantai Tanjung Aan dan Bukit Merese

Dan jadilah setelah berpanas-panas ria di pantai, dalam perjalanan menuju ke penginapan kami mampir sejenak ke Sade yang terletak di Rembitan, Pujut, Lombok Tengah.  Makanya wajah kami udah yang super kucel deh pas ke Sade hahaha.  Harap maklum yaaaa

Bangunan tradisional khas Lombok menyambut kedatangan kami di Sade, bentuknya mengerucut dan dikenal sebagai lumbung. Dalam perjalanan selanjutnya di kota Mataram dan sepanjang jalan di Lombok, kami menemukan banyak sekali bentuk-bentuk bangunan serupa, bahkan di bangunan permanen sekalipun, selalu ada bentuk lumbung di atasnya. Continue reading “Kearifan Lokal Desa Sade, Lombok Tengah”

Donut1

Damai dan Cinta di Klenteng Sam Poo Kong

Sam Poo Kong

Hari masih pagi ketika kami tiba di Klenteng Sam Poo Kong, salah satu bangunan bersejarah di kota Semarang yang hingga kini masih digunakan sebagai tempat peribadatan umat Tri Dharma (Konghucu, Tao dan Buddha).  Suasana meriah menyambut kedatangan kami, lampion merah tampak menggantung di banyak tempat.  Para petugas klenteng tampak bersiap-siap.  Kebetulan kami datang beberapa hari sebelum upacara Cap Go Meh, maka tak heran, suasana di sini meriah sekali.

Seperti klenteng-klenteng pada umumnya, bangunan di sini sangat kental nuansa negeri Cinanya.  Atap bersusun dua atau tiga dengan ujung runcing, dilengkapi ornamen-ornamen oriental dengan warna cerah  yang menjadi ciri khasnya.  Klenteng Sam Poo Kong terletak di daerah gedung Batu, Simongan, Semarang.  Tak terlalu sulit untuk menuju ke sini, meski merupakan tempat ibadah, namun Klenteng ini sangat terbuka untuk kunjungan wisatawan juga.  Yang paling penting sebagai pengunjung, kita harus bisa menjaga sikap dan tutur kata untuk tetap sopan dan saling menghargai. Continue reading “Damai dan Cinta di Klenteng Sam Poo Kong”

Donut1

Jelajah Sangiran, Mengintip Jejak Nenek Moyang Manusia

Museum Sangirang

Besok kita ke mana?” tanya Cah Bagus saat kami sejak bersantai menikmati dinginnya malam di lereng Gunung Lawu.  Menyusuri kebun teh yang terhampar di sepanjang jalan Dusun Jlono, Kemuning.

“Bagaimana kalau kita ke Sragen saja. Ke Museum Sangiran.  Ayah udah cek maps, perjalanan sekitar 1 jam dari sini.  Gak terlalu jauh kok,” Usul Ayah.

Mau… mauuuu….,” Kami langsung setuju

Mumpung sedang liburan di Karanganyar, masih ada waktu sehari sebelum kembali ke Jakarta. Meski berangkat tiga keluarga dari Bogor tapi sepertinya kali ini kami akan ke Sragen sekeluarga saja.  Sepulang dari Candi Cetho dan Sukuh tempo hari, keluarga Pak Agus Widodo melanjutkan perjalanan ke Blitar.  Sedangkan keluarga Pak Paryanto, berencana bertandang ke rumah keluarganya di Tawangmangu.  Continue reading “Jelajah Sangiran, Mengintip Jejak Nenek Moyang Manusia”