Menikmati Kerak Telor Betawi

Eh hujan gerimis aje

Jangan malas jangan molor

Eh eneng klo ke Jakarte

Jangan lupa icip kerak telor

Hai hai… adakah yang doyan makan kerak telor? 

Itu lho jajanan khas Betawi yang sering kita jumpai di festival-festival atau acara budaya di Jakarta.

Awal-awal menjejakkan kaki di Jakarta 15 tahun yang lalu, saya diajak ke PRJ (Pekan Raya Jakarta), sebuah ajang tahunan yang rutin digelar di Jakarta.  Disanalah pertama kali saya mencicipi kerak telor.  Entah apa yang salah, lidah yang belum terbiasa atau memang adonannya kurang mantap, kesan pertama saya adalah : Kecewa.  Aromanya amis luar biasa, lalu serundengnya juga hambar.  Cukup mencoba di gigitan pertama, lantas saya sudah tak ingin melanjutkannya. Saya bahkan sampai menghindari telur bebek setelah kejadian itu, aromanya sekian lama melekat dan bikin saya trauma.

Bertahun-tahun kemudian, di sebuah event AyoDI (Ayo Dongeng Indonesia) yang diadakan di Kampung Betawi Setu Babakan, kembali saya bertemu dengan si kerak telor.  Dalam rangkaian tour kampung Betawi yang diikuti Prema,  salah satu agendanya adalah membuat kerak telor.  Kali ini, sejak pertama masuk lokasi aroma kerak telornya semerbak sekali seolah mengundang pengunjung untuk mencicipinya, termasuk saya yang ikutan tergoda, melupakan trauma dan sibuk mencari-cari darimana sumbernya.

Bahan utama kerak telor adalah telur bebek.  Kalau ada yang pengen pakai telur ayam juga gak apa-apa sih.  Tergantung selera saja.  Tapi konon katanya memang lebih sedap dan gurih kalau pakai telur bebek.  Selain itu, ternyata telur bebek ini mempunyai banyak khasiat lho antara lain :

• Kandungan vitamin A yang tinggi. Setiap 1 butir telur bebek mengandung vitamin A sebesar 472 IU yang sangat baik untuk kesehatan mata.
• Menangkal radikal bebas karena kaya anatioksidan.
• Membantu melancarkan metabolisme tubuh.
• Memperkuat tulang dan gigi
• Menambah vitalitas pada pria

Mungkin karena khasiatnya ini yang membuat telur bebek biasanya lebih mahal dibanding telur-telur lainnya.  Apalagi di tukang-tukang jamu, telur bebek biasanya laris manis, saingan sama telur ayam kampung.

Yuk, Bikin Kerak Telor

“Sayaaaaa!” Prema yang memang anaknya suka penasaran langsung tunjuk tangan saat ada tawaran mencoba bikin kerak telor dalam tour budaya Betawi tempo hari.  Setelah sebelumnya memperhatikan denngan seksama cara pembuatan kerak telor, kali ini penuh semangat dia mencoba membuatnya sendiri.

Jajanan betawi yang satu ini khas banget. Cara pembuatannyapun sangat unik. Menggunakan beras ketan yang telah direndam semalaman, setelah melunak, siap untuk dipanggang di atas bara dengan tungku tradisional.  Berpadu dengan telur yang diberi aneka bumbu, taburan serundeng dan ebi memberi cita rasa yang tak mudah dilupakan dan bikin nagih. Bagian memanggangnya ini yang unik, langsung diatas bara lalu ada sesi membalikkan wajan saat kerak telor sudah setengah matang.  Inilah yang kemudian memberi aroma khas pada kerak telor itu.

Hasilnya, kerak telor yang sedap sekali.  Saya langsung lupa kalau pernah trauma.  Bahkan Prema yang baru pertama kali makan kerak telor juga langsung menyukai rasanya.  Sampai nambah lho dia. “Bentuknya seperti pizza ya, Bu,” begitu katanya saat melihat yang sudah matang dan terhidang dipiring kertas.  Ya ya, kerak telor ini adalah Pizza Betawi, Nak.

Kali berikutnya saat kami bersiap menonton Drama Musikal Khatulistiwa di TIM (Taman Ismail Marzuki) tempo hari.  Ada abang pedagang kerak telor mangkal di area bazzar.  Prema langsung mengenali aromanya dan, “mauuuu…. Prema mau kerak telor bu!” katanya bersorak gembira.

Baca juga : Menembus Lorong Sejarah Lewat Drama Musikal Khatulistiwa

Dan lagi-lagi, Prema ingin membuat sendiri.  Untung Abangnya baik hati, dengan sabar dia membimbing Prema membuat kerak telor.  Bahkan saat kemudian ada anak lain yang memesan kerak telor, Prema tetap diberi kesempatan untuk membantu membuatkan. Anaknya senang, abangnya juga seneng karena kerak telornya laku.  Haha. Win win solution banget ya.

Baca Juga : 6 Jajanan Tradisional Bali yang Siap Menggoyang Lidah

Kerak Telor yang Membuat Jatuh Cinta

Konon katanya, kalau benci jangan terlalu dalam.  Nanti malah kualat dan jadi jatuh cinta.  Rupanya itu tak hanya berlaku pada urusan percintaan dua insan aja ya.  Untuk urusan makan juga.  Saya yang dulu sempat sebel sama kerak telor sekarang jadinya sebel beneran.  Tapi kali ini sebelnya punya kepanjangan : Senang Betul.

Dari sini saya belajar.  Dalam hidup kita banyak lho mengalami hal-hal yang bikin bad mood, marah, kecewa dan sejenisnya.  Silakan marah, silakan kecewa tapi jangan berlebihan.  Segera move on, buka hati,  buka diri untuk memaafkan dan melupakan. Sebab kita tak pernah tau apa yang akan terjadi di masa depan.  Jalan hidup mungkin akan kembali mempertemukan kita dengan mereka yang pernah membuat kecewa dan bisa jadi dalam suasana berbeda dimana kita harus berjalan bersama, bekerja bersama dan lain-lain.

Maka begitulah, kita hanya perlu membenci seperlunya, mencinta secukupnya dan bersyukur sebanyak-banyaknya.

Salam kerak telor

Tulisan ini merupakan bagian dari #KEBloggingCollab dari Grup Butet Manurung dengan Post Trigger tentang Nostalgia Kuliner Bandung di Web KEB ditulis oleh Mak Rina Susanti pemilik www.rinasusanti.com

Tulisan lain terkait tema kuliner dari grup yang sama antara lain Mangut Ndas Mayung di Semarang, Si Picky Eater,  Bakso Garut dan Makan Jajan Ngobrol di Aiola Eatery Surabaya.  Yuk wisata kuliner lewat tulisan