Wuaaa gak terasa sudah hari ketiga saja. Ini hari terakhir kami di Belitung. Dengan penerbangan sore, kami akan kembali ke Bogor. Hiks. Rasanya pengen tinggal lebih lama deh. Rasanya tak ingin mengakhiri liburan asyik ini. Belum semua tempat kami kunjungi. Tapi begitulah, memang jangan dihabiskan semua, biar ada alaan untuk kembali. Iya khan?
Kemana di hari terakhir?
Ou tenang. Jelajah hari ketiga tak kalah seru dengan pertama dan kedua. Kali ini kami jalan-jalan di sekitar Tanjung Pandan. Banyak lho spot cantik yang wajib dikunjungi. Ikuti saya yuk!
Baca juga : Visit Belitung day 3 Jelajah Pulau-pulau Tanjung Kelayang
Pantai Tanjung Pendam
Selama di Belitung, kami menginap di hotel Grand Hatika. Reviewnya menyusul di artikel tersendiri ya. Asyiknya, hotel ini tepat berada di depan Pantai Tanjung Pendam. Tinggal ngesot deh kalau mau main ke pantai. Konon katanya, sunset di Pantai ini juara.
Berhubung dekat, kami bolak balik ke Pantai Tanjung Pendam. Hari pertama, sepulang dari Belitung Timur, setelah check in di hotel, beberes barang, kami turun ke pantai. Tapi sayang, kami kesorean. Matahari turun begitu cepat. Mungkin dia lelah terus bersinar terik sepanjang hari. Padahal sekilas, saat kami memasuki lobi hotel, tampak bulat jingga sempurna di ufuk barat. Ndilalah saat kami turun tak lama kemudian, bulatnya telah kembali ke peraduan, menyisakan senja hangat dan temaram dan air laut yang surut jauh sekali ke tengah sehingga kami bisa berlarian bebas di padatnya pasir pantai.
Hari kedua, kami pulang saat kondisi hujan lebat dan angin kencang. Tak mungkin turun ke pantai. Lagipula Prema sudah tertidur sejak masih dalam perjalanan. Lelah berenang dan bermain air seharian. Maka, lagi-lagi sunset indah itu tak kami temui. Ah… memang belum berjodoh rupanya. Meski begitu, malam hari usai menikmati makan malam, kami sempatkan untuk berjalan-jalan di sepanjang bibir pantai. Kali ini air laut tengah pasang. Suara live music terdengar bersahut-sahutan dari cafe-cafe di sekitar pantai. Malah katanya, Bang Andre, tour guide kami selama 2 hari ini juga ikut bernyanyi di salah satu cafe tersebut.
Menjauh dari hingar bingar suara musik, kami menikmati sunyinya pantai dengan berjalan-jalan di tepi pantai. Menikmati malam, debur ombak, bercahayakan bulan dan bintang yang bersinar. Di kejauhan, di tengah laut, tampak lampu berkedip hilang timbul. Sepertinya ada nelayan yang turun untuk mencari kepiting. Ingatan saya melayang pada suasana seperti ini puluhan tahun lalu, saat di Kendari, camping di tepi pantai bersama teman-teman. Ah, rindu saya terobati. Bonus indahnya, kali ini saya menikmatinya bersama orang-orang tercinta. Apalagi yang lebih indah dari ini?
Dan tibalah pagi di hari terakhir. Kali ini Prema tak berenang di hotel. Kami memutuskan untuk berjalan pagi di pantai (lagi). Tadinya sihpengen sepedaan, apa daya kami telat, sepeda yang disediakan pihak hotel sudah habis. Eh tapi, rejeki memang tak kemana. Sedang asyik menghirup udara segar dan bermain di pantai, dua orang tamu hotel lewat dengan sepedanya. Dapat deh pinjaman. Tombo penasaran.
Satu yang jempol banget buat pengelola pantai, kebersihan yang selalu terjaga. Mengingat saat malam pantai ini cukup ramai, ternyata saat kami kembali di pagi hari, tak banyak sampah berserakan. Kesadaran pengunjung untuk tak membuang sampah sembarangan cukup tinggi. Beberapa petugas kebersihan juga tampak sigap membersihkan. Semoga bisa jadi contoh bagi pantai-pantai lainnya di Indonesia.
Pantai Tanjung Tinggi
Pecinta Laskar Pelangi mana suaranyaaaa? Yups di hari terakhir ini kami menuju ke Pantai Tanjung tinggi atau lebih dikenal sebagai Pantai Laskar Pelangi. Nama yang disematkan sejak pantai ini digunakan untuk lokasi syuting film Laskar Pelangi yang fenomenal itu
Baca : Jelajah Tanjung Kelayang
Ingat adegan Mahar bernyanyi-nyanyi di atas batu super gede? Atau adegan anak-anak yang berlarian, bermain dan bercanda ria di sela-sela batu? Seru sekali ya. Saat ke pulau-pulau Tanjung Kelayang sehari sebelumnya, saya pikir batu-batu yang kami temui sudah sangat besar. Ndilalah, batu-batu di Tanjung Tinggi ini jauh lebih gede-gede lagi. Dan banyaaaaaak. Bentuknyapun unik-unik. Dari yang panjang mebentang, lonjong, kotak menjulang serupa gedung tinggi, bulat telur dan lain-lain. Lagi-lagi kami dibuat takjub olehnya.
“Karunia Tuhan, bu!” begitu kata bapak petugas kebersihan yang sapunya sempat saya pinjam untuk properti foto, ketika saya tak mampu menyembunyikan rasa kagum melihat batu-batu raksasa ini.
“Bagaimanapun, kami sangat berterimakasih pada Pak Cik Andrea Hirata. Berkat buku dan kisah Laskar Pelanginya, geliat wisata Belitung langsung bangkit. Apalagi sejak Filmnya tayang, makin banyak orang yang berkunjung ke Belitung. Pantai Laskar Pelangi ini jadi salah satu destinasi favorit wisatawan,” Jelas Bang Fero, tour guide yang menemani kami di hari ketiga.
Iya, di hari terakhir ini tour guide kami berganti. Tetap bersama Picniq Tour tapi guidenya bang Fero. Bang Andre mendapat tugas lain, memandu rombongan yang jauh lebih besar. Tapi tak apa, Bang Fero ini sama asyiknya dan ramahnya, kok. Meskipun pagi-pagi ada sedikit miss communication salah jemput hotel. Kami nunggu di lobi Grand Hatika, Bang Fero jemputnya di lobi hotel mana hahaha. Pagi yang koplak dan kocak.
Berlompatan dari batu yang satu ke yang lain. Bergantian dengan pengunjung lain. Pose sana pose sini, Prema mulai merengek minta berenang. Pagi tadi dia memang tak sempat berenang di hotel, jadi ya sebagai gantinya, berenang di pantai deh.
Sementara Prema berenang, emak sibuk pepotoan. Kapan lagi khan bisa pepotoan di tempat kece. Demi feed yang cakep #ngakakjaya hahahahaha
Usai berenang, kami sempat santai sejenak menikmati air kelapa segar. Pelepas dahaga yang istimewa. Apalagi yang lebih nikmat dari menyeruput air kelapa langsung dari batoknya, di lokasi yang menyajikan pemandangan nan elok, bersama orang-orang tercinta. Surgaaaaaa.
Batik Sepiak
Sebagai negara yang terkenal dengan batiknya, hampir semua daerah di Indonesia mempunyai corak batik khas. Mega mendung dari cirebon misalnya, menggambarkan awan berarak yang senantiasa hadir di langit Cirebon. Begitu juga dengan batik-batik dari daerah lain yang masing-masing memberi gambaran kuat dan daya pikat daerah asalnya.
Jika berkunjung ke Belitung, sempatkanlah mampir ke Batik Sepiak. Aneka kain cantik tersedia di sini. Juga berbagai souvenir berupa tas, gantungan kunci, topi, pajangan, sandal, kaos dll termasuk batik dengan motif-motif yang mewakili alam Belitong.
Mata saya tertuju pada batik dengan motif daun simpur (baca : Simpor). Daun unik yang bikin saya penasaran sejak pertamakali melihatnya. Saat baru mendarat, kami diajak sarapan mie belitung. Mie dengan kuah dari kaldu udang dan topping sayuran yang disajikan di piring dengan alas daun simpur. Daunnya lebar, tebal dan kokoh. Tak mudah robek. Saya sempat mencoba menekuknya dalam lipatan, saat dibuka lipatannya tak meninggalkan bekas atau patahan pada daun. Pantas saja kemudian dijadikan sebagai alas/pembungkus nasi di Belitung.
Keunikan daun inilah yang kemudian menginspirasi pengrajin kain batik di Belitung untuk menghadirkannya sebagai motif khas Belitung. Saya memilih satu kain berwarna dasar orange yang diatasnya dilukis daun-daun simpur. Cantik sekali. Hijau berpadu orange, menjadikan warnanya cerah dan menarik.
Pokoknya, kalau kalian ke Belitung, mampirlah ke Sepiak dan dapatkan aneka kain dengan motif-motif cantik dan istimewa.
Rumah Limas
Usai makan siang, kami kembali ke hotel untuk check out. Hiks, rasanya masih berat untuk menutup liburan seru ini. Tapi, hidup adalah perjalanan. Tak elok untuk berhenti di satu destinasi saja. Jadi mari lanjutkan perjalanan.
Tak hanya punya alam memesona, Belitung juga punya adat budaya memikat. Beberapa dihadirkan dalam ruang pamer di Rumah Limas, rumah adat Belitung yang terletak di lingkungan rumah dinas Walikota Tanjung Pandan.
Sayangnya, saat kami ke sana sekitar pukul 2 siang, rumah limas sudah ditutup. Sepertinya petugas yang berjaga sudah pulang sehingga kami sudah tidak bisa masuk ke dalam. Cukup duduk-duduk di teras rumah dan menikmati angin sepoi-sepoi yang berhembus manis sembari mendengarkan “dongeng” dari Bang Fero tentang keistimewaan rumah limas.
Menurut Bang Fero, rumah limas berupa rumah panggung terdiri dari 2 bangunan yang berjajar ke belakang. Bangunan depan sebagai ruang keluarga dan menerima tamu dan bangunanbelakang untuk dapur dan kegiatan lainnya. Kedua bangunan ini terhubung oleh selasar panjang tempat anak-anak biasa bermain. Rumah limas memiliki teras depan yang luas, biasanya digunakan untuk menerima tamu. Bila tamu sudah cukup akrab atau memiliki hubungan kekerabatan yang dekat, maka akan dipersilakan masuk ke dalam rumah. Ruangan dalam rumah di buat tanpa sekat, sebagai simbol keterbukaan antar sesama penghuni rumah. Tak ada kamar-kamar sebagai area pribadi. Semua bergabung menjadi satu.
Adapun rumah limas yang kami kunjungi ini, didalamnya sekaligus dijadikan sebagai ruang pamer adat budaya Belitung, antara lain contoh pelaminan, tradisi makan bedulang , pakaian adat dll, yang sayangnya tak sempat kami lihat. Hiks. Tapi syukurnya, kami sudah sempat melihat beberapa adat budaya ini saat ngenjungak di Kantor Pariwisata Belitung Timur di hari pertama. Lumayanlah, jadi gak terlalu kecewa dan penasaran lagi.
Baca : Jelajah Belitung Timur
Danau Kaolin
Dari rumah limas, Kami langsung menuju Danau Kaolin. Danau Kaolin adalah lokasi tambang kaolin, salah satu bahan pembuatan cat, kosmetik dll. Yang unik dari danau ini adalah warna airnya yang berubah-ubah sesuai cuaca. Seperti siang itu, saat kami datang, warna airnya hijau tosca dimana matahari sedang garang-garangnya bersinar. Di lain waktu, saat pagi atau sore hari, katanya warna air danau ini akan biru seperti lautan. Sayang sekali, kami tak sempat melihatnya.
Melihat warna air danau yang eksotik, saya tergelitik mengeluarkan kain batik bermotif daun simpur yang baru saya beli di Sepiak. Dan benar saja, perpaduan warna air danau dan batik daun simpur ini menghasilkan harmoni yang manis. Semanis modelnya. Ehk yang mau muntah, cari kantong masing-masing ya #melet
Rupanya, Danau Kaolin yang kami kunjungi ini masih aktif. Saya melihat beberapa alat berat sedang beroperasi di kejauhan. Diam-diam saya melangitkan doa, semoga eksplorasi alam yang dilakukan ini tidak berlebihan. Semoga pengelola tetap melengkapinya dengan rehabilitasi dan penghijauan. Bagaimanapun, kegiatan tambang mengeruk kekayaan dalam bumi yang kita cintai. Maafkan kami bumi, maafkan kami Indonesia, maafkan ketamakan kami, maafkan kelancangan kami. Semoga alammu tetap lestari.
Menyesap Kopi Belitung di Hanggar 21
Bertandang ke Belitung rasanya tak lengkap jika tak mencicipi kopi khas Belitung. Kalau teman-teman membaca novel Laskar pelangi atau menonton filmnya, pasti hapal dengan adegan percakapan di kedai kopi. Di Belitung ini, masyarakatnya hampir semua pecinta kopi. Segala topik dari yang ringan sampai yang serius, dibahas di kedai kopi. Konon, mereka bisa duduk berjam-jam di kedai kopi hanya untuk mengobrol. Bahkan icon kota ini adalah teko kopi berukuran besar yang berdiri tegak sebagai tugu kota.
Yang unik, kopi Belitung rupanya bukan dihasilkan dari perkebunan di tanah Belitung. Kopi-kopi ini didatangkan dari Lampung dan daerah-daerah penghasil kopi lainnya. Setelah tiba di Belitung, kopi ini kembali diolah dengan tambahan rempah khusus sehingga menghasilkan kopi dengan aroma dan rasa yang nikmat, sedap dan bikin nagih. Memang benar, selama 3 hari berada di Belitung, saya tak pernah melintasi perkebunan kopi, bahkan dalam perjalanan Tanjung Pandan – Belitung Timur di hari pertama. Yang saya lihat sepanjang jalan hanyalah tanah-tanah kosong dan rawa peninggalan tambang timah.
Terus terang, saya bukan pecinta kopi. Saya juga sangat jarang minum kopi. Tapi saya penikmat aroma kopi. Saat melihat teko-teko berjajar rapi dari ukuran kecil hingga yang tingginya melampaui saya, langsung terbayang ada kopi-kopi lezat yang tercipta didalamnya. Suami saya memesan segelas kopi. Sebelum meminumnya, saya lebih dulu menghirup wangi aromanya. Sulur-sulur otak saya mengirimkan sinyal nikmat kopi yang akan memasuki lambung. Saya coba mencicipi seteguk. Ternyata beneran enak lho. Saya langsung suka. Ngopi sesekali enak juga ternyata.
Kalau kalian ke Belitung, sempatkanlah mampir ke kedai-kedai kopi. Tak sulit kok menemukannya. Hampir di setiap sudut kota, berdiri kedai-kedai kopi. Dan rasanya kenikmatannya
Usai ngopi-ngopi cantik, kami lanjut ke bandara. Mengakhiri perjalanan penuh cerita, ratusan foto-foto narsis bersama keluarga tercinta, kulit yang makin eksotis terpanggang matahari Belitung yang sepertinya berjarak begitu dekat dari permukaan bumi dan tentunya kenangan yang kelak akan memanggil penuh rindu untuk kembali. Menjejak negeri Laskar Pelangi yang begitu inspiratif, memesona, cantik dan memukau.
Belitung. Aku jatuh cinta. Tunggu aku kembali ya
Salam
Arni
Wahhh laagi di belitung ya? Jangan lupa buat mampir ke warung makan saya yaaaa hehe di Jalan Simpang Kerjan air merbau tanjungpandan belitung hhe, tempat ibu sih enak loh makannya hhe :D, sapa tau masih di belitung :D, Kebetulan saya juga di belitung liburan akhir semester kuliah dari jogja
Wah telat nih infonya
Mudah-mudahan saya ada rejeki lagi jadi bisa kembali berkunjung ke Belitung. Makasi infonya mas
duh, itu lautnya tenang bener ya teh, seneng kalau bisa ngabisin waktu di sana 🙂
dan batu berlayar-nya Belitung itu selalu bikin kangen hihi
aku ke sana di tahun 2015 lalu, jadi mau balik lg ke sana euy!
Aku juga masih pengen balik lagi
Rasanya belum puas jelajah Belitung
kocak banget.. pengen sepedaan tapi kesiangan wkwk…
semoga nanti bisa nyusul wisata ke belitung… amiin
Hehe niatnya kurang kuat, masih kalah sama rasa ngantuk dan panggilan untuk gegulingan di kasur empuk
Belitung jadi salah satu bucket list nih, terutama pantai Laskar Pelanginya. Penasaaraaan cakepnya hehehe semoga suatu hari bisa ke sana 😀 aamiin
Pas aku ke sana pas musim hujan Mba. Mau ke Menara di Pulau Lengkuas itu gak jadi karena badai. Terus aku gak dapat sunset cakep kayak di atas tapi bonus lainnya, aku dapat pelangi hehehe.
Pengin ke sana lagiiiii
yah kesiangan bikin gagal sepedaan wkwkw..duh mupeng aku mba semoga bisa kesini pengen liat batu besarnya masyaAlloh 🙂 bener y karunia Tuhan teh mba
aaah tanjung pandan..
jadi dejavu nih mba arniii…
oh iya waktu itu aku ketemu tukang rujak buah yg super enak lho di sana
Suka banget dengan batu2 besar yg ada di Belitung, pengen foto2 di sana. Di tempatku banyak kustomer yg cetak foto dengan latar belakang batu besar.
Belitung emang bikin gak bisa move on klo mau pulang. Tp aku baru tau nih batik sepiak. Next kalo ke Belitung lagi aku mau liat nih batik nya
Pesona Belitung terus memanggil saya. Tetapi, belum juga kesampaian ke sana. 3 hari kayaknya kurang puas juga, ya 😀
Wah jd pengen ke sana …mau ih hehe…serasa ssh lama gak jalan2 nih..liat ini lgs ngiler..
Penggen banget ke sana juga. Sementara ini cuma punya kausnya haha. Suamiku yg pernah ke sana sama kantornya. Destinasinya sama kyk Mbk Arni itu.
Ooo ternyata di sana juga ada batik yang khas daerah sana ya… Baru tau…
Wah, belum pernah ke Belitung dan pengen banget suatu saat bisa berkunjung ke sana nih mbak. Pantainya indah banget deh :))
Dari sebuah kisah bisa lahir ribuan bahkan jutaan kisah lainnya yaa..
Memang Andrea Hirata dengan Laskar Pelangi-nya begitu memesona, secantik tempat yang menjadi latarnya..
Aku mupeng bangets sama pantainya yang bersih, pun bebatuan yang merupakan karunia Tuhan…Ah, kapan kesampaian ke sana dan bisa menghirup juga mencicipi kopi di kedai kopinya…
Semoga nanti bisa:)
Pengen deh jalan-jalan ke Belitung, tempatnya cakep ya mba, pas nih kalau ada yang prewedding.
Saya suka wisata tanjung tinggi banyak batu besar dan pernah jadi spot syuting laskar pelangi juga
Pemandangnnya indah banget ya walaupun keliatannya panas hehe… tapi jadi bikin nostalgia Laskar Pelangi ya.
Wahhh jalan-jalanya seru banget, aku belom pernah kesini mbak, ngeliatnya aku jadi kangen pantai deh.
Ah Belitung emang selalu memukau dg segala keindahan alamnya. Sampe skrg aku penasaran dg Skeolah Laskar Pelangi :”
Seneng banget klo liat wisata alam itu terjaga kebersihannya, duuhh jadi kangen belitung. Lihat foto2nya Mba Putu seru, totalitas klo pose 🙂
Wahahaha totalitas apanya
Sesungguhnya aku tuh mati gaya klo pepotoan, jadi ya gayanya gitu2 ajaaaa