Menuju Keseimbangan Hidup, Belajar dari 100 Cerita Inspiratif

Harapan, memberi kita kebermungkinan untuk hidup dan sukses. Melihat segala peluang yang tadinya tak terlihat oleh kita. Merasakan apa yang tadinya tak bisa kita rasakan. Memikirkan hal-hal yang tadinya tak terpikirkan oleh kita. Dan akhirnya membantu kita untuk mencapai hal-hal yang kita pikir sulit untuk dicapai menjadi sesuatu yang sangat mungkin dicapai.

(100 Cerita Inspiratif, halaman 266)

“Terlalu banyak ini ibu. Kita bayarmi saja sesuai ongkosnya. 35 ribu saja,” kata pak Ode saat menerima selembar uang 50 ribu dari saya.

“Ndak apa-apa, Pak. Untuk beli oleh-oleh cucu-Ta di rumah. Malam tahun baru to,” Ibu saya menjawab dengan setengah memaksa agar Pak Ode tak perlu mengembalikan selisih uang dari pecahan 50 ribu yang diberikan kepadanya sebagai bayaran atas jasanya menjahit beberapa sepatu dan sandal kami.

Petikan percakapan di atas hanya saya sajikan sekilas, yang sebenarnya terjadi adalah semacam berbalas pantun karena Pak Ode terus menolak dan merasa tak berhak mengambil uang lebih, sementara ibu saya ingin memberikannya. Buat Pak Ode, mengambil sesuatu yang melebihi haknya hanya akan membuka peluang pengeluaran yang lebih besar di kemudian hari. Setelah “perdebatan” yang cukup panjang, Pak Ode akhirnya bersedia menerima dengan ucapan terimaksih berkali-kali dan memanjatkan banyak sekali doa baik untuk kami.

Hati saya hangat. Saya belajar banyak siang itu dari seorang Pak Ode, tukang sol sepatu langganan kami yang mangkal di salah satu sudut Pasar Panjang, tak jauh dari rumah ibu saya. Pak Ode tak mau menerima sesuatu yang bukan haknya. Saat sebagian orang kadang memanfaatkan kebaikan orang lain atau bahkan sampai berbohong dan menipu, Pak Ode justru sebaliknya. Dia tak mau menerima sesuatu yang melebihi haknya. Dia bahkan tak mau menerima sesuatu secara cuma-cuma, apalagi karena kasihan.

Sebuah pelajaran berharga yang sangat membekas di hati saya, hingga saat ini. Peristiwa itu sudah berlalu sekitar 5 tahun. Tapi pesan moralnya terus menjadi modal buat saya setiap mengambil keputusan tentang apapun. Jangan menjadi orang yang tamak. Jangan memanfaatkan kebaikan orang lain untuk kepentingan pribadi. Dan bersyukurlah sebanyak-banyaknya.

*****

Judul : 100 Cerita Inspiratif

Penulis : Ni Made Sri Andani

Penerbit : Pustaka Ekspresi

Halaman : 313 halaman

Tahun Terbit : 2021

Teman-teman, cerita pembuka yang  saya sajikan di atas adalah salah satu peristiwa kecil yang pernah saya alami dan sangat bermakna buat saya. Hanya sebuah kisah sederhana tapi memberikan kesan mendalam yang tak mungkin saya lupakan. Pak Ode mungkin “hanya” seorang penyedia jasa di sudut pasar yang bahkan beliau sendiri tak sadar bahwa sudah mengajarkan saya bagaimana menjalani kehidupan penuh makna. Bukankah setiap orang, setiap peristiwa dan setiap tempat adalah guru?

Pesan dan kesan seperti inilah yang saya rasakan saat membaca buku “100 Kisah Inspiratif” yang ditulis dengan manis sekali oleh seorang kakak cantik yang luar biasa, mbak Ade, begitu teman-teman beliau memanggilnya. Setidaknya itu yang saya baca di laman facebook miliknya.

Dengan gaya bertutur yang halus, pemilihan diksi yang pas, maka kisah-kisah sederhana dan “biasa” saja oleh mbak Ade bisa menjadi sebuah kisah istimewa yang sarat makna dan menginspirasi.  Buku ini ditulis dalam rangka merayakan 10 tahun mbak Ade menulis blog, laman diary virtual pribadinya. Bukan berupa novel ataupun cerpen tapi kisah nyata yang benar-benar dialami oleh penulis.  Setiap kisah berdiri sendiri, dari peristiwa-peristiwa kecil  di waktu dan tempat berbeda bahkan dari kisah masa kecil yang sangat manis untuk dikenang.

Seperti judulnya, ada 100 kisah dalam buku bersampul merah hitam ini. Pemilihan warna, corak dan desain sampul pastinya punya makna yang juga dipikirkan secara matang oleh mbak Ade. Sejak membuka dari paket yang tiba di rumah saya, kesan kuat, hangat dan berenergilah yang langsung saya dapatkan pada pandangan pertama. Ada kesan serius dan terasa seperti buku-buku motivasi.  Buat saya, cukup eye catching dan mengundang rasa penasaran untuk mengintip isinya.

Buku ini sempat saya diamkan beberapa hari karena kesibukan lain yang cukup menyita waktu. Sampai sekitar sebulan yang lalu, saya mulai membacanya di pesawat, dalam perjalanan Jakarta – Kendari selama 2 jam 50 menit. Waktu yang cukup panjang untuk membaca tuntas buku ini, demikian pikir saya waktu itu.

Ya, saya biasanya adalah tipe pembaca cepat. Untuk sebuah novel tebal, paling lama saya butuh waktu 3 jam untuk menuntaskannya. Dan saya tipe penasaran, susah berhenti kalau belum tamat. Makanya saya biasa memilih waktu membaca saat benar-benar senggang, atau di malam hari saat pekerjaan rutin sudah tuntas semuanya. Kalau dulu, ketika masih kerja kantoran dan naik commuter line setiap hari, maka waktu 1 jam perjalanan berangkat dan 1 jam perjalanan pulang selalu saya manfaatkan untuk membaca. Dalam tas selalu tersedia 1 buah buku sebagai teman perjalanan.

Apa yang terjadi ketika membaca buku 100 Kisah Inspratif ini?

Ternyata tak mudah menuntaskannya. Dan saya malu pada diri sendiri. Awalnya saya berencana menuntaskan sepanjang penerbangan dan kemudian menulis review buku ini setibanya di Kendari. Kenyataannya, bahkan setengah saja tak berhasil saya tuntaskan.

Apa pasal? Materinya terlalu beratkah? Bukunya membosankan? Apakah bukan genre favorit saya?

Tidak. Semua pertanyaan itu jawabannya : TIDAK.

Buku ini justru sangat menarik. Setiap kisah disajikan dengan indah. Bahkan pesan moralnya disampaikan dengan gamblang. Saya merasa dekat dan seperti mengalami langsung beberapa kisah di dalamnya. Masalahnya hampir setiap menuntaskan sebuah kisah, saya tercenung dan merenung. Bahkan tak jarang membaca ulang. Lalu mengangguk setuju,tersenyum, terdiam dan memikirkan diri sendiri.

Kondisi ini membuat saya tak bisa membaca cepat. Untaian kisah dalam buku ini membawa saya pada perenungan yang dalam. Berkali-kali dalam hati saya mengucap, “benar juga ya,” atau  “setuju banget, ” atau “ya ampun. Saya khan pernah ngalamin ini juga. Tapi gak kepikiran maknanya begini,”

Begitu terus. Dan saya hanya bisa menyelesaikan 21 kisah dalam perjalanan 2 jam 50 menit itu.

Kisah-kisah Indah dan Kutipan Favorit

Sebenarnya semua kisah dalam buku ini saya suka. Masing-masing menyajikan pesan yang luar biasa. Tapi memang ada beberapa yang menjadi favorit saya.

Cerita ke-11 berjudul “Aku Bukan Pemeran Utama” membuat saya terkesan. Dalam film, sandiwara, pertunjukan dan sejenisnya seringkali kita hanya fokus pada pemeran utama. Tapi pernahkah terpikir bahwa pemeran utama gak akan sukses menjalankan perannya dan tampak menonjol jika tak didukung oleh para pemeran pembantu dan figuran. Kisah inilah yang diangkat pada cerita no.11.

Mengambil latar belakang anak mbak Ade yang turut berperan dalam drama musikal di sekolahnya, merasa sedikit minder  karena tidak menjadi pemeran utama sehingga agak enggan memberi tahu orang tuanya tentang acara tersebut. Saya suka cara mbak Ade membesarkan hati anaknya dan membuatnya tetap bangga dengan peran yang harus dilakoni. Bahwa setiap peranan itu penting dan saling melengkapi satu sama lain.

Demikian pula dalam menjalani kehidupan, setiap kita mempunyai peran masing-masing. Dalam setiap peran, tugas kita adalah menjalankan dengan tulus dan sepenuh hati. Tak perlu khawatir jadi pemeran utama, pemeran pembantu atau figuran, yang paling penting adalah berperan dengan baik.

Cerita ke-33 juga membuat saya terkesan. Dari percakapan mbak Ade dengan supir yang menjemputnya dalam sebuah perjalanan dinas keluar kota. Mulai dari obrolan tentang anak sampai pada kesadaran tentang membangun kebiasaan baik, sebagaimana judul cerita ini.

Hal-hal kecil yang menjadi kebiasaan kita saat bergaul di masyarakat itu dimulai dari keluarga. Kejujuran, kebaikan, ketulusan, kebohongan, kejahatan dan sebagainya yang terjadi di masyarakat itu semuanya berawal dari kebiasaan kecil yang tidak diperhatikan terjadi di keluarga

(100 cerita inspiratif – halaman 110)

Kutipan tersebut saya ambil dari kalimat yang diucapkan bapak supir dalam oboran singkat dengan mbak Ade. Menohok kesadaran saya bahwa keluarga adalah sekolah pertama untuk anak-anak kita. Didikan yang baik/buruk, akan membawa anak kita pada sikap dan perilaku sebagaiamana didikan itu dilakukan dalam lingkungan terdekatnya yaitu keluarga. Saya langsung mengevaluasi diri dan melihat kembali pola asuh yang kami terapkan untuk Prema, putra saya.  Sudahkah kami menanamkan nilai-nilai yang baik selama ini? Sudahkah kami cukup memberi contoh yang baik dan bisa menjadi teladan bagi Prema? Ah sungguh, kisah yang satu ini mengena di hati saya.

Kita dengarkan suara keheningan sebelum berdoa, lalu ucapkan syukur dan terimakasih atas apa yang telah dianugerahkan terhadap diri kita hari ini, memohonkan maaf jika ada kekeliruan pikiran, perkataan maupu  perbuatan kita, mendoakan kebaikan dan kebahagiaan orang-orang yang kita cintai dan seterusnya. Jika kita sudah merasa cukup dan siap untuk tidur, lalu kita dengarkan kembali suara keheningan, tersenyumlah dan rasakan diri menjadi lebih santai, ringan dan mengambang dalam kepasrahan. Esok pagi kita akan bangun dengan lebih damai, tenang dan bahagia.

(100 cerita inspiratif – halaman 196)

Selanjutnya pada cerita ke-60 “Mendengarkan Suara Keheningan” adalah sebuah perenungan dalam bagaimana keheningan akan membawa kita pada kesadaran yang lebih tinggi. Mencoba mendengarkan suara-suara alam, suara hati, memahami konsep diri.  Dalam keheningan, kita menyadari bahwa telinga kita berfungsi dengan baik dan pada tingkat yang lebih tinggi akan mengantar pada ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan jiwa. Suara keheningan juga membantu kita lebih mudah berkonsentrasi dan khusyuk saat berdoa, berkomunikasi dengan sang pemilik diri sejati. Saya membaca episode 60 ini berkali-kali dan mendapatkan perenungan yang luar biasa bermakna.

Ah, rasanya terlalu banyak kalau harus saya ceritakan semua. Tak akan cukup satu artikel untuk menulis kutipan-kutipan indah dan rasa yang membuncah saat membaca buku ini. Saran saya, teman-teman yang penasaran dan ingin menikmati buku indah ini, bisa langsung menghubungi mbak Ade saja.

Kritik dan Saran

Sebagai pembaca yang menikmati buku ini secara utuh dan bukan seorang penulis ulung, tak banyak yang bisa saya kritik. Pemilihan judul pas. Jenis dan ukuran huruf yang nyaman dimata. Meski terkesan banyak dengan 100 kisah tapi karena semua berdiri sendiri jadi tak membuat lelah saat membaca. Kita bisa menentukan jeda sendiri, untuk kemudian melanjutkan membaca di waktu yang berbeda tanpa penasaran dengan kelanjutan kisahnya. Setiap sub judul dikisahkan pendek-pendek kok, antara 3 – 5 halaman.

Satu hal yang agak membuat saya merasa kurang pas adalah banyaknya penggunaan kata “saya” sebagai subjek dalam cerita. Mbak Ade memang menceritakan pengalaman pribadinya dan menempatkan dirinya sebagai subjek dengan kata ganti “saya”. Masalahnya, menurut saya beberapa kalimat terasa kurang efektif dengan penggunaan kata “saya” yang berulang-ulang hampir di sepanjang isi buku.

Ternyata saya telah merusak gading gajah itu. Adduh! Bagaimana ini. Ayah saya pasti marah besar atas perbuatan  saya itu. Hanya satu buah perbuatan. Tapi kesalahannnya banyak sekali.

Pertama, ayah saya pasti marah karena saya telah merusak sebelah gading gajah itu sehingga membuatnya tidak simetris.

(100 cerita inspiratif halaman 93)

Menurut saya, cukup dengan menulis “Ayah” saja tanpa kata “saya” sebagai pembaca pasti sudah tahu bahwa yang dimaksud adalah Ayah mbak Ade. Cukup dengan “… Ayah pasti marah..”  kita sudah bisa mengerti arah kalimatnya.

Instruktur saya mencantelkan tali di pinggang saya. Memeriksa serta memastikan semua tali berada dalam keadaan baik. Ia lalu menanyakan nama saya dan dari negara mana saya berasal. Sayapun bercerita singkat tentang diri saya dan bertanya bagaimana teknik yang terbaik agar perjalanan saya ke bawah berhasil dengan selamat.

(100 cerita inspiratif halaman 179)

Paragraf yang saya kutip di atas masih panjang. Baru 4 kalimat saja, sudah 7 kali kata “saya” terulang. Padahal mungkin bisa dibuat lebih efektif misalnya dengan

Instruktur mencantelkan tali di pinggang saya, memeriksa dan memastikan semua tali dalam keadaan baik. Ia lalu menanyakan nama dan asal negara saya. Sayapun bercerita singkat dan bertanya bagaimana teknik terbaik agar perjalanan ke bawah berhasil dengan selamat.”

Hanya dengan 3 kata “saya” tapi tak mengurangi arah cerita. Tapi kembali lagi, ini bukan soal benar salah dalam penulisan ya. Bisa jadi soal selera dan kenyaman saat membaca yang tentunya berbeda-beda untuk setiap orang. Ini hanya sudut pandang saya saja.

Saran yang lain terkait buku yang hadir tanpa gambar ilustrasi sama sekali, sehingga terasa monoton. Sebagai cerita yang diangkat dari kisah nyata, saya pikir melengkapi dengan ilustrasi bisa jadi penambah warna dalam buku. Alih-alih diajak membayangkan titi ugal agil dan buah bidara, salah satu materi dalam cerita, sepertinya akan lebih lengkap kalau ada gambar ilustrasinya.

Saya adalah penikmat novel. Kadang berupa buku tebal ratusan halaman tanpa gambar ilustrasi juga. Sepanjang membaca, imajinasi berkelana membayangkan setting cerita. Dan saya tetap menikmati kok, apalagi kalau ceritanya seru. Dan saya sadar, menghadirkan ilustrasi terasa tak pas untuk sebuah novel. Berbeda dengan buku mbak Ade, sepertinya akan lebih indah kalau dilengkapi ilustrasi.

Cerita pengalaman mendaki gunung misalnya, bisa dilengkapi foto pemandangan indah di pegunungan. Cerita jejak kaki di pantai bisa dilengkapi gambar kunjungan di pantai dan seterusnya. Ini sekedar saran saja sih dari saya. Tapi secara keseluruhan, ada atau tidaknya gambar ilustrasi tak mengurangi makna cerita yang disampaikan oleh mbak Ade. Perjalanan kehidupan yang mengantar kita pada keseimbangan dan kedamaian dalam rasa syukur yang banyak. Seperti sebuah quote indah “bersedih seperlunya, bahagia secukupnya, bersyukur sebanyak-banyaknya”

Sukses selalu mbak Ade. Ditunggu karya-karya selanjutnya dalam kisah lain penuh makna

Salam

Arni

37 thoughts on “Menuju Keseimbangan Hidup, Belajar dari 100 Cerita Inspiratif

  1. Hendra says:

    Pak Ode ini termasuk salah satu orang yang ikhlas bekerja ya, nggak banyak mengharapkan imbalan. Ia kerap nggak mau merepotkan orang lain juga.

    Keren ih, bisa fokus baca buku di dalam pesawat. Kalo saya sih, yang ada ngeliatin jendela mulu, sambil dengerin lagu, hahahaha….

    Very nice book

  2. Latifah Desti Lustikasari says:

    Setuju banget sama quotenya kak “bersedih seperlunya, bahagia secukupnya, bersyukur sebanyak-banyaknya”

    Makasih ya udah share, aku jadi nemu ide ide dan insight baru untuk menulis setelah baca postingan kakak.

  3. Buku yang bagus untuk membangun mental dan psikologis ya kak, buku yang mampu menghangatkan hati banyak orang. Banyak perbuatan sederhana yang sudah susah ditemui sekarang, seperti kejujuran dan menghargai

  4. Buku ini isinya full mengenai kehidupan dan cerita-cerita di dalamnya ya. Saya suka nih tipe2 buku begini, kadang kaya secara nggak langsung belajar pada yang lebih senior terutama pada hidup. Kutipan-kutipannya terasa bijak dan meneduhkan juga ya.

  5. Kalau saya bukan tipe pembaca cepat, Mbak. Saya malah senang mengulang-ulang bacaan terutama kalau temanya menarik. Dan untuk buku 100 cerita inspiratif ini, sepertinya saya akan menyelesaikannya dalam waktu yang lama hehehe

  6. Artikel tentang resensi buku yg keren banget. Dikupas secara menyeluruh bahkan ditulis juga masukan2nya.
    Aku jd ikut tertarik buat baca 100 kisah inspiratif lainnya, mbak. Anw, cara kita baca buku sama kayaknya mbak. Harus baca di waktu yg luang dan bisa nuntasin hanya 1-2 jam untuk sebuah buku.

  7. Nabilla - Bundabiya.com says:

    kadang2 membaca cerita orang lain membuat kita jadi merasa relate dan seperti menemukan kesamaan dan kadang bisa juga menemukan cara untuk semangat lagi

  8. Artha Nugraha says:

    Bagus banget untuk memulai membagikan tulisan, apalagi ini dari cerita yang dialami di sekitar.
    Salut buat mbak Ade yang bisa membuat buku ini. Membagikan inspirasi ke lebih banyak orang lagi.

  9. Eri Udiyawati says:

    Penasaran dengan cerita lengkapnya gimana. Buku yang tebal dengan berisi 100 cerita inspiratif. Tentunya akan bergizi banget untuk menambah ilmu dan cara menghadapi hal-hal yang tak enak di kehidupan sehari-hari.

    • Nyk says:

      Ulasan review-nya mengalir, enak banget dibaca. Jadi buku yg direview menarik diulas dgn bahasa atau kalimat yang lentur. Jadi pengen baca buku aslinya 100 cerita inspiratif.

  10. Alhamdulillah masih ada orang-orang jujur seperti Pak Ode, yang tidak mau menerima haknya. Akhirnya mau menerima juga ya. Kisah yang ditulis oleh mbak Ade bisa dijadikan pembelajaran juga buat kita untuk selalu jadi orang yang jujur.
    Pastinya banyak kisa-kisah inspiratif lainnya di buku ini

  11. Fenni Bungsu says:

    Menurut daku baca kisah inspiratif memang gak bisa cepat² karena akan ada quotes menarik dan bisa jadi penyemangat kita sebagai pembaca. Apalagi ini ada banyak kisah inspiratif, yang dapat memberikan hikmah.

  12. Sebuah pelajaran berharga yang sangat membekas di hati saya, hingga saat ini. Peristiwa itu sudah berlalu sekitar 5 tahun. Tapi pesan moralnya terus menjadi modal buat saya setiap mengambil keputusan tentang apapun. Jangan menjadi orang yang tamak. Jangan memanfaatkan kebaikan orang lain untuk kepentingan pribadi. Dan bersyukurlah sebanyak-banyaknya.

    ini setuju banget sih……nailed it pokoknya

  13. moga Pak Ode sehat selalu.. langka toh Kak orang yang kayak gini, saya jadi penasaran dengan Pak Ode, lebih suka orang yang jujur gini daripada orang yang pura-pura.

    kalau baca buku kisah-kisah inspiratif gini bikin kita jadi semangat juga ya Kak, aura positifnya buat kita ingin selalu berbuat baik juga.

  14. Apa yang ditulis dengan hati akan sampai ke hati. Begitu pula dengan cerita yang ada di buku 100 cerita inspiratif di atas ya. Saya juga senang bacaan pengalaman inspiratif seperti itu, karena membuat saya jadi banyak bersyukur.

  15. Kayaknya aku kudu baca buku-buku model gini deh. Soalnya pandemi emang bikin up and down banget. Siapa tahu buku yang tepat bisa bikin keseimbangan hidup kita kembali tepat pula

  16. Duuh kan jadi pengen punya

    Buku ini Cocok banget buat yg sedang ngerasa down, patah, ngerasa paling menyedihkan, butuh semangat, dll

    Dgn membaca buku ini, akan dapat meningkatkan semangat dan memunculkan optimisme

  17. Buat aku membaca buku-buku kisah inspiratif seperti ini sukses bikin mikir dan termenung, Aku lebih baik buku genre seperti ini drpd baca buku teori psikologi yang kata-katanya susah dicerna. Buat aku kisah atau cerita lebih mudah dipelajari daripada teori. terasa lebih nyata dan lebih dekat. Jadi pengen ikutan baca bukunya nih.

  18. Ulasan yang pas, ada pujian dan juga saran-saran untuk peningkatan kualitas buku ke depan. Buku ini bikin ku terinspirasi untuk membuat buku berdasarkan cerita-cerita keseharian. Salam hangat.

  19. Aku baca reviewnya aja bikin hati hangat mba.. jadi penasaran sama isi bukunya langsung. Aku paling suka buku yang seperti ini banyak pengalaman berharga yang bisa kita jadikan pelajaran dalam hidup. Makasih reviewnya ya mba

  20. Jadi pengen ikutan baca buku ini juga kak. Pengen tahu kesemua cerita inspiratif yang bikin kakak termenung dan membacanya kembali sambil memikirkannya beberapa saat

Leave a Reply to Tuty Saca Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *